"You deserve it," ucap Rizky dengan sinis.

Seketika amarah Dika yang sudah ia tahan sejak kemarin akhirnya keluar. Tiba-tiba datang tinju dari Dika untuk Rizky. Sontak Arin terkejut dan menutup kedua mulutnya dengan tangannya. Karena tidak terima, Rizky menghajar balik Dika dibagian perut Dika dan membuat Dika meringis. Dan mereka pun saling berbalas tinju hingga keduanya sama-sama terjatuh di lantai. Perkelahian mereka membuat orang-orang di kantin menjadi panik.

Arin hanya bisa menangis melihat kedua laki-laki dihadapannya berkelahi. Tangannya begitu lesu untuk memisahkan mereka berdua. "Please stop it," ucap Arin sambil menangis. Namun tidak ada dari mereka yang mau mendengar Arin dan terus melanjutkan perkelahiannya.

"Guru BP datang!" seru salah seorang di kantin.

"HEI KALIAN!" tegur seorang guru.

Guru BP menghampiri Rizky dan Dika dan memisahkan mereka berdua. "Kalian ikut ke ruangan saya," titah guru BP saat mereka berdua telah dipisahkan olehnya.

Sambil merunduk, Dika dan Rizky mengikuti guru BP. Ketika guru BP sadar Arin tidak mengikutinya, ia pun menoleh. "Arina Ella, kamu juga ikut saya."

Sambil menyeka air matanya, Arin berjalan mengikuti guru BP di belakang Rizky dan Dika.

🎹

Hari ini benar-benar hari terburuk Arin. Pertama ia harus kehilangan sahabat perempuan satu-satunya, Tasya. Kedua pertengkaran Dika dan Rizky membuat heboh kantin sekolah. Ketiga dirinya dipanggil ke ruang guru BP. Rasanya ingin sekali Arin menandai tanggal hari ini pada kalender dengan warna hitam.

Saat di kamar, Arin menjatuhkan seluruh badannya di atas kasur. Ia menjerit sekeras-kerasnya. Air matanya membuat kasur menjadi basah. Ia kesal dengan Rizky yang membongkar rahasianya, padahal ia sudah janji waktu itu tidak akan memberitahu Tasya. Tapi mau bagaimana lagi? Arin harus siap dengan semuanya.

Kemudian terdengar ketukan pintu dari kamarnya. "Arina." Suara Tante Lita terdengar dari depan pintu.

Dengan segera ia menghapus air matanya dan bangun untuk duduk di atas kasur. "Masuk," ucap Arin sambil menghapus air matanya sekali lagi.

Tante Lita begitu terkejut melihat mata sembab Arin. "Kamu kenapa, Arina?" Setelah menutup pintu, Tante Lita menghampiri kasur Arin. Ketika duduk di atas kasur, Arin langsung mendekat dan memeluk erat Tante Lita.

Tante Lita mematung diposisinya saat ini. Namun ketika mendengar isakan Arin, Tante Lita memeluk Arin balik sambil mengelus lembut raambut Arin. "It's okay. I'm here," ucap Tante Lita menenangkan. Kini baju Tante Lita bagian bahu telah basah dengan air mata Arin.

Setelah merasa tenang, Arin melepas pelukannya dari Tante Lita. Kemudian terlihat oleh Tante Lita mata Arin yang sembab setelah menangis panjang. "Kamu mau cerita?" tanya Tante Lita sambil mengelap pipi Arin yang basah itu.

"A-Arin nggak tahu harus cerita darimana," ucap Arin dengan suara sedikit serak.

"Tante dengar dari Ayah, katanya kamu dipanggil guru BP, ya?" tanya Tante Lita memulai.

"Ayah tahu darimana, Tante?"

"Ayah kamu ditelepon sama guru BP," jawab Tante Lita. Sebelum Tante Lita naik ke kamar Arin, ayah Arin telah menjelaskan semua yang diberitahu oleh guru BP. "Jadi siapa yang bertengkar?" tanya Tante Lita.

"Rizky sama Dika," jawab Arin dengan lesu.

"Coba cerita sama Tante. Tante janji nggak akan bocorin ini sama Ayah kamu," ucapnya sambil tersenyum meyakinkan Arin.

Kemudian Arin menjelaskan semuanya, dari mulai ia berpacaran dengan Dika dan mengapa ia putus, hingga momen dimana Rizky yang mengungkapkan perasaannya pada Arin. Usai bercerita Arin merasa lega sekali. Untuk pertamakalinya ia berani menceritakan masalahnya dari nol hingga akhir.

