Part - 30

1.4K 169 37
                                    

Malam ini Chanyeol pulang larut. Aku cemas sekaligus takut. Wajahnya murung dan berantakan sejak dia memelukku dan mengatakan 'aku mencintaimu.'

Sebenarnya dia kenapa?

Chanyeol melepas pelukan kami dan berlalu menuju kamarnya tanpa mengatakan apapun.

Aku meraih tangannya. "Chanyeol, kau sakit?" Rasa khawatir terus saja memojokkanku. Aku tidak bisa tidak khawatir dengannya malam ini. Wajahnya aneh. Matanya juga sembab seperti sehabis dibuat banyak menangis.

Dia menunduk, tidak mau menatapku. "Anie, aku baik. Jangan katakan apapun lagi, aku mau istirahat."

Tangannya yang lain melepas tanganku yang menggenggam lengannya.

Aku tidak tahu apa yang menyebabkannya menjadi sekacau ini. Tapi hatiku terus saja gelisah dan terlalu khawatir padanya.

Pada akhirnya aku menyadari, meski Chanyeol telah mengungkapkan segalanya padaku. Tetap saja sangat sulit untukku memahaminya.

###

Tidak seperti semalam, Chanyeol kembali seperti biasa lagi. Pagi ini dia melakukan tabiat kejahilannya lagi.

"Chanyeol-ah kembalikan sepatunya, nanti aku bisa telat."

Saat aku akan memakai sepatu tiba-tiba Chanyeol datang dan memintaku mengambilkan kotak pensilnya yang tertinggal dimeja belajar. Tapi saat aku kembali sepatuku hanya tinggal sebelah. Tidak mungkin kan ada orang lain yang mencurinya, penghuni apartemen inikan hanya kami berdua.

Chanyeol bersiul, pura-pura tidak tahu.

"Yah memangnya aku kurang kerjaan mencuri sepatu. Lebih baik aku mencuri hatimu, itu akan lebih menguntungkan." Ucapnya dengan muka kelewat polos.

Aku sempat tersipu, tapi tidak akan termakan rayuan murahannya. Bisa-bisa nanti aku telat sungguhan.

"Chanyeol please, nanti aku tidak dapat bus kalau kesiangan."

Chanyeol mengabaikan ku, sampai setelah selesai menali sepatu dia baru bukan suara. "Benar mau sepatumu kembali?"

Tuhkan benar dia yang menyembunyikannya.

Aku mengangguk antusias.

Aku tidak mau dapat detensi hanya gara-gara kejadian konyol.

"Kalau begitu buat permintaan yang tulus."

Aku mengangat sebelah alis, tidak mengerti. Sedang Chanyeol sudah menaikkan satu sudut bibirnya.

"Maksudnya?"

"Kalau tidak mau? kau bisa mengambil sepatumu sendiri. Tuh." Dagunya menunjuk ke atas lemari.

Astaga orang ini benar-benar. Tanganku sudah terangkat tinggi tapi tidak jadi memukulnya. Percuma kalau nantinya malah tanganku yang kesakitan.

Aku mengabaikannya dan setengah berlari kearah dapur, mengambil kursi untuk mengambil sepatuku yang disembunyikan diatas lemari.

Chanyeol setengah tertawa. "Yakin bisa mengambilnya?" Dia tertawa mengejekku.

Aku tidak menjawabnya dan segera naik kursi.

Aku menyerah.

Chanyeol benar. Benar sekali kalau aku tidak bisa mengambil sepatuku bahkan sudah terbantu dengan tinggi kursi. Lalu bagaimana dia meletakkan sepatuku disana, apa dia juga memakai kursi. Kurasa tidak mungkin karena aku pergi kekamarnya hanya sebentar.

"Chanyeol-ah, bagaimana kau meletakkan sepatuku disana?"

Dia mengendikkan bahu. "Aku melemparnya." Jawabnya tak acuh.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang