30

108 3 0
                                    

"Morning, George." sapa sekumpulan gadis di gerbang sekolah. George mengemudikan Ferrari putih miliknya dengan kap terbuka, sambil melambaikan tangan ke arah fansnya.

"Kyaa, oppa George." histeris beberapa gadis lain yang diberikan kissbye jauh oleh George.

George memarkirkan mobilnya, menutup kap mobilnya secara otomatis kemudian keluar dan berjalan santai menuju kelas.

"Kak George..." kali ini suara centil dari adik kelas menyapa, George hanya melambai singkat sambil tersenyum.

"Ganteng banget..." gumam beberapa gadis sambil menoleh ke arah George tanpa berpaling sedikitpun.

Mendengar itu, George tersenyum. Tak sia-sia operasi hidung yang dilakukannya kemarin di Korea. Ia rela menggelontorkan ratusan juta untuk perawatan wajahnya.

Wajahnya menatap seorang gadis yang sangat ia tahu. Gadis itu menguap malas sambil memegang perutnya.

"Gaby!" panggil George, gadis itu menoleh dan hanya melambai padanya kemudian melanjutkan berjalan gontai.

Sedikit berlari, George menghampirinya. "Kau kenapa? Pucat sekali." tanya George sambil merangkul bahu Gaby sok akrab.

Rika menepisnya. "Hidung besar, lepaskan tanganmu atau kupatahkan hidung jelekmu." ancam Rika sambil mengepalkan tangan di depan hidung George.

"Eh jangan!" cegah George.

"Pergilah sebelum kesabaranku habis." usir Rika. Gadis itu melangkah gontai dan tak menyadari ia menubruk seseorang.

"Duh, jalan pakai mata!" tubuh Rika ambruk dan lengan kekar itu mengulurkan tangan membantunya.

Saat menatap sang pemilik lengan, Rika terbelalak. "Taehyung?" gumamnya pelan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taehyung membantu tubuh Gaby bangun.

"Aku tidak baik-baik saja." jawab Rika lemah dan melanjutkan menuju kelas.

"Kenapa? Mau cerita ke kantin?" tawar Taehyung menunggu jawaban gadis di depannya.

Seketika mata cantik milik Gaby mengerling. "Kau adalah manusia terpeka sepanjang masa!" Rika menepuk bahu pria di hadapannya dengan tegas sambil tersenyum lebar. Taehyung menaikan alisnya.

"Kenapa" tanya Taehyung tak mengerti.

"Aku lapar. Kartu yang dulu tidak bisa kugunakan." Rika menunduk sedih.

"Ah, aku mengerti. Ayo ke kantin. Aku traktir." Taehyung mengelus rambut gadis itu dan Rika bergelayut manja di lengan kekar itu sambil mereka berjalan menuju kantin sekolah.

Dari kejauhan, George menatap kejadian itu.

"Kenapa jika dengan Taehyung ia berubah? Apakah mereka benar pacaran? Bukankah Taehyung sudah ditolak?" George berpikir sambil memegang dagunya.

"Heh anak muda, kau mau berdiri berapa lama di sana? Masuk kelas!" guru kelas George menepuk pundak pria itu. George langsung panik.

"Eh, iya Pak." buru-buru ia masuk kelas, ia harus menjaga imagenya.

***

Gerry sudah mendengar dari Satya mengenai permintaan dari Rika. Gadis itu tak pernah berniat menyerang seseorang tanpa alasan. Yang ia tahu, Gaby dekat dengan Taehyung. Apakah Rika punya perasaan terhadap Taehyung? Entah kenapa memikirkan itu membuatnya ingin menampar Rika.

Dengan penuh emosi, Gerry berjalan menuju tempat mereka biasa bolos, rooftop sekolah. Dan betul saja, Rika sedang menatap pemandangan kota.

"Kau sudah dengar?" tanya Gaby dalam tubuh Rika. Ia sadar bahwa Gerry menghampirinya. "Aku ingin dia tersiksa. Buat dia tersiksa di depan mataku. Culik dia, aku yang akan menghajarnya." perintah gadis itu dengan nada dingin.

