Day - 2

703 95 26
                                    

Hidup itu konyol. Konyol saat kau mencoba memahami dirimu sendiri. Lalu keadaan yang membuat dirimu menjadi seperti ini.

Kurang dari dua hari, tentu aku belum lupa sampai ke amnesia untuk tidak mengingat hari dimana kami saling menjadi asing satu sama lain.

Akan tetapi semua terasa berubah dalam sekejap mata. Dari kemarin hingga sekarang, Chanyeol masih mengabaikanku, tidak mau bicara denganku.

Hingga siang ini saat aku kembali dari belanja kebutuhan sehari-hari dia tak kunjung bicara. Mendadak jadi pendiam dan bicara seperlunya, itupun saat dia merasa lapar atau lupa menaruh sesuatu.

Apakah hanya aku saja yang merasa pusing dengan semua ini?

"Chanyeol-ah, lampu didapur mati. Kau harus segera menggantinya sebelum malam tiba."

"Akan ku ganti nanti." Jawab Chanyeol seadanya dan terkesan cuek.

Aku tahu Chanyeol tidak biasa bersikap malas-malasan seperti ini. Apalagi hanya untuk memandang layar ponsel sepanjang hari diatas sofa. Mungkin ini pengaruh dari rasa kesalnya padaku. Dia masih marah, tentu aku tahu itu.

Aku meninggalkannya saat dia masih asyik dengan benda platinum itu dan berlalu ke kamarku sendiri. Rambutku lepek, tubuhku juga berkeringat banyak. Akan lebih baik membersihkan diri sebelum mengemasi barang-barang yang akan ku bawa pergi.

Besok adalah hari terakhir kami bersama, aku tidak lupa itu.

Akan tetapi tiba-tiba Chanyeol muncul diambang pintu dengan mata memerah saat aku tengah mencoba melepas baju.

Ada apa lagi dengan dirinya, astaga.

Buru-buru aku menautkan kembali kancing kemeja dan ingin bertanya kenapa dia jadi aneh begitu. Namun aku kalah cepat saat Chanyeol setengah berlari lalu memelukku.

Dia tidak bilang apapun, hanya napas tak beraturannya yang terdengar diantara kediaman kami.

"Maafkan aku."

Jujur, aku tidak mengerti.

"Mwoga?"

"Aku tidak seharusnya mendiamkanmu."

Ku hembuskan napas panjang selagi mengusap punggungnya. Semua tidak akan jadi masalah kalau dia tidak mengabaikanku dan membuatku tidak mengerti dengan sikap anehnya. Meski aku sudah berspekulasi kalau kemarahannya dipicu saat insiden bersama Sang Hee sunbae kemarin malam.

"Kau tidak salah. Tetapi aku yang salah. Seandainya malam itu aku tidak mengerjakan tugas bersama Sang Hee sunbae, mungkin kita tidak akan bertengkar seperti ini."

Chanyeol melepas pelukan diantara kami. Lalu membawaku duduk ditepi ranjang sambil kembali menautkan kancingku yang sempat terbuka. Dia selalu memperhatikanku, itu yang kutahu sejak kami mulai mengakhiri perang dingin diantara kami beberapa waktu lalu.

"Anie. Aku hanya merasa telah gagal melindungimu sebagai seorang suami." Chanyeol masih menunduk, tidak mau melihatku.

Pelan-pelan ku usap pipinya lalu sedikit mengintip wajahnya yang ditekuk. "Kau sudah melindungiku. Bukankah kemarin kau yang menyelamatkanku."

Semua tak lagi sama, tentu saja. Akhir-akhir ini masing-masing dari kami sering memiliki tempramen yang buruk, dan tentu saja aku tahu penyebabnya.

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now