Part - 31

1.6K 150 42
                                    

Tiga tahun terlewat begitu singkat. Aku masih merasa bermimpi ketika melihat pantulan diriku yang sebentar lagi akan melepas seragam SMA. Rasanya tidak berubah, aku masih sama seperti dulu. Kecuali hanya usiaku yang semakin bertambah.

Aku tersenyum miris setelah mengingat fakta itu.

"Kau tidak akan berubah jadi Kendall Jenner meski berkaca seabad sekalipun."

Dan si bodoh—meski faktanya dia jenius— yang selalu mendampingiku seakan membuatku lupa bahwa kami telah menghabiskan banyak waktu bersama.

Tawa, sedih, senang, susah, telah kami lalui bersama. Meski awal pertemuan kami yang terbilang buruk, aku tidak menyesal telah membuat komitmen untuk bahagia bersamanya.

Park Chanyeol, aku menyukainya. Sangat.

Aku mendecak sebelum mengikutinya keluar.

"Cepatlah sedikit. Ayah sudah menunggu dibawah." Katanya tanpa melihatku.

"Iya iya aku sudah jalan, nih."

###

Setelah menghabiskan waktu hampir sehari untuk merayakan kelulusan, aku meminta Chanyeol untuk membawaku ke suatu tempat.

Selama ini pasti rasanya sulit sekali menggenggam cinta sepihak. Setidaknya itu yang kupikirkan tentang Chanyeol. Karena pada dasarnya, aku juga mencintainya.

Sudah ku putuskan untuk mengakhirnya malam ini juga. Aku tidak ingin menutup diri lagi. Aku akan mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya pada Chanyeol.

"Masih berapa lama lagi? Masih jauh tidak?"

Sejak berangkat tadi Chanyeol tidak mau berhenti mengoceh. Aku sampai ingin membungkam mulutnya.

Aku memang sengaja tidak memberitahu tempat macam apa yang akan kami kunjungi. "Berhenti mengeluh. Sedikit lagi sampai." Bujukku padanya.

Seharusnya aku yang mengeluh bukan malah dia. Astaga.

Dengan peluh yang hampir mengering, akhirnya kami sampai diatas bukit.

"Jadi kau memintaku mengikutimu malam-malam begini hanya untuk naik bukit ini?" Chanyeol menatapku tidak percaya. Mulutnya terbuka lebar seakan heran dengan ideku.

Dia benar-benar payah. Sisi romantisnya benar-benar tidak ada. Kenapa aku sangat menyukai pemuda macam dia.

"Lihat ke atas."

Aku menunjuk langit dengan telunjuk. Aku belum pernah melihat langit dari atas bukit. Tapi berdasarkan drama yang sering ku tonton, melihat langit dari atas bukit sangatlah indah, dan juga romantis.

Chanyeol mendongak. Wajahnya berubah masam. "Apanya yang harus dilihat?"

Dia menarik daguku untuk melihat ke atas juga.

Seketika rahangku rasanya mau rontok. Ini tidak sesuai harapan.

"Sebentar lagi mau hujan, tapi kau malah menyeretku ke bukit." Chanyeol terlihat kesal.

Punggungku merosot.

"Mianhae. Ku pikir melihat bintang dari atas bukit sangat keren." Sesalku. Rencanaku sudah hancur. Oke baiklah, aku memang payah.

Kedua sudut bibir Chanyeol terangkat. Telapaknya membelai pipiku. "Ingin terlihat romantis seperti drama, eoh?" Sial, dia menebakku.

Pipiku panas.

"T-tidak, siapa bilang. Aku mengajakmu kemari untuk memberitahu perasaanku yang sesungguhnya. Itu murni keinginanku bukan karena drama yang sering ku tonton."

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now