Part - 1

3.8K 297 35
                                    

Pernahkah kau berpikir untuk apa sebenarnya dirimu dilahirkan atau untuk apa sebenarnya tujuan hidupmu didunia. Karena bagiku, musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri. Kau tidak bisa mengalahkan rasa egoismu, kau tidak bisa mengalahkan rasa dengkimu, kau bahkan tidak bisa mengalahkan rasa bencimu terhadap orang lain.
Tapi percayalah, hidup lurus hanya dimiliki oleh karakter utama dalam drama yang sering kau tonton.

Aku sedang tidak bicara melantur. Aku bicara realitas. Dulu ibu sering bilang kemuliaan hatimu akan mengalahkan keburukan orang lain. Namun bagiku kalimat itu terlalu naif setelah diriku dipertemukan dengan sosok yang tak pantas untuk diperlakukan dengan baik.

Musim panas yang menyapa lebih awal tahun ini, memang sengaja datang bersama kesialan yang sengaja datang mengutukku. Satu devil baru saja turun ke muka bumi dan mengacaukan hidupku yang tertata.

Ya, aku yakin sekali Park Chanyeol bukan berasal dari belahan bumi manapun. UFO? Makhluk dari planet asing yang diduga suatu hari nanti akan menjajah muka bumi. Ya, mungkin dia makhluk seperti itu atau semacamnya. Tapi percayalah dia bahkan lebih mengerikan dari segala jenis makhluk luar angkasa sekalipun.

Demi bumi yang selalu berputar pada porosnya, aku mengutuk perilakunya yang keji dan kejam itu. Sungguh aku lelah, menjual ketakutanku setiap hari padanya.

"Ya!! cepat habiskan sarapannya, kau mau kita ketinggalan bus lagi?"

Suara bariton itu menggoda tangganku untuk melayangkan tinju ke perutnya. Atau minimal melayangkan sepatuku ke wajahnya yang menyebalkan. Namun yang ku lakukan hanya meremat seragamku yang lusuh menjadi semakin lusuh.

Sudah ku bilang, aku ini makhluk tertindas.

"Iya, aku sedang menghabiskannya." Jawabku lesu. Teriakan barusan sudah membuatku tidak berselera. Serius.

Seharusnya aku sudah terbiasa dengan perilaku semena-mena Park Chanyeol, tapi aku tidak bisa. Dia adalah momok mengerikan dalam sepanjang empat bulanku.

"Awas saja kalau nanti perutku sakit gara-gara roti gosongmu." Dia melotot padaku.

Bilangnya gosong tapi menghabiskannya. Astaga, apa itu tidak keterlaluan namanya?

"Aku jamin perutmu akan baik-baik saja dan kau bisa belajar dengan tenang disekolah."

"Ini peringatan untukmu! Kalau besok kau memberiku makanan sampah lagi. Kau tinggal tunggu tanggal mainnya." Chanyeol menudingku dengan tidak berperasaan. Aku ini manusia juga seperti dirinya, kenapa harus diperlalukan seperti itu.

Dia pasti akan melapor pada ibu. Dasar tukang mengadu.

"Iya maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Kataku sambil menghela napas perlahan. Percuma melawan kalau tidak bisa mematikannya. Butuh perjuangan besar menghadapi sikap tempramental Park Chanyeol setiap hari.

Selanjutnya Chanyeol beranjak dari tempat duduk tanpa mengatakan apapun. Hal ini sudah menjadi kebiasaan lamanya semenjak ayah ibu pindah kenegara lain.

Jadi yang kulakukan, secepat kilat melesat menuju kamar untuk mengambil tas dan perlengkapan sekolah lainnya.

Semenjak keberadaannya dirumahku, hidupku memang tidak jauh-jauh dari kata sial. Kami berbagi tempat tinggal. Dan dia bebas menyuruhku melakukan ini itu sesuka hati dan pantatnya.

Pemuda alien itu selalu memanfaatkan kebaikan ibu untuk menyerangku. Dasar tidak tahu diri.
Empat bulan tinggal bersama Chanyeol, cukup membuatku sedikit banyak sadar bahwa hidupku yang dulu patut disyukuri-sebelum pemuda itu datang aku selalu merengek pada ibu. Tetapi semenjak hidup bersamanya aku baru menyadari bahwa hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan. Memang benar apa yang orang-orang katakan 'menyesal memang selalu datang terlambat'. Tetapi sekarang aku tidak ingin hanya berporos pada penyesalan, sudah saatnya untuk menjadi lebih baik. Dan tentu saja berusaha keras untuk meniadakan penindasan yang dilakukan Park Chanyeol padaku.

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now