TWENTY NINE : THE HEART

86 6 2
                                    

The Heart

Hati ini ibarat pelabuhan dan perasaanku ke kamulah yang menjadi kapalnya. Kini kapal itu telah berlabuh dan mungkin takkan pernah berlayar lagi, kemanapun - Alfa Samudera✍

❣❣

Author

Tante memandang Alfa lalu menggerakkan kepalanya ke arah Mega. Alfa yang mengerti interupsi tante menarik nafas dalam-dalam menatap punggung Mega lalu melangkah mendekati adik sematawayangnya itu.

Alfa menggapai punggung Mega perlahan tapi pasti. Mega menoleh dan saat itu juga, untuk pertama dari sekian tahun lamanya Alfa kembali memandang wajah Mega. Bahkan sedekat ini. Mega hanya menyisakan sedikit gambaran wajah kecilnya sehingga membuat Alfa linglung dan sedikit asing.

Alfa tak kuasa menahan air mata di pelupuk matanya. Ia memeluk Mega dari samping, begitu erat dan penuh kasih sayang. Kali ini, Alfa tak peduli, mau terlihat lemah atau apa, yang jelas air mata itu adalah bukti kerinduannya. Yang begitu dalam. Alfa semakin mengeratkan dekapannya. Ia beralih mencium kening dan puncak kepala Mega. Hal yang dulu sering ia lakukan untuk memanjakan Mega.

Tanpa mereka sadari, ternyata Mega merespons. Air matanya jatuh begitu saja ketika Alfa memeluknya. Walau wajahnya tak begitu mengekspresikan, air mata itu sudah menjadi bukti bahwa Mega tak benar-benar melupakan semuanya. Ia masih mengingat Alfa, walau dengan wajah yang jauh berbeda dari yang dulu. Namun perlakuan dan pelukan hangat sang kakak masih serupa.

Alfa mendongakkan kepalanya menatap Mega lekat-lekat. Dipegangnya lembut kedua pipi perempuan itu.

"Mega? Kamu ingat kakak? Alfa. Ini kakak, Ga. Kamu nggak mungkin lupa kan?" Suara Alfa terdengar sayu, tatapannya begitu sendu.

Mega hanya menatap balik Alfa dengan air mata yang terus mengalir.

Alfa tersenyum seolah tahu maksud tangisan Mega. Ia mengusap-usap lembut puncak kepala Mega.

"Kita jalan-jalan yuk? Kamu mau kan?" Ajak Alfa.

Tak terduga, Mega kembali merespons, ia mengangguk, walau samar-samar, Alfa melihat jelas anggukan kecil itu.

Di lain tempat, tante turut gembira, bahkan sangat sangat bahagia. Tante menangis haru. Begitu juga dengan Dara, gadis itu tampak larut dalam suasana yang tak sedikitpun pernah ia bayangkan. Untuk pertama kalinya Dara melihat Alfa menangis, mengeluarkan air mata sebanyak itu.

Alfa membuka penyangga pada roda kemudian mulai menjalankan kursi roda itu kearah luar, mendekati tante dan Dara.

"Tan, aku mau bawa Mega jalan-jalan. Boleh kan?"

"Boleh dong, Fa." Tante menggapai pundak Alfa dan tersenyum tulus.

Alfa tersenyum kemudian menoleh kearah Dara. "Kita bawa Mega keliling komplek."

Dara mengangguk sambil tersenyum.

***

Alfa, Dara dan Mega, ketiganya kini berjalan mengelilingi komplek perumahan asri indah. Sesuai namanya, memang benar-benar perumahan yang asri dan indah, bahkan sangat nyaman. Alfa terus mendorong kursi roda Mega sambil sesekali mengusap lembut puncak kepala Mega.

"Fa."

Alfa menoleh. "Iya?"

"Liat deh!" Dara menunjuk kearah taman, Alfa mengikuti arah telunjuk Dara.

"Eskrim?"

Dara mengangguk senang.

"Mega bisa kan makan eskrim? Pasti dia seneng deh kalo dibeliin eskrim."

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now