FOURTEEN : NEW STYLE

104 8 0
                                    

New Style

Apa yang dilihat oleh mata seringkali membuat perspektif yang salah - Adara✍

❣❣

Author

Dara berjalan dengan kepala menunduk, sangat tidak percaya diri dengan penampilannya hari ini. Ia melangkah sambil mengoceh dalam hati. Dara melangkah ragu dengan pikiran negatif yang selalu mengatakan 'pasti gue jelek banget pake kacamata'.

Dara menarik nafas lega ketika sudah sampai dikelas. Setidaknya hanya teman-teman sekelasnya yang memandangi Dara seperti itu.

"Ciee.... ada yang mata empat nieee..." Ucap Raka-Si usil paling pecicilan dikelas kala melihat Dara melintas dihadapannya. Membuat emosi Dara agak naik.

"Cihuy! Traktir dong yang kacamata baru," Goda Putra kemudian terkekeh setelahnya.

"Mata Lo rabun, Ra?"

Nyess!!

Bisa diperhalus ngga kata-katanya? Nyelekit banget. -batinnya.

Memang belum banyak yang tahu bahwa Dara punya masalah pada matanya karena ia selalu memakai contact lens.

Farin yang baru datang langsung menyorot penampilan Dara dengan dahi tertaut. "Pake kacamata, Ra? Kenapa?"

"Iya, risih pake contact lens terus." Terangnya.

Farin manggut-manggut mengerti. "Bagus kok. Ketjeh!" Katanya mengacungkan jempol dan mengedipkan mata sekaligus.

Hhahh.... akhirnya ada yang muji. -batin Dara.

"Hehe, beneran?" Tanya Dara memastikan.

Farin mengangguk sambil tersenyum. "Eh iya btw hari ini ada pr nggak?" Ucapnya seraya duduk di bangku.

"Kagak." Jawab Dara singkat.

Farin manggut-manggut dan membentuk huruf 'O' dengan mulutnya tanpa suara.

Suara denting ponsel Dara memecahkan keheningan sesaat. Dara membuka layar ponselnya dan membuka fitur WhatsApp.

Kak Amy

Ra, nanti pulang sekolah rapat di aula. Lo jangan telatt

Dara menggerakkan jarinya membalas pesan itu.

Sepp👍

"Siapa, Ra?" Tanya Farin mencondongkan badannya ingin tahu siapa yang sedang bertukar pesan dengan Dara.

"Ka Amy."

"Ngapain?"

Dara mendesis. "Kepo!" Dara memasukkan kembali ponselnya ke saku rok abu-abunya tanpa memikirkan Farin dengan ekspresi kepo.

Farin mendecih, memicingkan matanya menatap Dara. "Pelit!"

"Bodo."

***

Bel masuk akhirnya berdering nyaring. Seperti biasa, siswa/i segera berkumpul ke lapangan untuk mengikuti kegiatan apel pagi sebelum Pak Bonar benar-benar marah. Guru yang terkenal disiplinnya itu takkan segan menyampaikan amarah melalui suara khas orang Batak 'keras dan tegas'. Seharusnya kalau begitu dia tidak perlu menggunakan mik, pekak telinga dibuatnya.

Ketua Osis menyiapkan barisan. Kemudian barulah apel pagi dimulai.

"Hari ini jadwal kelas berapa ya?" Tanya Dara celingak-celinguk memandang kearah podium dengan kaki berjinjit. Maklum, badan yang tidak tinggi menyebabkannya harus melakukan hal itu. Apalagi dengan posisi yang paling belakang seperti ini. Posisi paling strategis kalau Dara lagi malas untuk menjadi pendengar setia.

"Harusnya sih kelas XII-MIPA 3, tapi-"

"Rin, Rin!" Dara mengguncang tubuh Farin tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya kearah yang sama.

"Apaan sih, Ra?" Farin bingung kemudian melakukan hal yang sama seperti Dara.

"I-itu! Itu, Rin!"

"Itu apa?" Farin masih celingak-celinguk mengamati.

"Itu yang maju ke depan!" Ucap Dara mengecilkan volume suaranya sedikit histeris.

Farin berdecak kemudian kembali ke posisi semula dan baris dengan benar. "Gue kira apaan! Itu Kak Sean, waketos yang terpilih tahun ini."

Mata Dara membulat sempurna dengan mulut ternganga menatap Farin.

Farin menatapnya geli. "Kenapa Lo?" Tanyanya sedikit terkekeh.

"I-itu bener waketos sekolah kita?" Tanya Dara sekali lagi dengan ekspresi yang masih sama, namun kali ini tidak ternganga.

Farin mengangguk dengan dahi tertaut. "Iya."

Dara membenarkan posisinya, tidak lagi berjinjit ataupun celingak-celinguk. "Pantes aja," Gumamnya.

Sekalipun dengan volume sangat kecil, Farin yang berada tepat di samping Dara pasti akan tetap mendengar.

"Pantes kenapa?"

"Kak Dion." Dara menarik nafas. "Dia cewe yang gue liat kemarin sama Kak Dion, Rin." Suara Dara terdengar lemah.

Farin tertegun. Seperti berpikir keras.

"G-Gue pernah denger sih kalo Kak Sean lagi deket sama murid di sekolah musik. Dan gue kayanya semakin yak-" Farin menghentikan perkataanya saat menangkap mood Dara yang semakin down. "Emh.. tapi kita kan ngga tau pasti, Ra. Lagian juga masih kabar-kabar doang, paling gosip." Sambungnya seolah sebagai kalimat penyemangat.

"Gue ini apa kalo dibandingin sama dia? Kaya kucing rumahan sama kucing gembel di jalanan," Dara tersenyum kecut.

Farin menggapai pundak Dara dan mengusapnya tanpa angkat suara.

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang