TWENTY FOUR : YOU

96 9 4
                                    

You

Ketika rasa perlahan berakar, bertumbuh dan berkembang - Adara✍

Author

"Sumpah ya gengs, tadi tuh ulangan terburuk sepanjang sejarah hidup gue." Ucap Mika histeris kepada keempat sahabatnya itu, membuat mereka menggeleng-gelengkan kepala sambil terkekeh.

Persahabatan mereka memang cukup unik, untuk memperbaiki hubungan hanya butuh komunikasi. Jika satu mau mengalah maka semua akan kembali baik. Kata maaf bukan harus diungkapkan melainkan realisasi yang lebih penting. Lelah memang jika harus saling menghindar, karena persahabatan selalu membutuhkan.

"Makanya apa-apa tuh disiapin." Ujar Amy memberi nasihat.

"Tau nih, semua dikerjain mendadak. Ya jadi gini deh hasilnya." Ucap Farin.

"Eh, Rin, yang mendadak itu ulangannya bukan gue!"

Farin hanya menggeleng-geleng pasrah.

"Btw, Lo semalem jadi pulang sama siapa, Ra? Sendiri atau?" Tanya Amy.

"Emm.. semalem? Gue sama---"

"Hei, Ra, jadi pulang bareng kan?" Seru seseorang yang baru tiba dihadapan mereka.

Semuanya menoleh.

Dara mengangguk dan tersenyum kecil.

Keempat perempuan itu tercengang.

"Lo berdua?"

"Kalian?"

"Guys, gue duluan gapapa ya?" Tanya Dara tanpa menggubris ungkapan mereka.

Hanya Mika yang merespons dengan mengangguk-anggukkan kepalanya ragu sementara yang lainnya masih diam memaku dengan mulut ternganga.

"Yuk." Ajak Dara.

Alfa tersenyum dan mengangguk. "Yuk."

Keduanya pun berlalu dan berjalan dengan santainya.

"Rin? Kak? Cubit pipi gue! Cubit pipi gue!! Tampar kak! Tampar pipi gue! Yakinin kalo ini cuma mimpi. Bangun, Mik, bangun!!" Ucap Mika histeris sambil memukul-mukul kuat pipinya.

Farin yang mulai menyadari tingkah Mika menoleh perlahan kemudian mendaratkan pukulan cukup keras dipipi gadis itu.

"Aww!" Ringis Mika sambil mengusap-usap pipinya.

Farin menggeleng-gelengkan kepalanya lambat. "Lo nggak mimpi, Mik." Ucapnya masih dengan ekspresi yang seakan tengah terhipnotis.

Sementara Alfa dan Dara menuju parkiran. Setelah sampai disana, Alfa segera memberikan helm kepada Dara kemudian ia memakai helm-nya sendiri. Keduanya bergegas membelah jalan raya, melintasi padatnya jalan raya ibukota dengan mengendarai motor Alfa.

Sebelumnya, Alfa telah mengajak Dara untuk mampir ke tempat makan dan Dara meng-iya-kannya. Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di sebuah warung kecil. Alfa menghentikan motornya dipinggir warung tersebut dan mereka pun memasuki tempat itu.

"Mau pesen apa, Ra?" Tanya Alfa yang kini duduk dihadapan Dara.

"Nasi uduk deh, soalnya gue belum makan." Ujar Dara sambil nyengir.

Alfa tersenyum dan mengangguk. "Yaudah. Mas?" Panggil Alfa kepada seorang pelayan bertubuh mungil.

Pelayan itu pun dengan semangat menghampiri meja mereka.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya si pelayan.

"Pesen nasi uduknya dua, kamu mau minum apa?"

Kamu?

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now