21

205 5 0
                                    

COMMENT and VOTE PLEASE

Gaby merasakan tubuh Rika yang dirasukinya kian lemah. Ia merasa nyeri pada bagian dadanya. Ia meringis menahan sakit itu. Tak lama air matanya menetes, tak terbendung.

Pundak Dafa yang basah dirasakan olehnya. "Kau baik-baik saja?" tanya Dafa memastikan. Gaby hanya mengangguk dan mengeratkan lengannya pada leher Dafa. Tangan milik Rika yang dingin tersentuh ke leher Dafa yang hangat.

"Kau kedinginan? Aku akan percepat supaya sampai. Bertahanlah." Dafa melangkah lebih cepat lagi.

"Aku tak menyangka, dulu Rika yang kukenal adalah anak yang cengeng, tapi sekarang kau sudah terkenal kuat. Aku lega mendengar itu. Kau sudah menjadi ketua Redbull. Pasti sudah tidak ada yang berani mengganggumu karena mereka takut." cerita Dafa panjang lebar. Gaby menyenderkan kepala Rika dekat tengkuk Dafa. Ia menghirup harum rambut Dafa yang maskulin.

"Apa kau tertarik padaku?" tanya Gaby tiba-tiba.

"Haha apa yang kau bicarakan?" Dafa tersenyum kaku. Dia sangat polos, bahkan Gaby bisa merasakan bahwa Dafa tak pernah dekat dengan wanita lain.

"Daf, kamu pernah berpikir bahwa ini takdir?"

"Maksudmu?"

"Pertemuan kita saat ini, kurasa ini takdir." ungkap Gaby sambil tersenyum.

"Kau mulai ngaco. Itu rumahmu sudah dekat. Mau berjalan sendiri?" tanya Dafa kikuk.

"Tidak. Biarkan begini dulu." Gaby mengeratkan rangkulannya. Dafa tersenyum tipis. Kupingnya memerah, Gaby bisa melihat itu. Tapi ia mengurungkan niat menggoda Dafa.

"Sampai..." Dafa menurunkan tubuh Rika. "Ehem..." suasana mulai canggung karena mereka berdua terdiam cukup lama. Gaby mendekat ke arah Dafa dan mencuri ciuman dalam ke bibir pria itu. Dingin dan kering. Gaby memperdalam ciumannya, entah rasanya tubuhnya melemah. Ia melepaskan dan hampir terjatuh lemas.

"Kau tak apa-apa? Masuklah, sudah semakin dingin." Gaby mengangguk menurut. Dafa berbalik menjauh dan hilang.

Gaby tersenyum. "James, keluarlah. Aku tahu kau di sana." ujar Gaby melangkah membawa tubuh Rika masuk rumah.

"Gaby, kumohon kembalilah. Aku tahu ini salahku." James menggenggam tangan milik Rika.

"James, biarkan aku menjalani waktuku yang sudah tidak lama ini. Kumohon padamu. Setelah semua ini, aku akan pergi." mata milik Rika menatap nanar ke arah James, pria berjas hitam rapi di depannya.

Tiba-tiba lampu tengah menyala. "Kau sudah pulang?" tanya Mamah Rika. "Aku panaskan sup dulu jika kau mau makan." wanita paruh baya itu berjalan menuju dapur. Saat hendak menyalakan kompor Gaby setengah menolak.

"Mah, maaf. Aku kenyang. Aku tidur saja." kemudian Mamah Rika menatap anaknya tak percaya. Ia melihat anak perempuannya memasuki kamar dengan lesu dan menutup pintu kamar. Terbesit ingin menguping apa yang dipikirkan putrinya.

"James, ini adalah ulahmu membuat aku di tubuh gadis ini. Biarkan aku juga merasakan kebahagiaan. Dia sudah memanfaatkan tubuhku untuk mendapatkan Taehyung."

"Maaf, aku akan kembalikan ini semua. Aku akan perbaiki apa yang sudah kulakukan." suara pria dengan nada bariton.

Mamah Rika yang sedang menguping sedikit tak paham. James itu siapa?! Apa jangan-jangan putrinya itu membawa masuk laki-laki? Suara tadi suara siapa?

Dengan sebuah tongkat baseball milik Riki, Mamah membuka pintu kamar putrinya.

"Yaaa!! Siapa di sana?!" teriak Mamah Rika sambil mengayunkan tongkat tersebut. Gaby terhenyak kaget melihatnya. "Mana pria bernama James? Kau bawa pria masuk ke rumah tanpa izinku?!" bentak Mamah menjewer telinga Rika.

Love x Life (END)Where stories live. Discover now