Part - 7

2.3K 229 29
                                    

Dulu Jung Yerin sempat bermimpi ketika menginjak masa kuliah dia ingin hidup sendiri disebuah apartemen. Mengurus diri sendiri serta hidup bebas tanpa pengawasan orangtua. Tapi itu dulu sebelum dia menyadari bahwa hidup sendiri tidak semenyenangkan dalam bayangannya. Hidup sendiri adalah beban, ditambah hidup bersama orang lain adalah cobaan.

Yerin tidak pernah membayangkan diusia tujuh belasnya harus tinggal serumah dengan laki-laki asing. Lebih tidak menyangkanya lagi, sekarang ia tinggal bersama dua pria aneh yang menyebalkan.

Coba kalau Yerin tinggal dengan ayah dan ibu, hari-harinya pasti tidak akan sekacau ini. Akan ada yang menyambutnya saat ia pulang, ada yang mengajaknya bercanda saat dirumah, ada juga yang memasakkan makanan kesukaannya ketika dia lapar.

Yerin ingin menangis. Dia rindu ayah dan ibu.

"Mana teh maduku?"

Yerin sadar, hidupnya memang tak semenggembirakan dulu.

"Air dalam tekonya belum mendidih." Jawanmya lemah. Gadis itu segera menghapus jejak liquid diujung mata. Suhu tubuhnya panas, kepalanya juga pening. Sungguh konyol, harus terkena demam dimusim panas. Kalau Park Chanyeol sampai tahu, dia akan jadi bahan lelucon.

"Aku sudah menunggu sejak lima menit yang lalu. Kau masak air seteko apa segalon, sih?" Gerutu sosok itu dengan jengkel.

Pemuda disampingnya itu sungguh tidak berkemanusiaan. Disaat dia sedang sakit, masih saja menyuruhnya melakukan ini itu. Dasar kejam.

"Kalau sudah, bawa ke kamarku!" Ujarnya terdengar memerintah.

Geuroseubnida Jhoha. Perut Yerin tergelitik membayangkan kalimat itu akan terlontar dari mulutnya. Dia jadi ingat *drama Saeguk tentang perlakukan diskriminasi raja terhadap para pelayan dengan semena-mena. (Saya mengerti, yang mulia raja).

*drama sejarah yang berlatar belakang jaman kerajaan.

Namun alih-alih melontarkan kalimat itu, justru nyalinya semakin menciut ketika mendapat tatapan tajam dari Park Chanyeol.

"Iya, aku mengerti."

Harusnya Yerin bilang saja pada ibu, atau minimal melaporkan segala tindak penindasan yang Chanyeol lakukan. Tapi lebih-lebih mendapat pembelaan, justru ibu akan marah besar dan mengira dia telah berbohong. Ini tidak adil. Iya, tidak adil. Chanyeol telah merampas segalanya dari Yerin.

###

Hal pertama yang dirasakan Jung Yerin ketika sampai diambang pintu kamar Chanyeol adalah, kepalanya pening lagi. Dia sudah menelan obat pereda nyeri tetapi belum ada hasil. Malah keadaannya jauh lebih buruk. Keringat dingin mulai mengembun didahi.

"Park Chanyeol ini tehmu." Teriaknya dengan suara setengah serak. Terserang demam dimusim panas benar-benar tidak lucu.

"Masuk, pintu tidak dikunci." Sahut Chanyeol dari dalam.

Selama ini Yerin tidak tahu bagaimana bentukan kamar Park menyebalkan Chanyeol itu. Tapi sekarang ia tahu, Chanyeol memang tipe orang yang bersih dan rapi. Beberapa komik One Peace tertata rapi dirak buku paling atas, juga buku-buku pelajaran yang menjadi isi rak selanjutnya. Ada juga gambar Monkey D. Luffy dan teman-temannya yang terpampang disebelah lemari pakaian.

Dia tidak menyangka, dulu kamar kosong yang sempat menjadi gudang penyimpanan barang-barang bekas itu disulap sedemikian rupa menjadi kamar yang elegan dan terkesan manly untuk ukuran kamar seorang laki-laki. Ayah pasti menghabiskan banyak uang untuk merombak kamar ini. Gadis itu mendesah berat, Wallpaper dikamarnya saja sudah tiga tahun belum penah diganti. Jadi sudah berapa banyak ketidak adilan yang sudah Yerin temukan malam ini.

Suspicious StrangerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt