32

87 4 0
                                    

"Akhirnya Taehyung bisa tertidur juga." ujar perawat kepada dokter jaga yang sedang memeriksa Taehyung.

"Wajahnya sangat damai ketika tidur." goda perawat itu pada si dokter jaga.

"Apasih kau ini? Sudah sana pergi." sahut dokter muda itu kemudian pergi meninggalkan Taehyung.

Selang dua jam, Taehyung bangun dari tidurnya. Ia mengingat kembali kejadian tadi saat berpapasan dengan bos Redbull, dalang dari kematian Gaby.

"Gaby, aku akan membalasnya untukmu." bisiknya lirih.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar Taehyung. Refleks pria itu pura-pura tidur.

"Haduuuh. Hampir saja mereka menangkapku. Sudah kubilang aku benci obat." sungut gadis itu.

Suara gadis itu sangat familiar. Taehyung menarik tirainya dan membuat gadis itu terkejut.

"Kau?!" ucap mereka bersamaan.

"Maafkan aku. Aku dikejar oleh perawat untuk disuntik. Sudah kubilang bahwa aku tidak sakit. Aku hanya luka kecil, tapi mereka membesar-besarkan." curhat gadis itu pada Taehyung.

Taehyung tidak bergeming. Ia hanya mengamati gadis itu.

"Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya. Tapi aku lupa dimana. Kata Ibuku, aku pernah kecelakaan. Itu karena Gerry bodoh. Tapi unuk yang kali ini, ibuku bilang aku pingsan dan koma selama enam bulan. Entah kenapa seperti ada memori yang hilang. Ah kenapa aku jadi curhat. Aku pergi ya, sepertinya mereka sudah tidak di kamarku. Bye!"

Selepas gadis itu pergi, Taehyung tersenyum. Lalu senyumnya lenyap. Selalu ada kata Gerry. Pria itu harus dilenyapkan.

***

"Hai, boss! Kami membawakan pizza favoritmu." Satya dan Nino muncul dengan wajah sumringah di kamar Rika.

"Wah, kalian the best! Mana Gerry?" tanya Rika celingak-celinguk mencari Gerry.

"Dia... ke Amerika."

Rika terbelalak mendengarnya. "Haha, kalian bercanda. Yaudah sini pizzanya gue makan."

Rika melahap dengan rakus pizza di tangannya. Ia mengunyah dan terus mengunyah.

"Kau tidak ingat kejadian enam bulan yang lalu?" tanya Satya hati-hati.

"Sama sekali tak ingat." jawab Rika santai.

"Ah, aku ingat kecelakaan itu, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Memang apa yang terjadi?" tanya Rika penasaran.

Nino menarik tangan Satya berharap temannya tidak berbicara apa-apa. "Tidak ada apa-apa. Ah, aku ada voucher burger depan sekolah. Kau mau?" pancing Nino.

"Hahaha, kau tau. Aku paling tidak suka menolak makanan." balas Rika tertawa. "Lusa aku sudah bisa pulang. Saat masuk sekolah, kau harus ingat janjimu."

"Tenang, boss. Kami pasti ingat." jawab Satya dan diangguki Nino.

Tak lama mereka pamit pergi. Dan dibarengi oleh Ibu Rika yang datang bersama dengan si kembar.

***

Rika berkeliling rumah sakit dengan sumringah. Besok ia sudah bisa pulang dan kembali ke sekolah. "Akhirnya aku tidak mencium bau rumah sakit lagi." ujar Rika riang.

"Ehem." suara deheman pria membuat Rika menoleh.

"Hai, kau pria yang selalu menyendiri itu. Kau ingat aku?" tanya Rika menghampiri pria itu.

"Aku Rika, siapa namamu?"

Tak ada jawaban dari Taehyung. "Ah baiklah kalau kau tak mau memberitahu." Rika menarik tangan Taehyung dan membaca sebuah gelang pasien.

"Kim Taehyung." baca Rika perlahan.

"Aku Erika Gautama." Rika memperkenalkan diri dengan santainya. Taehyung bergetar. Tangannya masih dipegang oleh Rika. Kemudian dengan gerakan kasar ia melepas pegangan Rika dan pergi meninggalkan gadis itu.

"Hmm, apa dia membenciku? Kenapa tiap di dekatnya jantungku berdebar? Apa aku sakit jantung?"

***

Lagi-lagi, Taehyung bisa tidur dengan nyenyak. Dokter Marin, dokter yang menjaganya sangat senang dengan progress kesembuhan Taehyung. Ia merasa bahwa tiap hari Taehyung selalu ada perubahan.

"Kau mau makan apa? Aku akan mentraktirmu." tawar Dokter Marin.

"Tidak perlu. Aku ingin berjalan-jalan." sahut Taehyung kemudian bangkit dan meninggalkan Dokter Marin.

Saat keluar kamar, ia berpapasan dengan orang yang sangat dibencinya. Gerry.

"Mau apa kau kemari?" desis Taehyung kesal.

"Wih, santai bro. Gue gak mau jenguk lo. Gue mau jenguk temen gue." kemudian Gerry masuk ke dalam kamar sebelah kamar Taehyung.

Penasaran, Taehyung membuka pintu dan menatap Rika yang sedang memakan apel potong.

"Hei, kau menjengukku? Kemari. Aku akan kenalkan dengan teman-temanku." kata Rika dengan nada senang.

"Hahaha. Kami sudah saling mengenal." jawab Gerry tegas.

"Oh ya? Dimana?"

"Sebelum kematian Gaby, mantan tunangannya." jawab Gerry yang mengundang Taehyung menonjoknya. Dan perkelahian tidak bisa dihindari.

Entah ada dorongan apa, Rika memukul Gerry dan menjadi tameng untuk Taehyung.

"Kau tak adil. Dia sedang sakit. Pergilah. Aku muak melihatmu." usir Rika dan membuat Gerry benar-benar pergi dari sana.

"Taehyung, kau tak papa?" tanya Rika khawatir.

"Tidak. Sebenarnya seberapa dekat kau dengan Gerry?"

"Dia sahabatku. Sebelum menjadi ketua Redbull, aku bertarung dengannya. Gerry memang begitu. Dia tempramental tetapi sangat setia kawan."

"Hati-hatilah. Pacarku dibunuh olehnya." ujar Taehyung dan itu membuat Rika terkejut mendengarnya. Taehyung keluar dari kamar Rika.

"Benarkah Gerry membunuh?"

***

Rika sudah masuk sekolah lagi. Ia harus mengulang kelas karena ia absen lebih dari satu semester. Ia memutuskan untuk fokus dengan pelajaran dan meninggalkan dunia perkelahian.

Saat istirahat, Rika menikmati pemandangan atap sekolah, tempat nongkrong favoritnya dengan Gerry. Setelah kejadian di rumah sakit, ia tak melihat sosok Gerry. Teman kelasnya bilang, Gerry ke Amerika dan melanjutkan studi di sana.

"Brengsek, bahkan dia tidak pamit padaku." gumam Rika. Ia menghela nafas.

"Boss, kau kah itu?" suara Nino membuat Rika menoleh.

"Hai. Kemarilah kalian."

"Kenapa?" tanya Satya penasaran.

"Benar kalau Gerry ke Amerika?" tanya Rika menanti jawaban dari kedua temannya.

"Ehem, aku tidak tahu pastinya. Itulah yang kudengar." jawab Satya sok santai. Nino hanya menangguk setuju.

"Kalian tahu bahwa Gerry membunuh pacar temanku?"

Nino dan Satya terbelalak mendengar pertanyaan itu. Mereka memilih diam.

"Entah kenapa aku merasa seperti ada yang hilang dalam ingatanku. Kenapa yang aku ingat hanya kejadian sebelum aku kecelakaan? Kenapa setahun terakhir ini aku tak bisa mengingat apapun." ungkap Rika pelan.

Nino dan Satya sangat tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka memilih bungkam.

"Jika memang kalian tidak mau menjelaskan apapun, aku pergi. Aku keluar dari Redbull." putus Rika dan berjalan meninggalkan keduanya dalam sunyi.

***

Love x Life (END)Where stories live. Discover now