EIGHTEEN : CONFUSED

90 5 0
                                    

Confused

Hanya sekedar tatapan, namun berhasil meluluhkan. Membuatku tak berdaya, untuk kesekian kalinya - Adara✍

❣❣

Author

Pelajaran di les keempat dijalani Dara tak serius. Pikirannya larut dalam kejadian yang belum juga satu jam berlalu. Beberapa kali Farin mencoba menyadarkan gadis itu dan ia tersadar, hanya sebentar dan kemudian kembali melamun.

"Adara Putri Paskas," Panggil Bu Ratna.

"..."

"Adara Putri Paskas?" Panggilnya sekali lagi, lebih keras.

"Ra, Dara.." Bisik Farin menyenggol pelan lengan Dara.

"Adara Putri?"

"I-iya Bu, bisa kok." Ucap Dara cukup kuat sambil berdiri.

Satu..

Dua..

Tiga..

Semua lantas melepas tawa mereka.

Bu Ratna mengernyitkan dahinya. "Kamu ini kenapa, Dara? Ibu sedang mengabsen, bukan nyuruh kamu ngerjain sesuatu." Bu Ratna menggeleng-gelengkan kepalanya.

Suara sorakan terdengar nyaring di seantero kelas X-MIPA 1. Pipi Dara merah padam. Perlahan ia kembali ke posisi duduknya semula. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan menahan malu.

"Elo sih, gue udah nyenggol-nyenggol juga." Bisik Farin menambah kacau pikiran Dara.

"Yasudah anak-anak, kita lanjutkan pelajaran. Dara, bisa tolong ambilkan peta Sulawesi dan Kalimantan di gudang sekolah?"

Dara melepas tangannya. "B-Bisa, Bu." Ucap Dara sedikit gugup. Ia segera beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kelas, tak lupa ia meminta izin.

Sepanjang jalan, Dara menepuk-nepuk kepalanya sambil bergumam. "O'on banget sih, Raa. Malu-maluin tau ngga! Emang o'on..o'on..o'on!!"

Dara menghela nafasnya kemudian berhenti melangkah. "Semua gara-gara Alfa!" Ucapnya cukup keras disertai hentakan kaki sebagai luapan emosi.

"Gue?" Seru seseorang dari belakang.

Dara menegang. Suara itu, Dara kenal jelas. Itu suara Alfa. Dara menggigit bibirnya, suhu tubuh gadis itu tiba-tiba menurun. Tangan dan kakinya gemetar.

"Gue kenapa?" Tanya Alfa dengan dahi tertaut.

Dara perlahan membalikkan tubuhnya. Ia menangkap wajah Alfa yang dirundung kebingungan.

"Ehh..engga, gapapa kok." Jawabnya gelagapan. "Ehh gue pergi dulu." Dara hendak melangkah namun Alfa segera menariknya.

"Gue nanya elo tadi ngapain nyebut-nyebut nama gue?"

"Gue ngga nyebut nama Lo kok," Sangkalnya tanpa berani menatap Alfa.

Alfa berdecak. "Gue punya telinga kali."

"Nama Alfa ngga cuma Lo doang kali. Ribuan orang punya nama yang sama." Ucapnya menatap Alfa sekilas.

Alfa mengernyit. "Lo kok galak banget sih sama gue? Gue emang ada salah apa sama Lo?"

"Ck, ngga ada kok." Dara menghempaskan tangannya agar terlepas dari genggaman Alfa namun laki-laki itu kembali menariknya lagi.

Dara menggeram dan menatap laki-laki itu ingin meluapkan emosinya. Namun sayang, Ia menangkap mata itu lagi. Begitu teduh bagi Dara. Dan lagi ia terhipnotis.

Alfa menatap Dara dalam-dalam hingga membuat gadis itu salah tingkah. "Plis, kasih tau ke gue kalo gue punya salah. Gue ngga bisa Lo giniin, Ra." Nada Alfa terdengar lemah.

"Ungkapin sesuatu yang buat Lo selalu menghindar dari gue, ungkapin biar gue tau hal mana yang harus gue buang biar Lo nggak benci sama gue,"

"Ra? pliss," Ucapnya memohon.

Dara menunduk.

Alfa menggerakkan tangannya mengangkat dagu gadis itu. "Liat mata gue, Ra."

Dara tetap membuang pandangannya.

"Plis,"

Perlahan dua bola mata itu bergerak dan menangkap dua bola mata cokelat yang benar-benar meluluhkan. Teduh dan tulus. Arght! Benar saja, ini yang selalu berhasil membuat Dara lemah.

"Apa yang buat Lo sebenci ini sama gue?"

Hening sejenak.

"Jawab, Ra."

Dara membuka mulutnya. "Nakal, berandal, Lo nggak tau aturan. Gue benci sama Lo." Ucap Dara dengan suara serak. Kemudian dilepaskannya tangan Alfa dan segera berlalu dari hadapan lelaki itu.

Alfa diam dan menunduk. Ia sadar, pikirannya mulai terbuka. Ternyata hal itu yang membuat Dara menjauh. Tapi kenapa? Alfa bukan meminta untuk Dara menjadi miliknya. Tak pernah sedikitpun bibirnya mengatakan hal itu. Bahkan Dara tak tahu betul apa tujuan lelaki itu sebenarnya. Apa salah berteman dengan orang seperti Alfa? Orang seperti itu seharusnya diperbaiki bukan dihindari.

***

"Jadi Lo bilang gitu sama Alfa?" Farin lantas mengganti posisi telungkup ke posisi duduk. "Sumpah! Lo nggak banget, Ra! Oke kalo elo ngomong langsung soal sifat dia yang nakal atau apalah itu, tapi yang bener aja deh, Ra, nggak seharusnya Lo bilang kalo Lo benci sama dia."

"Duhh, Rin, ngga tau ah gue pusing." Dara mengusap-usap rambutnya frustasi kemudian menghempaskan wajahnya ke bantal.

"Sini sini." Farin menarik tangan Dara untuk berubah ke posisi duduk.

Dara mendesis. "Apaan sih, Rinn?" Ucap Dara setelah benar-benar duduk dihadapan Farin.

Farin menempatkan kedua tangannya dipundak Dara dan menatapnya dalam-dalam. "Gue ngga mau tau, pokoknya Lo harus minta maaf dan bilang kalo elo Sebenernya ngga benci sama dia. Titik." Ucap Farin melepaskan tangannya kemudian mengambil segelas sirup dan meneguknya.

Mata Dara melebar. "Nggak! Gue ngga mau."

"Eh!! Ngga ada ngga mau ngga mau, harus mau!" Ucapnya kekeh.

"Kok Lo jadi ngatur-ngatur gue sih?" Ujar Dara tak terima.

Farin menghela nafas. "Dara, gue itu sahabat Lo. Dan sahabat pasti mau yang terbaik buat sahabatnya." Tegasnya.

Dara menghela nafas frustasi. "Terbaik apaan coba?"

"Pokoknya Lo ikutin saran gue, gue nggak mungkin ngejerumusin Lo ke hal yang ngga baik, Ra."

Dara menghela nafas dan beranjak dari tempat tidur. "Terserah."

"Eh mau kemana?"

"Kemana gue suka." Ucap Dara ketus seraya terus berjalan keluar kamar.

"Ck! Curut tungguinn." Farin bergegas mengikuti Dara.















Give your voment guys!!!

Love youu ❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now