Bab 13 - Es jeruk

60.7K 4.2K 109
                                    

"Permainan apa lagi yang coba kau mainkan Semesta?"

- Satria Geraldi

**

Beca terduduk lemas dibangkunya sejak pagi, lebih tepatnya sejak mendengar kabar Dinda akan dikeluarkan dari sekolah. Beca pikir semuanya selesai dan tertutup rapat-rapat namun ia salah. Dalam sekejap kabar Dinda hamil juga keguguran sudah tersebar seantero sekolah.

Belum sampai situ, Beca menjadi semakin lemas setelah video call dengan Dinda beberapa menit lalu. Bagaimana tidak, posisi Dinda sudah ada di Bandara dan akan berangkat ke Hongkong setengah jam lagi. Dinda yang dengan sengaja mengabari Beca disaat sudah akan berangkat karena tau bahwa Beca sudah pasti akan nekat meninggalkan sekolah untuk menyusul Dinda di bandara. Dan Dinda tak menginginkan itu, cukup melihat Beca mendapat semprotan orang tuanya karena menemani Dinda di rumah sakit, tak mungkin Dinda menambahinya lagi karena Beca yang nekat membolos.

Beca menghela nafas kasar, entah kesalahan apa yang Beca perbuat hingga dalam sebulan Beca kehilangan dua orang yang berarti dalam hidupnya, pertama Leon kini Dinda.

Dengan amat sangat terpaksa Beca bangkit berniat membeli es jeruk, mungkin bisa mendinginkan kepalanya yang puyeng ini. Baru saja beberapa langkah Beca keluar, wajah yang sangat tidak ingin Beca lihat muncul dihadapannya. Memberi segelas es jeruk juga senyuman tulus yang entah kenapa itu membuat Beca perlahan luluh, karena ini pertama kalinya Leon tak memulai drama konyol terlebih dahulu.

"Buat dinginin kepala. Puyeng pasti" Leon terkekeh masih setia dengan sodoran es jeruknya, pelan namun pasti Beca menerima dan tersenyum tipis. Beca tak memiliki cukup tenaga untuk menolak karena mungkin akan ada drama jika Beca menolak lagi, biarlah seperti ini dulu, kepalanya sudah cukup puyeng karena masalah Dinda.

"Makasih" gumam tak jelas Beca masih terdengar jelas oleh Leon yang dibalas tawa renyah, Leon jujur akan hal ini bahwa ia sangat merindukan Beca mungilnya. Yang menjauh karena kebodohannya, yang memutuskannya karena kebejatannya sendiri. Dan kini ia lega karena Beca mulai kembali menerimanya, bukan hanya karena kecantikan Beca yang menggemaskan kembali ia dapatkan, juga kepopulerannya akan kembali.

Sementara Beca yang meminum es jeruknya dalam diam sambil menatap mata Leon mencari ketulusan disana, beberapa langkah dari dua sejoli yang terlihat akan clbk itu Satria berdiri meremas gelas Es jeruk yang ia pegang hingga isinya tumpah dilantai. Hatinya berkedut miris, ia tersenyum miring sebelum berbalik. Satria merutuk, harusnya ia sadar diri. Seorang Beca tak akan pernah memerlukan perhatian dari pria culun sepertinya, tak akan pernah memerlukan semangat dari debu sepertinya, dan juga tak akan meminta segelas Es jeruk dari orang yang tak ada apa-apanya sepertinya. Karena Beca adalah Ratu disini, yang akan selalu mendapatkan perhatian oleh semua orang. Dan Satria, ia hanya pijakan Ratu yang tak akan mungkin dilihat.

**

Satria sedang ada jam kosong hingga pulang nanti, karena itulah ia memilih duduk di bangku taman belakang sekolah yang jarang didatangi siswa karena konon katanya disini angker. Namun Satria tak peduli, Satria sudah biasa melihat hal lebih menakutkan dari makhluk gaib yang diperbincangkan teman sekolahnya. Satria butuh sendiri, kesunyian ini membuatnya nyaman.

Udara dingin menyapu pipi Satria lembut, mulai menenangkan hatinya yang gelisah. Namun itu tak bisa menghilangkan ingatan betapa konyolnya tindakannya tadi. Perasaan iba sialan yang muncul karena Dinda di keluarkan dari sekolah, niatan untuk menghibur Beca karena gadis itu tak lagi memiliki siapapun yang tulus berada disampingnya. Udah ada leon. Entah kenapa dadanya bergemuruh, membayangkan betapa bodohnya Beca jika bersedia kembali pada pria brengsek haus kepopuleran seperti Leon. Satria mengerti dengan pasti bahwa Leon hanya memanfaatkan Beca, karena baru saja kemarin Satria melihat Leon keluar dengan Kezia. Cewek populer sekolah tetangga. Dan mungkin itu tak berjalan mulus hingga Leon kembali mengejar Beca.

MIRACLE [Completed]Where stories live. Discover now