"Setelah Rizky udah tahu soal Arin pernah pacaran dengan Dika, kayaknya Rizky nggak mungkin sayang sama Arin lagi, Tante," ucap Arin dengan lesu.

"Arin, kalau Rizky cemburu berat, itu pertanda dia masih sayang sama kamu," jelas Lita.

Kemudian Arin kembali terbayang wajah Rizky yang marah saat di danau waktu itu. Lalu ia terbayang lagi saat Rizky bertengkar tadi dengan Dika. "Sepertinya nggak, Tan. Rizky udah nggak sayang sama Arin lagi. Arin lihat wajah Rizky benar-benar kecewa dengan Arin." Kemudian Arin kembali meneteskan air matanya.

Dengan segera, Lita memeluk Arin lagi. "Tenang saja. Kalian kan sudah lama bersahabat. Tante yakin Rizky nggak akan betah lama-lama bertengkar dengan kamu." Ucapan Tante Lita membuat Arin sedikit lebih tenang. Benar apa kata Tante Lita, Rizky hanya butuh waktu saja.

"Lalu gimana dengan Tasya?" tanya Arin yang kemudian melepas pelukannya. Ia tidak ingin bermusuhan selamanya dengan Tasya hanya karena masalah cowok. "Apa Arin perlu minta Dika untuk menjelaskan semuanya pada Tasya?"

"Tentu jangan, Sayang. Saat ini Tasya pasti benar-benar kecewa dengan pacarnya. Jadi kamu yang harus menjelaskan semuanya. Lagi pula dari awal pacaran kamu tidak menyukai Dika sama sekali, kan?"

"Iya sih, Tan. Oke deh, Arin yang akan menjelaskan semuanya pada Tasya."

"Eits, jangan sekarang-sekarang ini, ya. Beri Tasya waktu beberapa hari dulu," ucap Lita menyarankan.

"Oke, Tan," ucap Arin sambil mengelap sekali air matanya. Kini Arin menghela napas dengan lega lalu tersenyum pada Tante Lita. Ia belum pernah curhat sepanjang itu dengan orang lain selain Bundanya dan Tasya. "Thank you so much Tante. Arin udah lega sekarang bisa cerita semuanya sama Tante."

"Sama-sama, Arina," jawab Lita yang ikut tersenyum lega melihat Arin kini sudah tenang.

Kemudian Arin menatap Lita sambil mengernyitkan dahinya karena telah menyadari sesuatu. "Tante Lita ada apa datang ke sini?"

"Tante ke sini mau ngajak kamu besok ke seminar Tante besok siang."

Kemudian terlintas dalam pikiran Arin untuk membolos sekolah. Kalau dirinya ikut dengan Tante Lita seminar, ia nantinya tidak perlu menghadapi drama yang ada di sekolah. Pasti besok di sekolah akan sangat menegangkan saat bertemu dengan Rizky dan Tasya.

"Arin mau ikut seminar sama Tante besok," jawab Arin dengan semangat.

"Tapi nggak apa-apa kamu bolos besok?" tanya Lita.

"Umm.. Arin ijin Ayah dulu, deh."

Lalu tiba-tiba datang Bagas yang masuk ke kamar Arin. "Kamu boleh bolos besok, Arina," ucap Bagas.

"Ayah serius?"

Bagas mengangguk sambil tersenyum.

Dengan segera Arin datang dan memeluk erat Bagas.

Bagi Bagas, apa pun yang Arin inginkan akan ia kabulkan, asal Arin tidak menangis. Mendengar tangisan Arin membuatnya menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi ayah yang baik.

Ia menyesal dulu terlalu sibuk hingga tidak bisa membagi waktunya bersama dengan Arin maupun Steffie. Padahal dulu Steffie yang sibuk manggung dan rekaman masih bisa memiliki waktu bersama dengan Arin. Kini setelah kepergian Steffie, Arin selalu mengurung di kamar dan tidak mau bercerita padanya bila ada masalah. Mungkin inilah kesempatan untuk membuat Arin bahagia. Ditambah ini adalah momen yang tepat untuk membuat Arin lebih dekat dengan Elitta.

🎹 🎹 🎹

Maaf ya, Shab bakalan jeda upload lagi. Kalau kalian follow aku di instagram pasti tahu Shab lagi sibuk banget ujian.

Wish me luck, dan bagi kalian yang ujian, semoga dapet nilai yang memuaskan, AAMIIINN!

Luff yaa,
Shabrina Huzna😘

Eh, eh, boleh dong  v o t e  nyaa huehehee..

Instagram: shabrinafhuzna

Arina Ellaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن