Bab 19 - Takut

52.6K 4.2K 93
                                    

SEMOGA SUKA YAA ❤❤

**

Beca mberengut kesal menatap Satria yang tak menghiraukannya sejak tadi. Satria diam dengan earphone terpasang di telinga sambil sesekali bersiul mengikuti alunan musik. Beca ingin sekali marah-marah, tapi sial baginya karena terpana akan pandangannya saat ini.

Beca duduk tepat disamping Satria, mengabaikan bisik-bisik teman sekelas Satria. Sinar matahari seakan menjadi pendukung akan wajah tampan Satria yang terlihat dari samping ini. Rahang tegasnya, hidung yang terpahat sempurna. Hanya kacamata dan belahan tengah rambut yang membuat Satria terlihat culun. Tapi jika diperhatikan lamat-lamat, ketampanan Satria memang tidak bisa dibilang standar. Beca sangat yakin, kalau Satria merubah tampilannya seperti Leon misalnya? Oh tidak, seperti Aldo Ketos Sekolah, tak perlu diragukan lagi sudah pasti fans-fans fanatik Aldo bahkan Leon akan berpaling pada Satria.

Beca lelah membujuk Satria untuk ke UKS, akhirnya ia memilih menikmati pemandangan indah ini. Bahkan Beca memposisikan dirinya berhadapan dengan Satria dengan sebelah tangannya bertumpu pada meja.

Satria tau ia sedang diperhatikan, dan demi apapun jantung Satria sejak tadi memompa lebih cepat dari biasanya. Setengah mati ia menetralkan degup jantungnya ini dengan berpura-pura mendengarkan musik kesukaannya. Satria ingin menatap wajah cantik Beca, tapi Satria terlalu takut akan bayangan mengerikan itu muncul lagi. Satria memang tak mau percaya bahwa sekelibat bayangan masalalu itu ada hubungannya dengan Beca, tapi masker beruang itu..

Satria melepas earphonenya dengan kesal, lalu menghembus nafas kasar. Memaksa dirinya menatap Beca yang tersenyum penuh kemenangan karena kini Satria mau menatap wajahnya, "lo ngapain liatin gue gitu?"

"Ganteng" Beca tersenyum centil yang dibalas putaran bola mata malas oleh Satria. Melihat itu, Beca terkekeh, " lo kenapa sih? Semalem aja bilang suka, bilang mau nutup jalan gue kel-mphh" Beca refleks menepis tangan Satria yang membekap mulutnya panik, Satria memejamkan mata nya sejenak. Selain karena ia malu, juga takut teman sekelasnya ada yang mendengar ucapan lantang Beca tadi.

"Diem gak lo"

"Enggak mau"

"Terserah" Satria kembali memasang earphonenya, mencoba tak peduli dengan gadis pengganggu itu. Namun sial saat Juna, pentolan sekolah melirik rok Beca dengan kerlingan yang membuat Satria tak nyaman. Ingin sekali Satria mengomeli gadis di sebelahnya ini karena memakai rok sekolah yang pendek dan terlampau ketat. Membuat mata-mata para pria belangsat seperti Juna tadi tak lepas dari pemandangan itu.

Satria melepas jaket hitam yang selalu ia pakai, dan melempar asal menutup rok pendek Beca. Beca terhenyak sejenak, lalu menyeringai melihat Satria yang mengatur nafasnya. Jelas sekali Satria sedang mengontrol emosi untuk mengomelinya saat ini, "kenapa bapak Satria? Tergoda sama keseksian gue?" Satria menoleh cepat pada Beca dan mendelik tajam,

"Aurat itu dijaga, bukan diumbar" Satria bangkit, meninggalkan Beca yang cekikikan karena Satria mengomelinya dengan berbisik namun tetap terlihat emosi, dengan santai Beca memakai jaket yang Satria berikan untuk menutupi roknya. Juna dan teman yang lain berseru kecewa sekaligus kagum karena seorang culun seperti Satria mampu membuat Beca menurut tanpa harus cekcok seperti Leon lakukan dulu pada Beca.

Beca melirik ke arah Juna lalu mengedipkan matanya menggoda dan disaut siulan ramai oleh yang lain, dan Beca kembali berjengit terkejut saat sebelah tangannya ditarik oleh Satria menjauh dari siulan godaan pria lain dengan wajah yang tertekuk tak suka. Beca menahan senyum sambil sesekali kembali menatap ke arah Juna dan yang lain sambil melakukan kecup jauh, setelahnya Beca tertawa lepas karena Satria makin mempercepat langkahnya meninggalkan kelas.

"Cemburunya serem amat mas. Capek nih ditarik mulu" langkah Satria yang cepat, memelan dan cekalan tangannya pada Beca ia lepaskan dengan kaku. Satria tak berani menatap wajah Beca yang tersenyum manis disampingnya, Satria juga tak mengerti kenapa ia menarik tangan Beca yang menggoda Juna dan yang lain tadi. Tapi hatinya merasa tak nyaman melihat itu, emosinya cepat sekali naik hingga ia kehilangan akal menarik Beca didepan siswa lain.

"Lo udah ga sakit?" Satria menggeleng, sambil terus berjalan menuju kantin, " ada apa sih?"

"Gapapa"

"Ck. Kayak cewek aja, bilang gapapa padahal ada apa-apa" Beca meringis saat ditatap tajam oleh Satria, mungkin memang ini sifat Satria yang sebenarnya. Terkadang baik kalau moodnya baik, kadang juga judes kalau moodnya buruk. Dan kini Satria dalam keadaan, senggol bacok. Tapi Beca tak peduli, pernyataan bahwa Satria menyukainya semalam sudah cukup baginya untuk kembali tersenyum walau kesal akan kejudesan Satria.

Saat awal-awal mendapat perhatian dari teman sekolah karena Beca mendekatinya, Satria memang merasa tak nyaman dan jengkel luar biasa. Namun mungkin kini ia terbiasa, terbukti saat Satria sudah berada di kantin dengan Beca disampingnya sambil bergelayut manja ditangannya yang sudah pasti berniat menggodanya itu, Satria tak lagi peduli. Hanya menjaga tatapannya terus ke depan, tak perlu melihat sekitar. Sebenarnya itu lumayan mudah, karena monyet cantik yang masih bergelayut ini memiliki mata yang bisa ia tatap jika bosan menatap kosong ke depan.

Iya, semuanya terasa mudah karena ada Beca disampingnya. Satria tak mengerti dengan pasti sejak kapan debaran gila ini ada, tapi sejauh ini dia menyukainya.

"Sat.." Beca kembali membuka suara saat mereka berdua sudah duduk di meja pojok kantin dengan makanan yang sudah tersedia, Satria hanya menatap dengan kernyitan mata sebagai jawaban, " lo nyembunyiin diri dengan tampilan culun lo ini karna takut jadi pusat perhatian. Sekarang uda terlanjur kan, lo kenapa ga ngubah penampilan lo kayak biasa aja?"

"Biasa gimana maksud lo? Aa lo malu deket sama cowok culun kayak gue?"

"Bukann... Ish lo sensi banget si keak pantat bayi" Beca menghela nafas lemah, " ya biar lo nyaman aja gitu. Tampilan culun lo gini, emang lo ga capek bertahun-tahun ngerubah jadi orang lain?"

Sangat melelahkan, itu lah yang Satria rasakan selama ini. Namun ia juga tak mungkin tiba-tiba merubah tampilannya, itu akan semakin memperburuk-

"Ada gue sat.. Tenang aja" Satria lagi-lagi mengernyitkan alisnya bingung, " lo bisa jadikan gue alasan lo berubah tampilan. Mungkin kalo lo tiba-tiba berubah bakal banyak pertanyaan yang bikin pusing, tapi.." Beca meraup sebelah tangan Satria dan menggenggamnya erat, " lo bisa jadikan gue alasan. Dengan lo bilang karena gue, mereka pasti bakal diam. Jadi, lo bisa berhenti berpura-pura jadi orang lain. Gue yakin, mereka semua pasti bakal lebih suka dengan Satria yang sebenarnya. Bukan cuman tampilan, tapi sifat lo. Gausa sok penakut seolah lo cowok cupu beneran, oke?"

Satria tertegun. Matanya mengerjap salah tingkah, dan tenggorokannya rasanya kering. Pengertian Beca ini, sikap manisnya ini, entah kenapa membuatnya takut.

"Gue takut" kini giliran Beca yang mengernyit bingung, " berhenti bersikap baik sama gue" Satria melepas genggaman tangan Beca dan bersiap bangkit, melihat itu Beca dengan cepat mencekal tangan Satria.

"Lo kenapa sih"

"Lo bikin gue takut.." Satria kembali menarik tangannya dari cekalan Beca, " setelah sekian lama gue ga punya siapa-siapa setelah paman gue, lo dateng. Lo ngusik ketenangan hidup gue, gue takut. Takut lo juga ninggalin gue kayak yang lainnya setelah hati gue sepenuhnya lo genggam"

Di tengah keramaian kantin, Beca membeku dengan degupan liar yang mulai berulah. Pipinya memanas, dengan tatapan sesendu itu dan ucapan selembut itu dari Satria membuat Beca ingin sekali memeluk Satria kalau saja ini tidak di lingkungan sekolah.

"Gak akan.." Beca mendekat dan membelai pipi Satria lembut, " gue gak akan pergi walaupun lo yang ngusir gue sekalipun. Karna gue udah tau bahasa kebalikan lo" Satria yang tak tahan, menarik Beca dalam pelukannya. Tak mempedulikan bisik-bisik penghuni kantin,

"Gue benci lo" Beca membalas pelukan Satria erat, " iya.. Gue juga sayang sama lo satrinah.."


🍁🍁🍁

MIRACLE [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt