Part - 4

2K 251 15
                                    

Warna langit tampak kemerahan, tanda bahwa sang raja siang siap meninggalkan eksistensinya dan bergulir menjadi gelap malam yang gulita. Aku berjalan menyusuri koridor yang sepi. Ku intip sedikit lockscreen pada layar ponsel. Pukul enam sore. Pantas saja hampir seluruh lampu penerangan disekolah menyala.

Aku baru saja menyelesaikan hukuman dan Nayeon telah pergi lebih dulu karena dijemput kakaknya.

Tercetus dikepalaku bahwa aku harus cepat pulang. Dan membuat makan malam untuk Chanyeol. Aku tidak mau berakhir membeli makanan ditengah malam lagi.

Park Chanyeol memang kejam.

Sedetik kemudian aku mulai menyadari sesuatu. Terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar nyaring. Sepertinya aku tidak berjalan sendiri. Apa ada orang lain?

Kepalaku membuat gerakan ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapapun.

Tiba-tiba suasana menjadi mencekam. Lorong kembali gelap setelah kakiku melewatinya. Ketakutanku melebar. Sebaiknya aku lari.

Ada yang menarik tasku dari belakang. Tarikannya terlalu kuat sampai tubuhku hampir terjengkang kebelakang.

"Aa... andwe..." (tidak)

Kalau memang hidupku berakhir hari ini, aku hanya ingin bilang 'ayah ibu aku menyayangi kalian, meski kalian telah menyiakan hidupku aku tetap memaafkan kalian'.

"Ramyeon mogo kajja?" (Makan ramen bareng yuk)

Aku berhenti menutup mata. Jelas-jelas bukan hantu. Suaranya tidak asing.

Perlahan ku putar tubuhku hati-hati.

Chanyeol menatap jengah ke arahku. Sedang aku masih mengamatinya dari kepala sampai kaki. Aku mengukuhkan diri. Dia memang Chanyeol, bukan hantu. Sudah ku cek kakinya tidak mengambang.

Pikiranku menjadi sedikit parno selepas menonton film horror pekan lalu bersama Nayeon. Harusnya kami nonton genre romance saja.

"Kalau bodoh jangan dipelihara."

Aku sedikit terkesiap lalu kembali pada kesadaran. Menatap jengkel pada sosok tinggi itu.

"Tiba-tiba kau menarik tasku. Siapa yang tidak kaget." Sungutku sebal.

Omong-omong apa yang Park Chanyeol lakukan malam-malam begini disekolah.

Ah, aku baru ingat. Dia pasti baru saja keluar dari perpustakaan bersama teman-temannya yang gila nilai dan spek.

Chanyeol merentangkan tangan.

"Ah laparnya." Ucapnya lalu berjalan tanpa mengatakan apapun lagi.

###

Yerin tidak tahu hal apa yang terbesit dikepala Chanyeol saat laki-laki itu memaksa untuk pergi Myeongdong hanya untuk makan ramen.

Memangnya penjual ramen hanya di Myeongdong saja. Disekitar sekolah pun banyak yang menjual makanan berbahan dasar mie tersebut. Puluhan, ah tidak—bahkan ratusan.

Yerin meringis ketika harus merelakan beberapa lembar won-nya melayang begitu saja untuk bayar taksi.

Tak hanya itu, Chanyeol juga angkat tangan saat mereka selesai makan. Untung Yerin masih punya lima kupon yang bisa di tukar dengan dua mangkuk ramen.

"Mau kemana lagi? Uangku habis." Dengan kepayahan Yerin mengikuti langkah besar Chanyeol. Dia tertatih-tatih seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya.

Tidak ada pilihan lain, Yerin tidak bisa pulang sendiri dan berakhir mendapat teguran gratis dari ibu Jung. Dia belum lupa sifat tukang mengadunya Park Chanyeol.

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now