THIRTEEN : UNFORTUNATE

105 9 4
                                    

Unfortunate

Cara terbaik untuk membiasakan adalah sejenak melupakan hal yang membuatmu terbiasa - Adara✍

❣❣

Author

"Jadi minus dua ya kak," Ucap si Mbak petugas optik setelah selesai memeriksa mata Dara.

Pasrah..

Pasrah..

Pasrah..

Siap-siap kena omel Mami -batinnya.

Dara dan si Mbak pun keluar dari ruang periksa.

"Min-nya naik ya, Buk, Pak."

Helena tersenyum kontradiktif. Dara hanya bisa menunduk tak berani menatap.

"Ini Kak, dicoba dulu." Ucap si mbak memberikan kacamata percobaan.

Dara tersenyum samar dan segera mengambilnya.

"Coba baca tulisan yang disana, Kak."

Dara mencoba membaca pamflet di toko depan. "Menjual berbagai jenis pakaian, bayi, remaja, de-"

"Oke. Jalan dulu, Kak."

Dara pun mengikuti interupsi si Mbak-mbak optik.

"Gimana Kak? Enak ngga pakenya?"

Dara mengangguk. "Enak Kak,"

"Yaudah sini kak, silahkan dipilih dulu gagangnya."

"Mau yang mana, Dek?" Tanya Helena.

Seketika kelegaan meliputi Dara.

Untung ngga marah -batinnya.

Dara memandangi satu persatu kacamata yang tersusun rapi. Satu menit dan... dapat.

"Yang ini, Mi." Dara menunjuk kearah kacamata dengan gagang berwarna hitam. Berukuran sedang. Berbentuk bulat.

Si Mbak petugas pun segera mengambil kacamata tersebut. "Yang ini ya kak,"

"Iya kak,"

"Yang ini, Dek?" Tanya Helena memegang dan mengamati dengan seksama kacamata tersebut.

Dara mengangguk.

"Bagus kok," Ucap Firman yang juga mengamati kacamata tersebut.

"Bisa siap hari ini nggak, Mbak?" Tanya Helena.

"Bisa kok Buk, kalo mau nunggu gapapa, sebentar aja kok,"

"Oh iya-iya. Berapaan ini, Mbak?"

"550 ribu, Buk. Kalau sama kacanya yang bagus 200 jadi total 750 ribu,"

"Mahal banget, Mbak."

"Iya, memang segitu, Buk. Ini sudah yang bagusnya."

"Yaudah lah, Mi, gapapa." Ucap Firman.

"Emang udah bener yang ini kan, Dek?" Tanya Helena memastikan.

"Iya, Mi."

"Yaudah ini aja, Mbak."

"Baik, Buk. Tunggu sebentar ya."

***

Setelah menyelesaikan administrasi, Dara, Helena dan Firman segera menaiki mobil menuju stasiun. Jo sedang sibuk dengan organisasi baru di kampusnya dan hari ini adalah jadwal latihan futsal Aldi berhubung sebentar lagi ada perlombaan dan sekolah mereka jadi tuan rumah sehingga keduanya tidak dapat ikut mengantar Firman.

"Mulai hari ini Mami akan sita hape kamu, selama sebulan. Ngerti Dara?"

Nyess!!

Mata Dara membulat sempurna. "Mami......!!! Kok main sita-sita'an sih?!"

"Loh iya dong, biar kamu terbiasa dulu ngga pegang hape."

"Tapi Mi-"

"Ngga ada tapi-tapian. Nurut sama Mami." Ucap Helena dengan tegas dan lugas.

Ck! Tadi aja masih baik-baik, sekarang?! Erghhhtt! Apalah arti hidup gue tanpa si cibibalabala hape unyu kesayangan? OMG! Ngga bakal kebayang rasanyaaa -batinnya.

Firman menghela nafas sambil geleng-geleng kepala. "Ngga usah terlalu keras lah, Mi."

Helena memutar kedua bola matanya. "Papi itu terlalu manjain anak tau ngga? Kaya gini nih jadinya," Helena menggeleng frustasi.

"Bukannya gitu, Mi. Dara kan juga perlu media buat nyari tugas. Sekarang mah kebanyakan guru apa-apa suruh cari diinternet, kalo Mami sita hape Dara gimana entar dia nyarinya?"

Skakmat!

Dara berteriak kemenangan dalam hati.

Udah deh, Mi. Perintah kepala keluarga ngga boleh dibantah -batinnya.

"Yaudah nanti Mami pikir-pikir."

"Jangan kelamaan mikirnya, Mi."

Helena menatap Dara datar namun penuh makna.

"Iya-iya," Ujar Dara menunduk dengan bibir yang sedikit mengerucut.

***

Pagi itu, cukup lama Dara berdiri didepan kaca. Beberapa kali menggeser kacamata yang dikenakannya agar terlihat cocok dipakai. Dara benar-benar harus menyiapkan mental mendengar komentar teman atau sahabat-sahabatnya disekolah nanti, pasalnya Dara pernah mencoba kacamata fashion milik Mika hingga membuat Mika tertawa lepas.

Tok.. Tok.. Tok..

"Raa? Lama banget sih! Udah telat nih." Ucap Aldi dari balik pintu dengan nada sebal.

Dara berdecak. "Iya bentar."

Sekali lagi Dara merapikan kacamatanya kemudian keluar menemui Aldi. Dara mendapati Aldi yang bersender didinding dengan tangan dilipat serta raut wajah kesal yang menyelimutinya.

Dara tersenyum jahil kemudian mencolek dagu Aldi. "Cie-ileh!! Kakak gue ngambek nieee, foto dulu ah! Masukin ke instastory. Siapa tau ada para fans-fans alay yang liat!" Dara merogoh ponsel di saku celananya kemudian menekan tombol yang bergambar kamera.

"Dara, siniin hape kamu." Ucap Helena yang baru saja tiba dengan tatapan yang bagi Dara adalah tatapan paling horor 'se-asia tenggara', datar namun terkesan kejam.

"Yaah Mi...." Rengek Dara dengan bibir mengerucut.

Helena menjulurkan tangannya dengan arti 'kasih ke Mami, sekarang.'

Dengan berat hati, Dara menyerahkan ponsel itu ke tangan Helena. Aldi tersenyum kemenangan.

Rasain Lo! Emang enak kena karma -batin Aldi.

"Yaudah sana, udah telat ini kalian."

"Iya, Mi." Dara menyalim tangan Helena.

"Pergi dulu, Mi." Ucap Aldi melakukan hal yang sama seperti Dara lakukan.

"Hati-hati, jangan ngebut,"

"Beres Mam!" Aldi mengacungkan kedua jempolnya.

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang