TWENTY FIVE : PROCESS

88 8 0
                                    

Process

Bukan hanya bulan yang butuh waktu untuk mengitari matahari, tapi dunia seseorang juga perlu waktu dalam proses perubahan hidup - Author✍

❣❣

Author

Dara, Farin, Mika, Amy dan Sindy sedang berkumpul di kantin. Seperti biasa, apalagi kalau tidak makan dan mengobrol. Kali ini mereka tidak duduk di tempat biasa melainkan mengambil tempat di paling pojok belakang kantin. Tempat yang paling strategis untuk membicarakan hal yang tak boleh ada orang lain selain mereka yang tahu. Mereka kecuali Dara yang merencanakan ini. Mika mengajak mereka untuk menginterogasi Dara. Tak ingin lama-lama, Mika pun segera angkat bicara.

"Ra, kok Lo aneh sih?" Tanya Mika setengah sibuk dengan baksonya.

Dara lantas mengernyitkan dahinya menatap Mika. "Aneh? Emang gue alien?" Tanyanya disertai decihan kemudian kembali menyuapkan bakso.

"Duhh, Ra, maksud gue itu Lo kenapa tiba-tiba nggak ada angin nggak ada hujan jadi baik gitu sama Alfa." Ujar Mika sedikit sebal.

Dara mengibas-ngibaskan tangannya dihadapan Mika. "Ada angin kan?" Candanya kemudian kembali memegang sendok.

Farin, Amy dan Sindy pun terkekeh melihat tingkah mereka.

"Kok ngeselin ya?" Ucap Mika dengan wajah sebal.

Dara tertawa mendengarnya. "Elo sih, sok sastrawan." Ledek Dara menekankan kata sok.

Mika menghela nafas panjang. "Daraa, udah deh ya nggak usah ngalihin pembicaraan. Sekarang Lo bilang aja sama kita-kita kenapa Lo bisa berubah drastis gitu?"

Amy mengangguk setuju. "Iya, Ra, Lo kok jadi berubah gitu sikap Lo ke Alfa?"

Dara menarik nafas lalu meletakkan sendoknya dan menatap mereka. "Emang salah ya kalo gue baik sama orang?"

"Lo nggak salah, Ra, tapi kita mau tau alasan Lo berubah kaya gini itu karena apa?" Tanya Sindy.

"Guys, dari pertama emang gue anti banget sama Alfa-emh.. bukan maksud gue kenakalan dan sifatnya yang berandalan, tapi akhir-akhir ini gue ngerasa kalau dia nggak seburuk yang gue bayangin kok. Kaya waktu kemarin aja dia nolongin gue."

"Nolongin Lo?"

Dara mengangguk.

"Nolongin gimana, Ra?" Tanya Farin.

"Ya gitu deh pokoknya. Udah ah ngga usah dibahas." Ucap Dara lalu melanjutkan makannya.

"Iya deh." Ucap Mika menyudahi.

"Btw, Ra, soal ruang kesenian Lo itu gimana?" Tanya Amy.

"Alvin kemaren datengin gue trus dia bilang mau tanggung jawab."

"Bagus deh. Ruangan itu juga?" Tanya Amy.

Dara menggeleng. "Yang sebelahnya."

Semua mengangguk-angguk paham.

"Ntar temenin gue ya, soalnya Alvin sih bilangnya hari ini sepulang sekolah." Pinta Dara pada mereka. "Yang bisa aja sih." Ucap Dara sambil mengedikkan bahunya.

"Yaah, sorry nih, Ra, gue mau nemenin nyokap belanja." Ucap Mika dengan nada penyesalan.

"Gue juga nih, Ra. Kayanya ntar mau daftar les sama Amy." Ucap Sindy dan dibalas anggukan oleh Amy.

"Emm.. Ra, kayanya gue ngga bisa deh kali ini, Kak Ferry kan pulang jadi gue mau jalan-jalan sama dia." Ucap Farin.

Dara menghela nafas pasrah. "Yaudah deh gapapa." Ucapnya kemudian tersenyum.

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang