"Buat apa gue becanda? Nggak penting banget tau nggak?!" Jawab Tasya.

"Gue seriuss. Dua rius malah. Dan kalian tau apa yang paling gue suka dari pernikahan Miss.Nayna?" Tanya Tasya seperti orang bodoh. Ya jelas mereka tidak tau. Dasar Tasya!

"Apa?" Riri penasaran.

"2" Safa sependapat dengan pertanyaan Riri.

"3" Nando pun.

"4" Kali ini Arif.

"5" Thalia tak mau kalah.

"6"

"7"

"Udah deh, mau itung-itungan sampai kapan? Sampai pulang juga nggak akan kelar. Gue mau kasih info bukan nyuruh kalian berhitung," Tegas Tasya. Yang lain tertawa lepas.

"Yaudah apa?" Tanya Aura tidak sabar.

"Karena dia wali kelas kita, jadi kita diwajibkan untuk hadir di pernikahan dia. Gimana seneng nggak? Makan-makan ntar kita disana....hahaaahaa," Tasya tertawa renyah.

"Garing," Komentar Romi.

"Hahaaahahaaa" Lagi-lagi mereka tertawa puas.

"Nggak lucu. Lagian gue juga nggak ngelawak kok, jadi kalian nggak perlu ketawa," kesal Tasya.

"Ck, baperan" ledek Nando.

"Jadi apa rencana kita buat resepsi Miss.Nayna nanti? Kalian ada ide?" tanya Tasya barangkali mereka memiliki usul.

"Gue nggak ada,"

"Gue juga,"

"Sama,"

"Ahelah, semuanya pada nggak ada ide. Emang nggak bisa diandelin kalian itu," Komentar Tasya.

"Emang lo ada ide apa?" kata Nando meremehkan.

"Hehe gue juga nggak ada." Tasya cengengesan. Seketika kelas menjadi bising --Karena teriakan mereka yang menyoraki Tasya--

Dito yang merasa tidak nyaman dengan hal itu, segera menarik tangan Aura agar keluar kelas.

"Apa?" tanya Aura ketika mereka sudah berada diluar kelas. Suara bising kelas masih terdengar meski mereka sudah berada diluar. Tapi setidaknya suasana diluar lebih baik untuknya mengobrol dengan Aura.

Sejak tadi Dito ingin sekali berbincang dengan Aura. Tapi sepertinya Aura sama sekali tidak memperdulikannya.

"Miss Nayna? Dia siapa?" tanya Dito, sepertinya ia tidak menyimak apa yang dijelaskan Tasya tadi. Sebenarnya bukan itu tujuan Dito mengajak Aura keluar kelas.

"Miss Nayna itu wali kelas sekaligus guru Bahasa Inggris kita," jelas Aura. Dito mengangguk paham.

"Cuma itu?" tanya Aura.

"Enggak sih, sebenernya ada yang mau gue omongin," Dito menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Apa?"

"Lo punya sepeda?" tanya Dito lagi.

"Sepeda? Buat apa?" tanya Aura penasaran.

"Punya nggak?" Dito mengulanginya lagi.

"Kalo punya kenapa?" lagi-lagi Aura kembali bertanya. Dan itu membuat Dito kesal.

"Ntar sore keliling yuk. Pake sepeda, mau nggak?" ajak Dito.

"Keliling kemana?"

"Ya Tuhannnn....kenapa lama-lama gue gereget ya ngomong sama lo? Setiap gue nanya, bukannya dijawab dulu lo malah balik tanya. Terlalu bolot apa gimana sih? Heran gue, dari dulu nggak pinter-pinter." geram Dito.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang