PROLOG

488 31 12
                                    

Prolog

Mengagumimu dalam diam adalah caraku. Menunggu dan berharap, apalagi yang ku mampu? Hanya mencintai tapi tak pernah dicintai. -Adara✍

❣❣

Author

Cat berwarnakan mejikuhibiniu yang beberapa terpadu berserak tergeletak di meja cokelat kecil pada tempat tak beratap itu. Menggambarkan sisi seorang yang berseni, yang katanya identik dengan barang yang tak tertata rapi.

Adara. Selama hampir 30 menit tatapannya hanya tertuju pada dua objek benda. Yang hidup dan yang mati. Sesekali dua bola mata cokelat itu memandang ke sisi bawah, menerobos sebuah jendela kaca berukuran sedang yang terdapat seorang lelaki asik memainkan saxophone keemasan, menambah daya tarik sosok Dion Camelio. Alunan nada yang dihasilkannya selalu berhasil membuat orang merinding mendengarnya. Jika diresapi, suara indah yang dihasilkannya punya berjuta makna yang tersirat. Itu mengapa Dara sangat mengagumi pria ini.

Dion Camelio. Adalah satu-satunya lelaki yang berhasil meluluh-lantahkan hati Dara diluar sederetan artis dalam dan luar negeri yang ia dikagumi. Kelebihan-kelebihan lelaki ini membuat Dara merasa ia seperti seorang yang sangat beruntung bisa dipertemukan dengan spesies langka seperti Dion.

Berparas tampan, karismatik, cool, calm, passion, and smart.

Namun sayang, Dion tak pernah sedikitpun tahu tentang hal ini. Dara terlalu pandai bersandiwara.

Selesai. Lekuk wajah si lelaki lengkap dengan mata hitam pekat, hidung mancung dan bibir agak gelap yang meniup alat musik berupa saxophone terkopi sudah pada lembar kanvas ukuran 40 x 60 cm itu.

"Hhaah, akhirnya siap juga," Ujar Dara setelah menarik nafas panjang.

Tunggu dulu. Hidung Dion kurang sempurna disini. Benar saja, kurang sekitar 0,5 cm lagi untuk menambah realitas sosok Dion. Dengan tangan yang cukup telaten, Dara kembali menggerakkan kuas berlumurkan cat sedikit kecokelatan pada kanvas.

Shitt!!

Dara berdecak.

Semua kerja keras selama lebih dari 30 menit menjadi sia-sia. Dering ponsel yang tidak di silent sontak mengejutkan Dara, lantas membuat lukisan indah karyanya tercoret.

Dara melemparkan kuas ditangannya penuh emosi. Kemudian memencet tombol hijau di ponselnya dengan wajah berapi-api.

"Turun sekarang!"

Tut..Tut..Tut..

Suara bariton dari speaker ponsel itu membuat Dara menggertakkan gigi menahan emosi.

***

"MAKSUD KAKAK APA SIH?!!" Ucap Dara penuh emosi pada laki-laki dihadapannya itu.

Tanpa angkat bicara, laki-laki itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah kamar Dara diikuti oleh kedua bola mata gadis itu.

"Bentar lagi Mami pulang, kalo sampai Mami liat kamar anak cewe satu-satunya kaya kapal pecah gini, siap-siap aja uang jajan, kuota paket, plus hape kamu disita sama Mami!"

Kalimat laki-laki itu berhasil membuat Dara menggeram. Kalau saja bisa Dara sudah menjambak rambut kakaknya itu sampai botak.

Helena-Mami Dara mengidap Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Paling tidak bisa melihat apapun apalagi dirumahnya sesuatu yang berantakan. Berbeda jauh dengan puteri bungsunya yang selalu tampak berantakan. Kemarahan terbesar Helena adalah ketika melihat kamar anak cewe satu-satunya itu dalam keadaan tidak tertata rapi.

"Kamu mau diem aja disitu? Okee kalo-"

"Sshh, Iya iya iya!! Bawel banget Lo!"

"APA?!!!"

"IYA KAKAK GANTENG, INI MAU DIKERJAIN." Dara menyunggingkan senyum kepalsuan dibibirnya.

"bagus!" Katanya tersenyum miring.

Adara Pov

Jordigan Arkatama Paskas. Atau yang sering gue sebut Ka Jo. Adalah Kakak pertama gue. Kakak yang kadang nyebelin, kadang juga baik banget. Kakak yang paling bisa kasih solusi kalo gue lagi ada masalah. Kakak yang paling bisa jaga rahasia gue. Kakak gue yang paling dewasa, maklum dia kan yang pertama kali keluar dari perut Mami jadi ya harus kasih contoh yang baik buat adik-adiknya. Adik-adiknya? Hmm.. berarti lebih dari satu dong?

Yakk betul!!!

Kakak gue ini punya adik cowok dan cewek. Yang cowok ya kakak gue plus kembarannya Ka Jo! His name is Aldian Dirgantara Paskas. Beda 5 menit doang. Well.. kakak gue yang satu ini beda jauh sama kembarannya. Mulai dari tampang, mereka ngga ada miripnya sama sekali. Ngga bakal ada yang ngira kalo mereka lahir di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama. Sifat, Kak Aldi cenderung kekanak-kanakan, beda jauh deh sama Ka Jo. Kak Aldi juga mulutnya ember ngga kaya Ka Jo yang bisa jaga rahasia gue. Kak Aldi selalu terdepan soal penampilan, kekinian dan penuh passion, kalo Ka Jo sih apa adanya aja, ngga banyak cingcong, Ka Jo ngga terlalu mikirin mau pake baju apa kalau mau pergi, yang penting enak diliat aja beda sama Kak Aldi yang kemana-mana harus pake baju yang matching. Kak Aldi punya hampir semua jenis medsos, ini orang ngga pernah tenang hidupnya kalo ngga ngupdate foto yang belum nyampe satu menit udah berhasil buat followers-nya terutama cewe komen-komen gaje.

Kak Aldi!! Makin ganteng aja sih!

Unchh!! Kak Aldi Unchh!! 😍

OMG KAK ALDI!! GILE GANTENG BEUD SIH!!

njirrr ngga nahan senyumnya ea kak Al!

Dan berbagai komentar lainnya yang buat gue geli sendiri.

Beda sama Ka Jo, kalau aja gue ngga maksa-maksa dia buat Instagram biar kalau nge-upload foto bareng dia bisa di tag tuh orang ngga bakal deh main-main yang kaya begituan.

Oke. Menurut beberapa penelitian, cuma ada satu kesamaan diantara mereka yang gue tau. What is it?! Nge-ja-hi-lin gue. Cuma itu gengs, bayangin aja.

Dan satu lagi. Ka Jo sama Kak Aldi sekolahnya ngga satu tingkat. Kenapa? Dulu waktu mereka mau masuk kelas 1 SD, Nenek dari nyokap gue sekarat di rumah sakit, dulu waktu nyokap-bokap gue lagi sibuk-sibuknya kerja mereka nggak bisa ngejagain dua orang anak sekaligus jadi terpaksa deh Kak Aldi yang di relain buat dijaga sama Nenek sampai umur 5 tahun, itu kenapa Kak Aldi sayang banget sama Nenek, jadi waktu Nenek udah sekarat Kak Aldi maksa untuk jagain Nenek padahal dia udah masuk sekolah, awalnya nyokap-bokap nggak setuju, tapi karena ini orang keras kepalanya kebangetan yaudah deh diturutin, mereka pikir Nenek bisa cepet sembuh tapi ternyata udah sampai sebulan Nenek nggak sadar dari komanya, jadilah Kak Aldi sekolahnya ditunda setahun.

But, satu hal yang gue bangga dari kakak-kakak gue ini. Selama gue hidup bareng mereka, nggak pernah sedikitpun gue ngehirup aroma rokok, alkohol atau hal-hal buruk anak zaman sekarang. You know why? It is because we have a protective daddy. Papi emang ketat banget soal beginian, maklum aja Papi juga dulu diginiin sama bapaknya alias Kakek gue yang adalah anggota militer.

Ngomong-ngomong soal Kakek. Gue mau kasih tau sedikit soal sejarah nama belakang kita bertiga-Paskas-nama ini sebenernya bermula dari Kakek yang meninggal sewaktu bertempur di medan perang dalam jabatan paskhas. Kakek pernah kasih amanat supaya ketika dia meninggal nanti keturunannya harus diberi akhiran nama sesuai jabatan Kakek. Karena nggak memungkinkan Papi berganti nama jadilah cucu-cucu Kakek yang diberi nama itu.









Haii guys 😍
Ini cerita kedua aku, I hope you like it😘
Jangan lupa VOMENT ya
Love youu ❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now