Part - 13

1.7K 190 20
                                    

Dari segala hal yang telah kualami belakangan ini, sedikit banyak membuatku berpikir jika jalan hidup memang tak pernah semulus menyentuh kain sutra. Setidaknya banyak hal yang kupelajari dari semua yang telah terjadi. Aku mengerti terkadang pemikiran orang-orang dewasa sulit sekali dipahami. Terutama jika hal itu menyangkut jalan hidup yang akan dipilih. Harusnya aku tahu ini sejak awal, agar aku tak selalu mengeluh ini itu pada hidup yang telah kujalani.

"Kau tahu, saat kembali ke camp dan tidak menemukanmu. Aku mau mati saja rasanya." Ucap Minji menggebu-gebu. Dia hampir tak melewatkan setiap detail cerita.

Sementara aku, Nayeon beserta teman-teman lainnya lebih memilih mendengarkan dengan hikmat.

Siang ini teman-temanku datang kerumah menjenguk. Tidak banyak, hanya beberapa orang yang lumayan dekat.

Kemudian Jongin menyahut. "Ya, ya. Kau melewatkan satu bagian. Jangan lupakan bagaimana paniknya para guru saat Yerin menghilang."

Sejenak aku meringis. Merasa miris dengan hal buruk yang telah ku lakukan. Aku mengacaukan camping-nya, itu sudah pasti.

Tidak tahu lagi harus ku taruh mana muka ku setelah masuk sekolah nanti. Minimal aku harus menepis kemungkinan saat semua orang menatap tajam ke arahku. Oh, itu hal buruk.

"Ada satu lagi yang janggal sebenarnya. Kalian tahu—" Raut serius Umji membuat semua orang menatap ke arahnya.

"Sesaat setelah kabar menggemparkan itu didengungkan, Park Chanyeol yang the most wanted dari kelas unggulan juga menghilang."

Minji menepuk tangan keras-keras. "Nah, kau benar. Ketika Kang ssaem mengumpulkan kita semua, teman-temannya bilang anak itu menghilang."

Mendadak perasaanku gelisah. Kenapa harus bahas Chanyeol segala. Semoga saja dia tidak mendengar. Lagipula dia menghilang untuk mencariku. Tetapi aku mau ambil resiko. Aku tidak tidak bisa bilang pada teman-teman, atau nyawaku akan terancam.

Sesaat aku dan Nayeon saling beradu tatap. Kemudian gadis itu menyahut riang. Tawanya mendadak aneh, aku meringis sangsi. "Kenapa tiba-tiba bahas orang yang tidak kita kenal, sih."

"Ah, benar. Apa kalian juga dengar desas desus tentang Tyuzu sunbaenim diam-diam mengencani Kim Mingyu?" Semua kembali serius saat Umji kembali mendendangkan kabar miring mengenai kelompok populer disekolah kami.

Hah, untung saja mereka tidak terlalu menganggap serius tentang Park Chanyeol. Diam-diam aku mendesah lega.

Jongin berpindah duduk disebelahku dan meraih snack yang berada dimeja depan kami. Rautnya kelewat serius. "Tidak heran juga, sih. Gadis cantik dan populer macam Tyuzu noona bisa mendapat apapun yang dia mau."

Aku tidak tahu seberapa banyak hal yang ku lewatkan selama tidak masuk sekolah. Ponselku rusak, padahal benda itu yang menjadi satu-satunya sumber informasi. Tetapi meski tidak terlalu paham dengan pembahasan ini, tetap ku beri komentar. "Tetapi bukankah Tyuzu sunbaenim adalah siswa tingkat akhir dan Mingyu baru kelas satu."

"Nah, itu masalahnya. Kenapa dia lebih memilih mengencani Mingyu daripada laki-laki seusianya. Toh seangkatannya masih ada Mark, Kim Minseok, dan juga Minho yang lebih populer."

"Cinta tidak memandang usia Jong."

Diam-diam aku mengamini kalimat Umji. Dia benar, cinta tidak pernah tahu kemana akan berlabuh. Dan itu sering terjadi pada orang-orang yang tidak diduga.

"Aninde. Dalam kasus ini, aku malah berpikir kalau Tyuzu noona mendekati Mingyu karena ayahnya adalah pemilik yayasan."

"Jadi maksudmu dia punya maksud lain?"

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now