"Sinka kenapa bisa pingsan ya? Apa dia sakit? Atau gak sarapan?" Tanya Angel. Namun terdengar seperti bicara dengan dirinya sendiri.

"Sinka tidak sakit, dan dia juga sarapan pagi ini" Angel menoleh kearah Ravien yang duduk di kursi yang berada di samping Sinka.

"Kok lo tau?"

"Kami tinggal satu rumah. Tidak mungkin aku tidak tau, apa saja yang dia lakukan dan apa yang terjadi padanya" Jawab Ravien.

"WHAT?!" Ravien menutup telinganya. Sungguh, suara perempuan di sampingnya ini benar-benar membuat telinganya sakit.

"Dia pacar sekaligus calon istriku. Tidak ada salahnya kan kalau kami tinggal satu rumah?"

"Kak Ravien" Ravien dan Angel menoleh ke arah sumber suara.

"Kak Sinka kok bisa gini, Kak?" Ravien menggeleng.

"Lo adeknya Ravien?" Tanya Angel

"Iya, Kak Angel"

"Lucu ya. Rambutnya putih" Karena gemas, Angel reflek mencubit pipi Stephan.

Tanpa mereka sadari, di samping Stephan. Sudah ada perempuan yang sedang menahan rasa kesalnya. Ya, dia adalah Nadila.

Nadila yang pertama mendengar berita heboh itu, saat akan ke toilet. Ia langsung bisa menebak jika itu Sinka karena para murid yang bergosip itu mengatakan 'cewek buta itu, pingsan di toilet'

Nadila langsung berlari menuju kelasnya dan memanggil Stephan untuk mengecek kebenarannya. Dan beruntung saat itu, kelas mereka sedang tidak ada guru. Jadi mereka tidak perlu memikirkan alasan untuk mereka pergi.

"Aku sudah memberitahu Bunda" Ravien hanya mengangguk.

Pikirannya masih memikirkan aura sihir yang tidak asing baginya. Tapi ia lupa, dimana ia bertemu dengan kekuatan seperti itu.

"Bisa kalian menjaga Sinka sebentar? Aku ingin mengurus sesuatu" Ucap Ravien.
Nadila dan Angel mengangguk.

"Ikut aku" Ravien mengajak Stephan keluar ruang UKS.

Ravien mengajak Stephan ke lorong sekolah yang cukup sepi.

"Apa kau merasakannya? Ada yang menggunakan sihir di sekolah ini" Tanya Ravien dengan suara pelan.

"Tidak, aku tidak merasakannya."

"Aneh, padahal kita sama-sama bisa merasakan sihir. Tapi kenapa kau tidak merasakannya? Apa karena sihir itu hanya sebentar dan tidak terlalu besar. Makanya kau tidak merasakannya sama sekali" Tebak Ravien.

"Bisa jadi. Ah, kalau dia sampai mengganggu Paw ku. Aku tidak segan mengoyak tubuhnya"

'Kenapa jadi dia yang lebih menyeramkan di bandingkan aku? Padahal yang sedang pingsan adalah pacarku.' Batin Ravien.

Ravien sudah membayangkan bagaimana jika Nadila juga terkena sihir yang sama seperti Sinka. Ia yakin kalau Adiknya itu akan mengeluarkan kekuatannya untuk mengoyak tubuh pengguna sihir itu.

Stephan yang kekuatannya telah aktif, sama mengerikannya dengan seekor srigala yang kelaparan. Kuku-kuku nya akan berubah menjadi panjang dan tajam. Satu serangan cakaran saja, bisa memotong batang pohon hingga menjadi beberapa bagian.

"Lebih baik kita kembali. Aku pikir kau merasakan sihir itu" Ravien dan Stephan kembali ke ruang UKS

Sepuluh menit kemudian, Sinka baru sadar.

"kak Sinka" Mereka langsung mengelilingi Sinka.

"Vien"

"Aku di sini" Ravien menggenggam tangan Sinka.
Ravien dan Nadila membantu Sinka yang ingin duduk.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now