23

177 8 0
                                    

Author POV

Sambil menikmati rokoknya, Gerry berdiri menatap jalanan. Rambutnya diterpa angin, sepertinya ia harus potong rambut. Ia tidak betah dengan rambut yang mulai menutupi matanya. Saat sedang menghembuskan asap rokoknya, matanya menangkap seseorang yang familiar. Wanita yang menggunakan seragam sekolah St.Angel. Itu adalah gadis yang ditolongnya waktu itu. Buru-buru Gerry mematikan rokok dengan menginjaknya dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Hai." sapa Gerry pada gadis di hadapannya. Gabriella Hills. Gerry menatap pin nama gadis itu.

Suara yang familiar, Rika dalam tubuh Gaby seketika merinding dan menatap pria tinggi di hadapannya. "Gerry?" Rika membuat Gerry menaikan alisnya.

"Lo tau nama gue?" Gerry terkejut. Siapa sebenarnya dia.

Rika menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak menjawab Gerry, malah ngeloyor meninggalkan pria itu. Tak sampai sedetik tangan milik Gaby ditarik Gerry dan mereka berhadapan.

krucuuk krucuuk... suara perut Gaby berbunyi. Wajah milik Gaby memerah. Rika harus menahan malu. Perut sialan! dampratnya dalam hati.

Gerry tersenyum. Bias mata dinginnya berubah hangat. Jadi lebih tampan. "Kau lapar? Ayo ikut aku. Akan aku traktir." tanpa menunggu jawaban Rika, dia menggamit tangan mulus Gaby dan berjalan menuju sebuah kedai mie.

"Mau pesan apa?" Gerry menyodorkan menu ke hadapan Rika. Mata Gerry menelisik gadis di depannya. Terlalu cantik. Dan satu lagi, sifatnya mirip dengan orang yang mengusik pikirannya.

"Aku mau mie blackpaper, ekstra daging, tidak pakai daun bawang, mungkin ekstra telur juga. Kau tahu, telur sangat bagus untuk ototku." gadis itu menunjuk ototnya yang kecil. Bahkan lengannya sangat kurus seperti orang kurang gizi. Gerry tertawa.

"Kau sendiri?" tanya Rika menatap Gerry.

"Aku pesan mie goreng." putus Gerry.

"Kau mau minum apa? Lemon juice?" tanya Rika.

Gerry terbelalak. Ini seperti kebetulan. Kenapa gadis ini tahu minuman kesukaannya? Kenapa juga dia bisa berbicara mengenai peraturan yang dibuat Gerry?

"Ah.. iya.." Gerry kemudian memanggil waiter dan menyebutkan pesanan mereka. Suasana sunyi. Mereka dengan pikirannya masing-masing.

"Ehem..." Gerry berdehem memecah sunyi. Gadis itu terhenyak.

"Kenapa?" sahutnya parau.

"Lagi mikir apa?"

"Aku bingung dengan kehidupan orang kaya. Bagaimana bisa mereka tidak memberiku uang jajan. Setiap hari seperti ini, aku bisa mati kelaparan. Ibuku saja dulu hanya bandar togel saja bisa memberiku uang jajan, mereka punya harta berlimpah tapi uang seribu dua ribu saja tidak kasih. Apakah semua orang kaya seperti itu?" pandangan mata milik Gaby beralih. Rika tak tahu bahwa semua omongannya memancing Gerry untuk bertanya.

"Boleh aku pinjam dompetmu?" dengan santai, Rika mengeluarkan dompet milik Gaby.

Gerry memeriksa setiap kantong dalam dompet gadis itu. Ada foto keluarga Hills. Ayahnya pernah bercerita bahwa Tuan Hills benar-benar kaya raya. Pandangannya berhenti pada sebuah kartu hitam.

"Gaby, aku pikir mereka sudah memberimu uang. Tak terhingga malah."

"Maksudmu?"

Gerry mengeluarkan blackcard. Kartu itu hanya dimiliki orang terkaya dan hanya beberapa saja yang punya.

"Bagaimana aku bisa menggunakannya?" tanya Rika polos. Gerry tertawa.

Love x Life (END)On viuen les histories. Descobreix ara