09

392 12 0
                                    

Gerry POV

Gak seharusnya gue berada di sini. Rasa bersalah gue bener-bener menghantui kehidupan gue. Erika Gautama. Gue menatap nanar gadis itu, yang saat ini terbaring di ICU. Ia sudah koma genap enam bulan. Gue melangkah mendekatinya.

"Lebih baik lo mati aja, Rik. Gue gak sanggup." bisik gue sambil melepas selang oksigen miliknya.

"Ngapain lo njing!" Satya langsung meninju tepat di hidung gue. "Lo mau bunuh dia?!"

Tiba-tiba ruangan tersebut ramai oleh perawat yang melerai gue dan Satya. Kami berdua keluar digantikan dengan Ibu Rika yang menjaga.

"Gerry, lebih baik kamu gak usah ke sini dulu." Ibu Rika langsung menatap gue tajam, seperti orang yang sangat dendam.

"Maafin saya tante. Saya... cuma gak tega dia terlalu lama di sana." kata gue kemudian berlalu meninggalkan Ibu Rika.

Well, now i am here. Gue saat ini menyerbu basecamp SMK Abadi. Udah lama gak ninju muka orang. It's time to having fun.

Gue memukuli entah siapa dia, yang jelas seperti ketua geng tersebut. Entah setan apa yang merasuki gue, yang jelas pukulan itu membabi buta hingga akhirnya ada sebuah hantaman kayu di kepala gue. Darah berhasil membanjir. Dan yang gue tahu, itu Satya yang memukul gue.

"Lo ngebunuh dia, Ger! Dia gak bisa napas!"bentaknya sambil melepaskan sebuah balok kayu dari tangannya.

Gue menatap pria di bawah gue yang sudah batuk berdarah, tulang pipinya patah, wajah memar dan bengkak.

"Bang...sat...lo..." kemudian orang itu pingsan. Entah mati atau tidak.

Ngiung.ngiung.ngiung. Sirine mobil polisi mendekat. Tak tanggung-tanggung. Gue terciduk karena yang lain sudah kabur sebelum mobil polisi mendekat. Gue memilih duduk menikmati rokok gue. Dan polisi, kemudian memborgol gue dengan kasar.

***

Rumah Gerry

"Anak brengsek! Sudah kubilang kau harus jaga sikapmu! Memalukan."

Si tua bangka yang adalah ayahku memukulku bertubi-tubi. Ayah adalah pemilik restoran dan bar terkenal di sini. Bisa dibilang ayah adalah mafia kelas kakap. Ia bahkan mempunyai backing-an dan bodyguard yang banyak.

"Uhuk..." darah segar keluar dari mulutku. Nyeri ulu hatiku saat ini. Jika dia bukan ayahku, akan kuhabisi dia. "Ampuni aku, Ayah." bisikku lirih.

"AYAH! HENTIKAN!" okay, that's my brother. Dia selalu muncul di saat-saat seperti ini.

"KAU MAU KUHAJAR JUGA?!" mata ayahku sudah seperti orang kesetanan. Ia menatap tajam ke arah kakakku.

"Ayah, biar aku yang urus." sahut Jerry.

"SUDAH BERAPA BANYAK UANG HARUS KUKELUARKAN UNTUK BRENGSEK INI?! AKU BAHKAN HARUS MENYOGOK KELUARGA YANG SUDAH DIBUAT MENINGGAL OLEHNYA. DASAR ANAK TAK TAHU DIUNTUNG! MATI KAU!" Ayahku mendampratku. Aku hanya diam meringis. Aku lelah.

"Ayah, dia bisa mati.. Dan kau yang akan masuk penjara." kali ini samar ku dengar Jerry berkata itu. Akhirnya gelap. Ayah tidak memukuli aku lagi.

***

Author POV

Di sudut rumah Gerry, samar-samar terdengar oleh Satya. Ya, Satya adalah anak dari orang kepercayaan Tuan Herawan, Ayahnya Gerry.

"Ayah, biar aku yang urus." suara Jerry, kakak Gerry menggema memecah suasana panas yang ada.

"SUDAH BERAPA BANYAK UANG HARUS KUKELUARKAN UNTUK BRENGSEK INI?! AKU BAHKAN HARUS MENYOGOK KELUARGA YANG SUDAH DIBUAT MENINGGAL OLEHNYA. DASAR ANAK TAK TAHU DIUNTUNG! MATI KAU!" Satya kaget dengan jawaban Tuan Herawan.

"Astaga. Ternyata anak yang tadi....meninggal?" gumam Satya tak jelas.

"Ayah, dia bisa mati.. Dan kau yang akan masuk penjara."

Setelah itu Satya mendengar suara langkah keluar. Tuan Herawan! Gawat, gue ketahuan nguping. Batin Satya.

"Satya! Kau tolong awasi Gerry. Jika kau lihat dia berkelahi lagi, kabari aku. Aku akan buat dia menyesal."

Satya hanya mengangguk cepat, ngeri.

"Bagus." kemudian Tuan Herawan pergi dengan pengawalan yang super ketat dari bodyguardnya. Kemudian Satya memasuki rumah Gerry. Ia melihat Jerry tengah menelpon ambulance. Ia menatap nanar Gerry. Semoga gak kenapa-napa.

Tak lama ambulance datang, Jerry pamit tak bisa mengantarkan adiknya, sehingga ia meminta bantuan Satya untuk mengantarnya. Satya menelpon Nino untuk segera menyusul ke Rumah Sakit.

"Eri..ka.." gumam Gerry tak jelas saat di dalam Ambulance. Satya mendengar jelas.

"Jadi karena si jalang satu itu, lo sampe begini? Haduh Ger, di mana akal sehat lo." Satya kemudian memejamkan mata, mengurangi beban pikirannya. Kenapa dalam beberapa waktu ini hidupnya seperti dihantui oleh kematian?

Love x Life (END)Where stories live. Discover now