Ratu Naomi menghampiri Ravien.

"Tolong kembali gunakan sihir untuk menekan kekuatannya. Tapi Saya mohon untuk tidak menyakitinya" Pinta Ravien. Ratu Naomi mengangguk.

Perlahan sayap api Ravien terbuka, dan ia pun melepaskan pelukannya pada adiknya itu secara perlahan. Warna mata adiknya itu masih sama, pertanda kekuatannya masih sama seperti tadi. Yang berbeda sepertinya sekarang ia sedikit tenang.

"Tenanglah. Jangan mengamuk seperti tadi" Ravien mengacak rambut Stephan.

"Ma-maaf" Airmata Stephan tiba-tiba mengalir.
Sepertinya dia mulai sadar, pikir Ravien.

Ravien kembali memeluk adiknya.
"Kendalikan kekuatanmu. Kau panglima yang hebat. Aku bangga padamu. Ingat, jangan memberontak lagi. Kalau kau memberontak, sihir Ratu Naomi akan menyakitimu" Stephan mengangguk patuh.

"Adik pintar" Ravien melepaskan pelukannya.

Ravien melangkahkan kakinya menuju Ayah nya yang sedang terbaring di sebuah tandu. Mereka sengaja memindahkan tubuh Vino keluar dari ruang penyembuhannya. Tujuannya untuk melihat reaksi tubuh Vino pada saat bulan biru dan bagaimana jika ia terkena sinar bulan biru.

"Papa, apa aku boleh mencobanya?" Tanya Ravien yang berniat menggantikan posisi Okta yang sedang mengobati Ayah nya.

"Tentu"

Ravien berlutut di samping Ayahnya. Kedua tangannya mengeluarkan api berwarna biru.
Ravien menempelkan kedua telapak tangannya pada luka Vino.

Perlahan-lahan, luka itu mulai tertutup.
Bersamaan dengan luka Vino yang mulai tertutup. Sayap Ravien pun perlahan-lahan mulai menghilang.

"Apa penyembuhan ini menguras kekuatannya? Atau sayap itu hilang karena bulan biru juga akan segera berakhir?" Batin Okta.

Ravien berdiri setelah mersa sudah cukup.
Perlahan mata Vino mulai terbuka.

"Shani. Vino sadar" Teriak Okta.

Shani yang mendengar itu pun segera menghampiri Vino.

"Kak.." Shani langsung memeluk Vino.

"Aku berhasil Papa" Ucap Ravien ketika Okta sudah berdiri disampingnya.

"Itu sebabnya kami selalu mempercayai kalian. Karena kalian... RAVIEN" Okta langsung menangkap tubuh lemah Ravien yang hampir saja terjatuh ke tanah.

"Sayang" Shani beralih untuk mendekap putra satu-satunya itu.

"Terimakasih sayang, kamu anak kebanggaan Bunda. Kita pulang ya? Kamu harus istirahat" Ravien mengangguk lemah.

"Biar Saya yang membawa tuan muda Ravien kembali, Nona" Shani memberikan Ravien pada Archy.

Sedang Stephan sudah aman berada dalam gendongan Delion. Dan sudah kembali lebih dulu bersama Gracia.

"Pulanglah, biar aku yang membawa Vino pulang ke rumah."

"Makasih, Okta" Ucap Shani, ia pun menyusul Archy.

"Bagaimana rasanya setelah tertidur lama, Panglima?" Tanya Okta.

"Sangat tidak enak, beberapa hari belakangan ini aku bisa mendengar percakapan kalian. Tapi sayangnya, aku sama sekali tidak bisa membuka mataku." Jawab Vino.

"Ayo, kuantar kau pulang. Kau sudah membiarkan istrimu menangis setiap harinya, dasar merepotkan" omel Okta.

"Ratu, Saya ingin mengantarkan Panglima Vino kembali"Ucap Okta.

"Silahkan, lekas sembuh Panglima."Ucap Ratu Naomi.

~~~

"Istirahat ya, sayang." Ravien mengagguk. Shani memakaikan selimut hingga sebatas dada pada anaknya.

"Bunda boleh minta satu permintaan sama kamu?" Tanya Shani

"Apapun yang Bunda minta, pasti aku lakukan. Bunda mau minta apa?"

"Hmm, cara bicara kamu sama kata-kata kamu makin hari semakin mirip Ayah kamu ya." Shani membelai lembut rambut Ravien.

"Bunda Cuma minta ke kamu. Kalau hal seperti ini kembali terjadi, Bunda mohon sayang. Jangan terlalu memaksakan diri, Bunda gak mau kehilangan kamu"

"Tidak ada yang akan ngambil aku dari Bunda, jadi Bunda tidak perlu khawatir. Itulah salah satu alasan kenapa aku harus menjadi lebih kuat lagi. Karena aku harus terus ada di samping Bunda, membantu Ayah untuk menjaga Bunda." Shani meneteskan airmatanya. Kata-kata itu, sama persis dengan yang Ravien kecil katakan dulu saat Vino dengan kejamnya memberikan pelatihan khusus pada anaknya. Padahal usia mereka masih sangat muda untuk melakukan hal itu.

"Selamat malam, anak Bunda" Shani mencium kening Ravien. Saat akan menjauhkan tubuhnya, tangannya Shani ditahan oleh Ravien.

"Selamat malam, Bunda" Ravien balas mencium Bunda nya, ia mencium Shani di pipi nya.

"Tidur yang nyenyak ya, besok kamu udah masuk sekolah baru" Ravien mengangguk. Ia juga tidak sabar untuk menunggu hari esok.




😌I'm Back 😎

Gimana?

Nah loh, adek vs kakak 😂

Ciee.. Yang sayang adek.. 😆😆

Tuh, siapa yang nuduh Stephan ngebunuh Papa nya sendiri.. Suudzon nih. 😂😂

Ciee.. Yang besok udah mulai sekolah.. 😏

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan 

Two Moon [END]Where stories live. Discover now