Day - 4

957 127 24
                                    

Setelah kejadian kemarin siang, aku dan Sooyoung tiba-tiba menjadi saling diam. Kami menjadi benar-benar asing. Maksudku, kami memang baru bertemu tapi setelah insiden pintu tidak dikunci, kami menjadi semakin canggung.

Setelah sarapan, aku dan Sooyoung mendapat tugas mencuci piring. Sedang nenek dan Chanyeol pergi ke halaman belakang untuk melihat kebun strawberry milik keluarga Park.

"Ehm." Aku mendeham untuk mengurangi rasa canggung. Kami tidak bisa saling mendiami seperti ini.

Sooyoung menghentikan aktifitas mencuci piringnya. Dia menatap ke arahku. "Chanyeol oppa memang beruntung." Cletuknya membuatku tidak paham.

"Hah."

Kini aku ikut berhenti, karena semua cucian sudah selesai.

"Ku pikir setelah kematian bibi Park, Chanyeol oppa tidak bisa tersenyum lebar lagi. Tapi setelah melihat betapa bahagianya dia bersamamu, aku benar-benar yakin kaulah wanita yang tepat untuknya. Terimakasih."

Sesuatu yang menyakitkan tiba-tiba menyerang sampai ulu hati. Aku bahagia tentang pendapat Sooyoung yang secara tidak langsung telah merestui hubungan kami. Akan tetapi disisi lain, aku seperti monster yang akan menghancurkan kebahagiaan Chanyeol.

Sooyoung tidak tahu, bahwa setelah ini kami akan menjalani hidup masing-masing.

Aku tersenyum getir. Mencoba bersikap sebagai wanita kuat seperti didrama-drama. "Sooyoung-ah, aku tidak sebaik yang kau pikirkan. Selain cinta, aku hanya bisa memberi beban untuk Chanyeol."

Sooyoung merubah posisi kami menjadi berhadapan. Dia memegang pundakku dengan tangan yang masih berbalut sarung tangan merah muda sehabis digunakan mencuci piring. Sarung tangan itu kotor tapi aku tidak apa-apa.

"Aku percaya kau tidak akan mengecewakan Chanyeol oppa."

Tapi aku sudah mengecewakannya Sooyoung-ah. Aku sudah melukainya.

Aku tidak ingin menghancurkan kepercayaan yang telah Sooyoung berikan padaku. Untuk kali ini aku ingin menjadi egois, dan memendam kenyataan sedalam yang ku bisa. Aku sudah terlanjur membohongi semua orang. Dan aku tidak akan pernah mundur hanya karena rasa bersalahku pada Sooyoung.

"Terimakasih telah mempercayaiku."

###


Hari ini Chanyeol mengusulkan untuk pergi ke bukit. Nenek juga bilang bukit yang dimaksud Chanyeol memiliki pemandangan yang sangat indah. Tapi sayangnya kami harus berjalan kaki untuk sampai sana karena jalannya tidak bisa diakses dengan kendaraan.

Mungkin ini momen-momen yang akan selalu ku rindukan. Sepanjang perjalanan, kami menghabiskan waktu untuk bercanda serta berbagi cerita sehari-hari.

Chanyeol menghentikan langkahku saat jalan setapak mulai memanjak.

"Naik ke punggungku. Nanti kau lelah." Dia menatap serius ke arahku. Tapi perhatianku justru terpusat pada keringat yang bercucuran melewati dahi hingga pelipisnya. Sadar atau tidak, dia terlihat sexy.

Aku maju selangkah ke arahnya. Mengambil sapu tangan dari saku. Dan menyeka keringat yang hampir menutupi wajah tampannya.

Chanyeol tersenyum. Aku mengernyit. "Kenapa?"

Suspicious StrangerWhere stories live. Discover now