(Anggap itu Sinka sama Ravien ya. Nah, itu yang kemarin nanya model seragam Sinka gimana. Ya itu udah ada ya 😁😁)

Tak hanya di negeri sihir, ternyata pesona dan ketampanan Ravien dan Stephan juga mampu menghipnotis para gadis di sekolah itu. Hampir seluruh gadis di kantin itu melihat dan membicarakan mereka.

"Hai, gue boleh gabung di sini kan?" Ucap seorang gadis.

"Boleh Kak" Jawab Stephan.

"Gak usah genit iih" Bisik Nadila, lalu mencubit kemudian menarik pipi Stephan. Ia tidak suka saat Stephan tersenyum pada gadis di hadapan mereka.

"Menjauhlah" Ucap Ravien. Mata elangnya itu melirik tidak suka ke arah gadis di sampingnya.

"Kenapa? Padahal cowok-cowok disini malah mau gue deketin. Kenalin, nama gue Yona" Ravien hanya melihat sekilas pada uluran tangan Yona dan kembali menghadap pada Sinka. Bahkan ia memunggungi Yona.

"Mau makan apa?" Tanya Ravien

"Kok aku di cuekin sih?" Yona semakin merapatkan duduknya pada Ravien. Membuat Ravien risih.

"Jadi apa mau mu?" Tanya Ravien

"Jadi pacar gue"

"Gadis di samping ku ini pacarku" Jawab Ravien. Yona menahan tawanya

"Lo ganteng, kenapa pilih cewek yang buta? Gue.. Aduh" Ravien memukul mukul kening Yona dengan telapak tangannya.

"Diamlah, sebelum aku membuatmu tidak bisa bicara selamanya" Ancam Ravien.

"Vien, udah" Sinka mengeratkan genggaman tangannya pada Ravien. Ia tidak ingin Ravien membuat keributan di sekolah ini. Kalau tidak, semua akan mengetahui rahasia keluarga mereka.

Yona yang kesal dengan respon Ravien pun pergi meninggalkan meja mereka.

"Dia salah menggoda orang" Stephan tertawa melihat gadis bernama Yona itu pergi dengan wajah kesalnya.

"Kak Sinka, makanannya aku pesanin ya?" Sinka mengangguk.

"Yuk, temenin aku pesan makanan." Nadila menarik tangan Stephan untuk ikut dengannya.

"Gue tinggal ya? Gue mau pesen makanan juga" Ucap Riskhi.

Tak lama, Mereka pun kembali dengan membawa nampan dengan makanan dan minuman untuk mereka. Kecuali Nadila.

"Ngapain kamu senyum-senyum?" Tanya Nadila saat melihat Stephan tersenyum kearah meja di sebelah meja mereka.

"Mereka mengambil gambarku" Ucap Stephan lalu membagikan makanan para Ravien dan juga Sinka.

Nadila kembali cemberut. Ia baru tau, jika memiliki kekasih yang tampan dan lucu itu akan sekesal ini.

"Jangan heran. Mereka berdua itu memang gitu. Kalian punya Hp kan?" mereka mengangguk.

"Coba siniin gue pinjem bentar" Ravien memberikan ponselnya dan juga milik Sinka pada Riskhi. Begitu juga dengan Stephan dan Nadila.

"Nah udah. Gue udah masukin M.Web sekolah kita. Yang megang itu ya mereka yang duduk disana. Yang hitam manis itu namanya Rachel dan yang putih itu Vanka. Gue yakin, berita tentang kalian juga udah pasti ada di sana." Mereka pun mengecek ponsel mereka. Dan benar saja, berita tentang mereka sudah ada disana beserta foto mereka yang baru saja diambil.

"Ikhi, sini dong lo. Kita mau ngomong sesuatu nih" Panggil seorang Siswa.

"Maaf ya, gue pindah ke sana. Lain kali kita makan bareng" Ucap Riskhi. Ia pun pergi dengan membawa makanannya.

"Ih, tadi kan aku mesennya dingin. Kok ini gak dingin sih" Kesal Nadila saat tau es buah miliknya tidak dingin.

"Sini" Stephan menggenggam mangkuk es buah milik Nadila dan beberapa detik kemudian ia melepaskannya kembali.

"Cobain nih" Stephan menggeser kembali mangkuk es buah itu kepada Nadila.

"Duuh.. Dingin banget. Sampe ke kepala rasanya" Ucap Nadila sambil memegangi kepalanya.

"Coba kamu rasain deh, ini dingin banget tau" Nadila menyuapi Stephan es buah miliknya. Tapi respon Stephan terlihat biasa saja.

"Kok kamu gak kedinginan sih?"

"Ya karena memang tidak dingin, ini biasa saja" Nadila melongo tak percaya. Terbuat dari apa kekasihnya itu?

"Coba lagi, Aaaa" Nadila kembali menyuappi Stephan. Dan hasilnya sama, Stephan masih biasa saja.

"Jangan heran, dia itu kebal dengan yang namanya dingin" Ucap Ravien.

"Keren banget sih Mr. Snowman ku" Ucap Nadila dengan gemas.

"Vien"

"Hm?" Ravien menyimpan sendoknya dan menoleh ke arah Sinka.

"Apa sebaiknya aku gak usah sekolah aja?" Ucap Sinka. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Kau ingin berhenti? Serius?" Sinka diam.

"Baiklah, kalau itu yang kau mau. Pulang dari sini, aku akan bilang ke Ayah kalau kita akan berhenti sekolah" Ucap Ravien.

"Kenapa kamu juga berhenti?"

"Karena aku akan ikut kemanapun kau pergi. Kalau aku tidak di sampingmu, bagaimana aku bisa menjagamu?" Sinka kembali di buat terdiam dengan ucapan Ravien. Ternyata punya pacar yang nekat dan tidak perduli dengan apapun itu cukup membuatnya pusing.

Stephan dan Nadila hanya diam memperhatikan Sinka dan Ravien yang sepertinya akan berdebat.

"Tapi kamu gak seharusnya.."

"Eh? Jadi bener lu berdua sekolah di sini?" Mereka menoleh kearah seorang anak laki-laki yang kini sudah duduk di samping Nadila.

"Ini Kakak yang waktu itu kan? Yang negur kita di taman" Anak laki-laki itu mengangguk.

"Gue Nabil" Ucap Nabil. Matanya tak sengaja menatap pada seorang gadis yang terlihat lucu.

'Nih cewek anak baru apa ya? Kok gue baru ngeliat ada murid selucu dia sih? Duh, lemah hati abang, dek.' Batin Nabil. Matanya tak lepas memperhatikan Sinka.




😌I'm Back 😎

Gimana?

Banyak orang baru ya.. 😁

Doa kan saja supaya saya tidak ketuker tokoh di ff ini ke ff yg lain.. Agar kalian tidak bingung nantinya. 😂😂

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan  

Two Moon [END]Where stories live. Discover now