Part - 22

1.4K 175 16
                                    

Sambil menunggu hujan reda, Chanyeol membawa dirinya juga Yerin, untuk duduk dibangku yang terletak tak jauh dari papan pengumuman.

Jaket tebalnya berpindah tempat. Benda hangat itu tersampir apik dikedua lengan Yerin.

Gadis itu mulai tenang, tentu saja. Berkat pelukan semenenangkan aroma terapi yang Chanyeol berikan beberapa saat lalu. Meski terlihat rapuh, tapi keadaannya jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Chanyeol melirik sebentar untuk memastikan, namun ia cukup terkejut ketika mendapati tubuh mungil Yerin yang menggigil kedinginan. Bahkan wajah pucatnya tak bisa disembunyikan lagi.

Chanyeol sempat berpikir untuk membuat Yerin lebih hangat. Tetapi saat sebelah tangannya terulur untuk mencapai pundak gadis itu, dia mengurungkan niatnya. Setidaknya Chanyeol ingin menyalurkan kehangatan diantara serangan angin malam yang membabi buta malam ini, tapi kemampuan berpikirnya selalu berputar pada sesuatu yang disebut hak. Chanyeol tidak memiliki hak semacam itu. Lagipula mereka bukan siapa-siapa selain roommate.

Chanyeol tidak mau melakukan kecerobohan lagi dengan terus-terusan menyakiti Yerin. Cukup rasa egoisnya dulu yang pernah memerangkapnya dalam kesalahan fatal. Chanyeol tidak akan menyentuh Yerin lagi tanpa ijin.

Malam menjadi semakin dingin saat angin bertiup semakin kencang. Hujan juga masih menunjukkan eksistensinya, mengguyur setiap sudut kota.

Sebentar lagi Bo Gum akan datang. Chanyeol sudah menghubungi laki-laki itu yang katanya dalam perjalanan kemari.

Tak ingin berlarut-larut dalam pemikiran yang tak berujung, akhirnya Chanyeol membuat keputusan untuk memberi penawaran pada Yerin. Dia berdeham canggung. "Kau kedinginan?"

Yerin tersentak. Dia terbangun dari lamunan yang masih berputar pada kasus peneroran yang terjadi pada dirinya beberapa jam lalu.

"Umm, ya sedikit." Jawabnya terkesan tidak yakin. Malam ini Yerin kacau, dan hal itu berimbas pada semua hal yang dia pikirkan.

"Kalau tidak keberatan kita bisa berbagi kehangatan. Maksudku, kau boleh meminjam lenganku." Tawar Chanyeol takut-takut. Pasalnya jika dia melakukan sesuatu yang aneh, sudah pasti Jung Yerin akan menghajarnya.

Yerin cukup terkejut, sehingga kedua alisnya hampir menyatu. Cukup lama terdiam, tetapi dia mengangguk. Perlahan dia beringsut mendekat dan meletakkan kepalanya dipundah empuk milik Chanyeol.

Disaat seperti ini kenapa justru Park Chanyeol yang berada disisinya. Seharusnya Kyungsoo yang menjadi obat penenang untuk Yerin, bukannya Chanyeol.

Yerin butuh sandaran untuk membagi masalah yang tengah menghujamnya bertubi-tubi. Akan tetapi dia belum siap untuk membagi masalah ini dengan orang lain, terutama dengan Park Chanyeol, karena tentu saja masalah ini berkaitan erat dengan pemuda itu. Untuk sementara waktu dia hanya ingin menyelesaikan masalah ini oleh dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain.

"Chanyeol aku takut."

Yerib begitu lemah dan rapuh dalam waktu bersamaan. Bagaimanapun juga peneror itu berniat melenyapkan nyawanya dan mungkin sampai saat ini sosok misterius itu masih mengintainya.

Jemari Chanyeol bergerak pelan menyusup diantara rambut panjang gadis itu. Pelukannya mengetat seiring hatinya yang terasa ikut berdarah kala mendengar isakan yang menyakiti telinganya. Beberapa hari belakang Chanyeol mulai berpikir jika Yerin adalah sosok yang berarti baginya. Dan sekarang gadis itu menangis karena sesuatu yang bahkan Chanyeol tidak tahu apa itu. Jadi yang bisa Chanyeol lakukan hanyalah memberi ketenangan serta kenyamanan untuk gadis itu untuk sementara waktu.

"Sudah ku bilang, semua akan baik-baik saja."

###

"Dia terjebak hujan ditempat les paman. Iya dia baik, aku mengerti—untuk malam ini dia akan menginap disini. Iya—Chanyeol juga."

Suspicious StrangerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt