MP #6

3.2K 645 119
                                    

I worry

there's something broken

In our generation

There are so many

Sad eyes on happy face

***

"Hubungan antara parasocial dengan self-esteem pada penggemar k-pop ."

Prof. Young Jing melirik ke arah Yui dan lembaran judul skripsi yang ada di tangannya secara bergantian. "Kau yakin dengan judul ini?"

Yui mengangguk yakin, "saya pikir ini cukup umum dan menarik jadi saya merasa tertantang dengan penelitiannya."

Prof. Young Jing mengangguk-anggukkan kepalanya, "berkaitan dengan ini, kenapa kau seperti terburu-buru untuk menyelesaikan skripsi mu? Dari angkatan mu hanya ada tiga orang yang mendatangi saya untuk konsultasi. Kau terlalu bekerja keras." Tanyanya penuh selidik.

"Saya hanya ingin menyelesaikannya secepat mungkin prof, jadi saya bisa pulang dengan tenang."

Prof. Young Jing mengerutkan keningnya, lalu sedetik kemudian tersenyum mengerti, "ah bapak lupa kalau kau adalah gadis perantau, kau pasti ingin cepat menyelesaikan ini dan berkumpul dengan keluargamu disana bukan?"

Yui hanya membalasnya dengan anggukan untuk membenarkan.

"Kau gadis yang pintar Yui, nilaimu selalu di atas rata-rata. Kalau kau berniat untuk melanjutkan gelar Magister, saya pikir saya bisa bantu untuk memprioritaskan beasiswa mu kepada pihak kampus."

Yui tertunduk sambil menggelengkan kepalanya, "saya harus segera pulang prof."

"Orang tuamu sudah mendesakmu untuk pulang? Sayang sekali."

Yui hanya tersenyum kecil, baginya bisa menyelesaikan gelar sarjananya saja sudah cukup. Dia bahkan masih ragu bahwa mimpinya untuk bekerja sebagai konseling masih bisa terpenuhi mengingat semakin hari gejala yang disebabkan oleh kanker yang bersarang di kepalanya semakin menjadi.

Yui semakin sering merasakan sakit di bagian kepalanya, ketakutan bahwa stadium kankernya naik menjadi lebih besar seolah jadi momok menakutkan dan membuatnya selalu menunda untuk berkonsultasi pada dokter yang menanganinya. Dia belum siap untuk menambah tekanan pada dirinya lagi jik memang dugaannya benar.

"Baiklah, tiga bab pertama sudah lumayan. Kita bisa mengatur waktu bimbingan lagi setelah kau selesai merevisi bagian yang salah."

"Baik, prof." Yui tersenyum lalu berdiri, dan tak lupa membungkuk sopan sebelum dirinya menghilang di balik pintu.

Memprioritaskan beasiswa, sebenarnya Yui akan sangat senang menerima bantuan itu jika saja dirinya berada dalam kondisi yang sehat. Kini otaknya semakin kepayahan dalam menerima sesuatu, tiga bab pertama skripsi itu saja Yui kerjakan dengan susah payah dan dengan waktu yang dia sempatkan di tengah pekerjaan part time dan juga hal lainnya.

Yui mengibaskan tangannya karena terik matahari yang begitu panas, kepalanya terasa mendidih sehingga dia menutupinya dengan map yang dibawanya.

"Yui-ya."

Satu suara yang memanggilnya membuatnya menengok ke kiri dan kanan untuk mencari sumber suara.

MEDIA PLAY Where stories live. Discover now