"Baik kau dan Jack, siapapun diantara kalian yang menemukannya lebih dahulu akan kulipat gandakan bayarannya lima kal-,...tidak." Ken menggeleng untuk meralat penawarannya lebih menggiurkan. "sepuluh kali lipat bila perlu."

***

Alfa merindukan kehadiran Naya dikantor. Rindu pula kopi buatan perempuan itu. Terakhir kali Naya mengirimkan pesan singkat meminta izin cuti

Beberapa hari ke depan aku tidak bisa datang ke kantor.

Ayahku punya urusan keluar, Aku akan menemani beliau.

Kuharap Pak Alfa tidak memecatku.

Baris terakhir pesan tersebut membuat Alfa tersenyum. Pemecatan mungkin berlaku hanya bila Naya bersedia diangkat menjadi seorang istri. Dengan begitu ia tetap bekerja untuknya dirumah. Menyambutnya pulang, memijat bahu yang lelah selepas bekerja atau meladeninya di ranjang. Alfa menggeleng setelah memikirkan hal yang terakhir. Naya adalah wanita baik yang tidak layak memenuhi fantasi liarnya. Ia begitu lemah lembut dan penyayang. Namun bagaimanapun juga Alfa tetaplah laki-laki, ia masih sering khilaf membayangkan hal tersebut. Naya yang polos dan malu-malu di ranjangnya. Bayang-bayang itu selalu menimbulkan rasa bersalah setelahnya, tapi tetap ia ulangi untuk hari-hari esok. Namanya juga laki-laki.

Satu dua hari Alfa masih bisa maklum. Memasuki hari ketiga laki-laki itu mulai merasa keberatan dengan ketidakhadiran Naya. Ia juga kesal dengan pesan Naya yang tidak mendetail. Perempuan itu tidak menyebutkan berapa jumlah hari yang ia perlukan untuk cuti, urusan ayahnya ada di belahan bumi bagian mana. Bila saja Alfa tahu, laki-laki itu mungkin akan datang menyusul.

Selain itu nomor Naya tidak pernah aktif, masih di jam yang sama Alfa membalas pesannya tapi hingga seminggu lebih belum ada tanda-tanda balasannya masuk. Sudah jelas Naya langsung menonaktifkan nomornya usai mengirim pesan hari itu.

Setiap pagi Alfa berharap bukan Melinda yang mengantarkan kopi ke ruangannya. Menanti hari itu tiba rasanya lama sekali. Alfa terpaksa memperkerjakan seorang profesional untuk melacak keberadaan Naya yang justru terkejut karena malah menerima kabar bahwa Ed terbaring sakit di rumah.

Kini ada sekian orang yang dibayar secara rahasia untuk menemukan Naya. Mulai dari pihak Ken, Ed maupun Alfa. Semuanya mendapatkan hasil yang nihil. Namun Alfa menjadi satu-satunya yang paling beruntung. Terhitung dua belas hari setelah kabar Naya tidak pernah terdengar, pada hari itu Alfa menerima panggilan dari sebuah nomor asing dengan suara yang terdengar asing pula.

"Aku menemukan seorang gadis pingsan di kamar kosnya dan membawanya ke UGD. Dia menyimpan nomormu."

Tanpa merasa curiga sedikitpun, Alfa langsung berangkat ke UGD milik Rumah Sakit yang disebutkan suara asing itu. Ia punya firasat kuat hal ini berkaitan dengan Naya, ia sangat berharap firasatnya tidak berkhianat.

Wajah Alfa tampak begitu cemas ketika sampai disana. Memanggil nomor asing tadi, ia menoleh ketika secara bersamaan mendengar nada dering dari ponsel seorang wanita berbunyi. Persis ketika wanita itu menempelkan layar ponsel ke telinganya panggilan Alfa tersambung. Alfa memutus sambungan telefon lalu menghampiri wanita asing itu.

"Dimana dia?" Alfa bertanya tanpa tedeng aling-aling. Si wanita asing tampak bingung sampai akhirnya mampu mencerna situasi yang terjadi.

"Dia ada dibalik tirai ketiga. Sebaiknya kau cepat mengurus urusan administrasi. Dia butuh wali sebelum bisa dipindahkan ke kamar rawat."

Sebelum memastikan apakah benar Naya yang ada dibalik tirai ketiga, Alfa tanpa keraguan menuju bagian administratif Rumah Sakit. Ia selalu kesal dengan rumah sakit yang menunda-nunda perawatan seorang pasien ketika tidak ada wali sebagai penjaminnya. Setelah urusan itu beres Alfa segera kembali ke UGD. Dalam perjalanannya, si wanita asing menahan Alfa dan mengenalkan diri.

KANAYAWhere stories live. Discover now