"Jika kau tak bisa, maka aku yang akan turun sendiri." Gaby menghampiri tubuh Gerry, memeluknya dan mengecup pelan bibir Gerry. "Ini perintah." bisiknya, kemudian pergi meninggalkan pria menyeramkan itu.

Sedangkan Gerry? Ia terdiam memegang bibirnya. Jantungnya berdegup kencang. Sialan! Terlalu bodoh dirinya jika memikirkan hal-hal cengeng seperti cinta. Cinta? Apa itu cinta? Aaaahhhh Rika sialan! Gerry mengepalkan tangannya dan menghubungi Satya dan Nino.

"Culik Gabriella Hills, bawa dia ke taman belakang sungai." perintah Gerry melalui telepon genggamnya, kemudian ia menyalakan lighter pada rokoknya dan menikmati tiap hembusan dalam tenang.

***

Rika dalam tubuh Gaby melangkah gontai menuju gerbang sekolah. Hari ini Taehyung membatalkan janjian mereka untuk kulineran es krim di dekat sekolah karena ada latihan basket untuk turnamen bulan depan.

"Hai, Gaby. Kau mau pulang? Aku sedang tidak ada syuting hari ini." sapa George.

"Tidak usah!" ketus Rika melanjutkan langkahnya.

Mobil George menyamai langkah milik Gaby. Namun cerdik, Rika mengambil jalan kecil dimana mobil tidak bisa masuk.

"Gaby! Tunggu aku!"

Teriakan itu membuat Rika tertawa. "Dasar hidung besar bodoh." tawa Rika sambil melanjutkan perjalanan.

"Kau mau kemana?" seorang pria memakai masker hitam, topi hitam, pakaian hitam mencegatnya.

"Siapa kau? Mau apa?" Rika menyiapkan kuda-kuda andalannya.

"Ikut aku." bisik pria itu.

Tanpa Rika sadari tubuhnya sudah dipegang kanan kiri oleh dua pria, ia berusaha melepaskan pegangannya. Pria didepannya menempelkan saputangan tepat dihidungnya dan Rika kehilangan kesadarannya.

Tubuh gadis itu dibopong masuk sebuah mobil sport besar dan kemudian meluncur meninggalkan tempat. Lokasi pada saat itu sunyi dan tidak ada siapa-siapa.

Dibalik tembok, seorang lelaki menatap kejadian itu. Ia gemetar. Wajahnya pucat.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" gumam George panik. Sebelumnya ia memarkirkan kembali mobilnya dan membuntuti tubuh Gaby dengan asumsi bahwa gadis itu belum menghilang jauh. Namun ia menyaksikan bahwa Gaby diculik. Ini menyeramkan.

"Taehyung.." gumamnya sambil mengeluarkan handphone. Ia mencoba menghubungi pria itu namun tak diangkat.

Nomor yang anda tuju tidak menjawab

Oke, aku harus balik ke sekolah. Putus George. Ia berlari kembali ke sekolah. Ia harus menyampaikan ini pada Taehyung. Harus.

***

"Diculik?!" Taehyung terbelalak mendengar penjelasan George.

"Ia, hyung. Ada sekitar tiga orang pakai baju serba hitam. Kasian Gaby. Mulutnya disekap dan diberi obat tidur, soalnya Gaby langsung lemas dan mereka menggotongnya. Kita harus lapor polisi." George hendak memencet nomor telpon polisi.

"Jangan dulu bodoh! Kita harus cari dulu." cegah Taehyung.

"Cari dimana? Udah aku akan telpon polisi!" ujar George kekeuh dan menelpon polisi.

"Halo kantor polisi, disini...."

Belum sempat menjelaskan Taehyung meraih handphone George dan membantingnya keras hingga retak.

"Kau bisa tenang? Aku akan mencarinya! Dan jangan coba-coba hubungi polisi, atau karirmu akan tamat." putus Taehyung kemudian berlari menuju parkiran. Entah kenapa ia panik sekali.

Ia mengendarai mobilnya menuju ke tempat sahabatnya. Dafa. Ia yakin hanya Dafa yang bisa membantunya.

***

Love x Life (END)Where stories live. Discover now