THIRTY : TRULY

95 5 2
                                    

Truly

Hidup memang begitu. Ketika kita bermimpi suatu hal, hal itu lantas tak kunjung terjadi, namun ketika kita mulai melepasnya, dia malah akan memulai permainannya - Adara✍

❣❣

Author

Perlahan suara derum motor ninja itu mulai mengecil menandakan kedua insan yang menaikinya sudah sampai ditempat tujuan. Dara segera membuka helm-nya seraya menuruni jok motor lalu diberikannya pada Alfa.

"Makasih ya, Fa." Ucap Dara tersenyum.

Alfa segera membuka helm-nya kemudian membalas senyuman itu. Senyum yang paling tulus untuk pertama kalinya, berhasil membuat pipi gadis itu bersemu merah. Tak dapat dipungkiri, Dara merasa dirinya akan melting saat itu juga. Namun untunglah pertahanannya masih ada.

"Seharusnya gue yang makasih. Lo udah buat hari ini jadi lebih baik." Lagi, Alfa tersenyum berlipat-lipat kali manisnya. Dara tak henti-hentinya mengucap doa kepada Sang Kuasa untuk memberikannya kekuatan lebih agar pertahanannya tak runtuh saat itu juga.

"Oh iya, besok ikut gue ya?" Tambahnya lagi dengan penuh harap.

Dara mengernyitkan dahinya. "Kemana?"

"Pokoknya Lo harus ikut. Pulang sekolah Lo tunggu gue di gerbang." Alfa segera memakai helm-nya kembali lalu menghidupkan mesin motor.

Dara mendesis pelan. Pasalnya baru saja lelaki itu terlihat semanis ini dan ia sudah memutarbalikkan semuanya. Namun setidaknya ia bersyukur karena itu membuatnya kembali mendapatkan kekuatan. Secepat itu Tuhan mengabulkan doanya. Tuhan memang adil.

"Kalau gue tiba-tiba ada urusan gimana?" Tanya Dara.

"Gue nggak peduli." Jawab Alfa datar lalu melajukan motornya hingga membuat rambut gadis itu yang tergerai melambai-lambai indah.

Ujung bibir gadis itu tertarik ke atas sambil terus menatap punggung si lelaki yang menjauh. Bersamaan dengan itu, iris mata cokelat Dara beralih menatap seseorang mengendarai sebuah mobil sport yang berlawanan arah dengan Alfa.

Dion.

Lelaki itu. Dara merasakan jelas, sepasang mata dibalik kaca mengunci kedua matanya. Jantung Dara tiba-tiba berdetak tak kendali. Ia mencoba membalikkan tubuh dan melangkahkan kakinya namun sayang, usahanya sia-sia. Ia masih ingat jelas sebuah rasa yang tertanam indah di lubuk hatinya yang paling dalam, yang perlahan dengan berbagai cara ia coba untuk meleburkan semuanya.

Tepat. Mobil itu berhenti 6 meter didepan Dara. Bukan lagi dengan merasa, bahkan telinganya menangkap jelas degupan jantung yang sedang berirama. Lelaki itu tampak keluar dari mobilnya dan ketika hendak menutup pintu mobil, keduanya berhadapan.

Dion tersenyum.

Dion tersenyum pada Dara.

Dengan tubuh yang sudah seutuhnya kaku, Dara membalasnya dengan senyuman kikuk.

Selang beberapa detik, tampak sebuah mobil putih berjalan ke arah mereka. Lebih tepatnya kearah Dion. Dengan dahi tertaut Dara kembali melemparkan pandangannya kearah Dion dan saat itu juga ia melihat pandangan tak suka saat Dion menatap mobil itu.

Seorang perempuan keluar dari mobil itu. Dan apa yang mereka lihat? Benar saja, si perempuan berseragam yang sama dengan Dara. Sean. Gadis itu tampak lusuh dengan bekas air mata yang sepertinya baru membanjiri pipi tirusnya.

Mata Dara seakan tak lepas dari keduanya. Sesekali ia bertanya-tanya dalam hati. Ada apa dengan gadis itu?

Dion terlihat berdecak dan mengusap-usap kasar kepalanya ketika melihat Sean berjalan dengan cepat ke arahnya.

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now