Part - 16

1.5K 193 28
                                    

Jangan menilai sesuatu menurut keinginanmu. Jangan terlalu memaksa kehendakmu. Sebab pengorbananmu belum tentu bisa menyenangkan orang lain. Sudut pandang setiap orang berbeda-beda. Sifat dan perasaan orang bisa beraneka ragam. Kau tidak bisa menyamaratakannya cuma karena kau merasa paling benar. Satu hal yang kupelajari sejak jalan hidupku mulai membelokkan arah. Hidup itu terlalu egois untuk tidak serakah pada segalanya.

"Jangan lakukan itu lagi."

Aku baru berani membuka suara sesaat setelah Seok Jin songsaengnim meninggalkan ruang kesehatan.

Karena menyelamatkanku, punggung Chanyeol harus mendapat dua jahitan. Lengan berdarah serta siku memar. Aku meringis sambil memijat pelipisku yang berdenyut, tidak berani membayangkan betapa sakitnya mendapat luka-luka itu.

Harusnya rak buku dan seisinya itu menimpaku. Tetapi bak hero Chanyeol datang dan mengurungku dalam pelukannya. Dia yang terluka dan aku semakin merasa bersalah.

Disaat aku tengah sedih memikirkan dirinya, justru Chanyeol sebaliknya. Dia tersenyum pongah. "Tidak apa-apa. Tidak usah berterimakasih." Ucapnya bangga.

Meski kesal, tetap ku oleskan krim pereda nyeri pada luka memar disekitar bahu hingga sikunya. Terkadang dia mengaduh saat tanganku tak sengaja menekan luka itu lebih dalam.

Setelah selesai, ku berikan tatapan tajam ke arahnya. "Lain kali jangan membantuku lagi."

Chanyeol memicing. Mood-nya berubah total dalam sekejap.

"Apa masalahmu?" Ucapnya dengan intonasi menekan.

Aku bersyukur dia menyelamatkanku. Tetapi aku juga membutuhkan privasi. Ada hal-hal yang memang tidak bisa menjadi campur tangan Chanyeol. Masalahku dengan Kyungsoo bertambah runyam, itu sudah pasti.

Bahkan setelah mengantar Chanyeol ke ruang kesehatan, dia langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

"Kau tidak harus ikut campur masalahku."

Chanyeol mendengus, lalu memainkan lidah didalam mulutnya dengan kesal. "Inikah yang ku dapat setelah menyelamatkanmu." Ucapnya seperti tak habis pikir.

Apa aku mulai keterlaluan?

"Kumohon jauhi aku. Kau boleh menggangguku dirumah tetapi tidak disekolah."

Rasa takut akan hal-hal negatif selalu membayangi saat Chanyeol berada disekitarku. Aku takut jika hal yang selama ini berusaha kami sembunyikan terkuak ke publik. Kurasa cukup, hanya Kyungsoo saja yang mengetahui ini. Tidak boleh ada yang lain lagi.

Setelah salepnya agak mengering, ku bantu Chanyeol mengenakan seragamnya kembali.

"Aku agak bingung. Kenapa kau begitu memikirkan perasaan temanmu. Padahal dia tidak peduli padamu."

Selesai dengan kancing terakhir, ku tatap matanya kembali. "Jangan bingung. Karena itu bukan urusanmu."

"Cukup urusi urusanmu sendiri." Tambahku. Lalu bergegas pergi.

"Ya! Setidaknya bertanggung jawablah sampai lukaku sembuh nanti." Dapat ku dengar Chanyeol yang berteriak nyalang.

"Akan ku lakukan." Sambarku sebelum benar-benar hilang dibalik pintu.

Percuma saja kalau membantu tetapi ujung-ujungnya akan merepotkanku sendiri.

###

Sehabis satu menit lebih mondar-mandir didalam perpustakaan, Chanyeol bisa menemukan sosok yang ia cari.

Kakinya menendang ujung sepatu Kyungsoo.

"Ikut aku." Ucapnya dingin.

Tak ada pembicaraan sampai diruang musik. Chanyeol pikir tempat ini lebih aman untuk bicara, karena tentunya sepi.

Suspicious StrangerOnde as histórias ganham vida. Descobre agora