"Gaby...." George tersentuh dan memeluk Gaby.

"Hei!" dengan reflek Rika mendorong keras tubuh George. "Bodoh! Jangan sentuh aku! Merusak mood saja." Rika memilih meninggalkan dua pria yang terpaku di depan lokernya.

"Sepertinya aku menyukainya." ujar George pada Taehyung kemudian bersiul riang meninggalkan Taehyung sendiri.

"Huh Gaby, kenapa daya tarikmu saat ini terlalu kuat?" gumam Taehyung menghela nafas panjang sambil menatap langit

***

"Kemana Gerry?" tanya Gaby dalam tubuh Rika pada Satya.

"Entahlah. Dia tak memberiku kabar." sahut Satya terdiam.

Mereka berdua tengah menikmati udara pagi di balkon atas sekolah. Itu adalah tempat pelarian anak Redbull, geng yang ditakuti di sekolah mereka.

Sebenarnya gue tahu, Rik kemana Gerry berada. Cuma gue gak bisa kasih tahu apa yang terjadi. Gerry dikirim ke New York untuk introspeksi diri. -Satya

"Gue mau Gerry menculik Gabriella Hills, siswi St.Angel." suara yang berat, tanpa basa-basi dan menusuk mengalir dari bibir milik Rika akibat Gaby.

"Kenapa lagi, Rik?" tanya Satya penasaran.

"Gue mau dia mati." mendengar itu, Satya terbelalak.

"Lo ada dendam apa?"

"Lo gak perlu banyak tanya, culik dia dan gue yang akan habisi."

Gaby membawa tubuh Rika pergi dari hadapan Satya. Ia menuju kelas dan tenggelam dalam lamunan.

"Jangan berharap Taehyung akan menyukaimu, jalang!" bentak suara wanita yang selalu membuntuti Taehyung di sekolah mereka.

"Kau itu cuma anak TIRI!" sahut gadis yang lainnya.

Entah kenapa airmatanya mengalir deras. Ia benci dengan kehidupannya. Ia bangkit berdiri membawa tasnya pergi keluar kelas tanpa pamit ke guru yang menatapnya tajam.

Entah apa yang membawanya menuju sebuah tempat yang sangat ia kenal. Markas Hypebite.

krieeett. Pintu tidak terkunci sehingga ia bisa leluasa masuk. Entah apa yang membuatnya duduk di pojokan dan menangis tersedu-sedu.

"Hiks...Hiks... Kenapa aku harus berada di sini. Lebih baik aku mati." tangis Gaby sesenggukan.

"Ah suara siapa itu yang sudah membangunkanku?" Dafa yang tidur di balik sofa mencari sumber suara tangis.

"Erika?" Dafa terkejut, sama halnya dengan Gaby dalam tubuh Rika yang matanya basah.

"Dafa?!"

"Hey, kenapa kau menangis?" Dafa jongkok menyamai tingginya dengan Gaby yang menekuk lutut Rika.

"Tidak papa. Aku hanya ingin pergi dari tubuh ini." ungkap Gaby sambil menghapus airmatanya.

"Pernahkah kau berpikir mungkin ini karma dari Tuhan. Mungkin dulu kau tidak bersyukur dengan kehidupanmu, sehingga kau menginginkan hidup orang lain. Dan ternyata? Kau bahkan tak pernah tahu orang lain itu berjuang lebih keras darimu supaya bisa survive." ceramah Dafa. "Hentikan tangismu. Selesaikan semua dengan kepala dingin."

"Sebentar, aku buatkan kau teh hangat." Dafa meninggalkan Gaby yang masih terdiam dan menuju dapur.

Gaby merenungkan setiap kata dari Dafa. Ya, mungkin benar bahwa Gaby lah penyebab kekacauan terjadi. Ia terlalu egois dengan hidupnya dan menginginkan hidup orang lain.

Sudah terlalu banyak hal yang dialami Rika dalam tubuhnya. Sudah berkali-kali nyaris mati. Mungkin ini saatnya Gaby menyerah.

"James, kumohon pertemukan aku dengan Rika." bisik Gaby dalam hati sambil memejamkan mata.

James dari sampingnya menatap sedih gadis itu. "James dengar, semoga kau sadar supaya aku bisa menghantarkanmu ke tempat layak di sana."

***

"Hey, kau bengong lagi?" tanya Dafa menggerakan tangan berharap ada respon dari lamunan Gaby.

"Minumlah..." Dafa menyodorkan teh hangat ke tangan Gaby dan gadis itu menerima. Ia menyesap teh perlahan.

"Aku tak paham dengan takdir atau apapun yang menimpamu. Tapi ingatlah bahwa seburuk apapun kehidupanmu, terimalah dan ubahlah. Walau sulit dan jika tak bisa diubah setidaknya bersyukurlah. Dengan bersyukur kau akan lebih menghargai dan menerima hidupmu."

"Kuharap, dikehidupan berikutnya kita dipertemukan kembali, Dafa." akhirnya senyum gadis itu terkembang.

Jika Rika asli tidak akan mungkin tersenyum seperti ini, pikirnya.

Mereka berdua tersenyum dan melanjutkan pembicaraan tentang..... mungkin cinta?

Love x Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang