TWENTY EIGHT : MEGA

Start from the beginning
                                    

Mama dan Tante hanya dua bersaudara, dan hanya Alfa dan Mega lah yang bisa membayar kerinduan Tante untuk memiliki anak. Dulu, tante ingin sekali memiliki anak cowok. Namun, semenjak ia divonis, ia meletakkan harapannya itu pada Alfa, untuk mau dan selalu menganggap tante sebagai Mama kedua. Namun itu hanya sekedar harapan, semenjak kejadian itu, Alfa enggan untuk kerumah itu, rumah yang akan membawanya untuk mengenang masa ketika dulu bersama Mega. Mega yang dulu masih bisa tersenyum dan tertawa bersamanya. Bukan hanya kenangan, bahkan rumah itu menjadi tempat pertemuannya dengan Mega.

Alfa menutup matanya. Perlahan ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

"Fa?"

"Izinin gue ngumpulin mental gue. Sebentar aja." Lirih Alfa masih menutup matanya.

Dara yang mengerti membiarkan lelaki itu melakukan keinginannya. Diam-diam, Dara memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki itu. Nyaris sempurna. Matanya cokelat, indah dan menawan, hidungnya mancung dan bibirnya kemerahan.

Kalau aja Lo bukan cowok nakal, berandalan, urak-urakan, gue bakal jadiin Lo orang yang pertama dan terakhir yang milikin hati dan cinta gue. Sepenuhnya.

Alfa membuka matanya refleks membuat Dara gelagapan. Alfa mengernyitkan dahinya.

"Lo kenapa?" Tanya Alfa.

Dara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gapapa. L-Lo udah siap belum?"

Alfa mengangguk dan tersenyum.

Keduanya berjalan mendekati pintu berwarna coklat itu.

Alfa mengetuk pintu itu namun sebelum tangannya mendarat ia menoleh dan menatap Dara, Dara yang mengerti tatapan itu mengangguk dan tersenyum meyakinkan Alfa. Alfa pun mengetukkan tangannya pada pintu.

Tak berapa lama, seorang wanita paruh baya membukakan pintu.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu, dek?" Tanya perempuan itu.

"Siapa, bi?" Tanya seseorang sedikit berteriak sambil melangkah mendekat kearah mereka.

Tante...

Seperti tamparan keras, wajah Tante mirip sekali dengan Mama. Mengingatkan Alfa pada malaikat yang sudah berjuang melahirkan dan membesarkannya, walau hanya beberapa tahun.

Entah dari bisikan apa, hati Alfa tergerak untuk memeluk perempuan itu. Alfa maju beberapa langkah dan mendekap erat Tante Vida.

"Tante." Lirihnya bersamaan dengan air mata yang jatuh.

"A-Alfa?" Ucap tante membalas pelukan itu. Melebihi Alfa, air mata tante mengalir begitu deras. Dipeluknya erat tubuh Alfa, setelah sekian lama mereka berpisah, ini pelukan yang paling nyaman yang pernah mereka rasakan satu sama lain.

"Maafin Alfa, tante."

"Alfa, kamu kemana aja, nak? Kenapa baru sekarang Alfa datang? Tante kangen. Mega kangen sama Alfa." Ucap tante disela tangisnya.

"Maafin Alfa, tante."

Hanya itu yang bisa Alfa ucapkan. Selainnya, hanya bisa ia simpan dalam hati. Mulutnya tak sanggup untuk berucap lebih lagi.

Tante melepaskan pelukannya, memegang pundak Alfa dan menatapnya sebentar. Lalu ia beralih memandang Dara dengan raut wajah yang terbawa suasana.

"Ini siapa? Pacar kamu ya, Fa?"

Dara langsung menyalim tangan Tante dan tersenyum ramah.

"Dara, tante." Ucap Dara santun. "Saya bu-"

"Iya, ini pacar Alfa." Potong Alfa. Dara lantas membulatkan matanya melototi Alfa.

"Alfa sudah pintar cari pacar ya. Cantik, sopan lagi." Puji tante Vida, Dara hanya bisa tersenyum. Sementara Alfa tersenyum puas.

"Yaudah, Alfa mau ketemu Mega kan? Kasian Mega, sudah bertahun-tahun dia nggak ketemu kamu. Coba dari dulu kamu datang, pasti Mega tiap hari bisa ketawa, bahagia karena kakaknya."

Alfa tersenyum sendu. "Iya, Alfa mau ketemu Mega."

"Yaudah ayo masuk. Ayo, Dara, anggap aja kaya rumah sendiri." Ajak tante merangkul tangan Dara. Dara tersenyum dengan sikap tante yang begitu ramah padanya.

"Rumah ini nggak berubah. Sengaja tante biarin, karena ini bisa bantu adik kamu buat menormalkan ingatannya." Ucap tante sambil berjalan bersama mereka.

Alfa dan Dara memandangi seisi rumah itu.

Mereka menaiki anak tangga mengikuti tante Vida.

"Biasanya Mega jam segini tante ajak ke taman belakang atau jalan-jalan keliling komplek. Kalau kalian mau, tante izinkan buat bawa Mega jalan-jalan sekitar sini." Tawar tante Vida.

"Nah, ini kamar Mega." Ucap tante membuka pintu bertuliskan Mega's Room. Bersamaan dengan itu, tampak seorang perempuan duduk di kursi roda menghadap kaca.

Mega...

Lirih Alfa dalam hati.





























Happy reading!!!!!!

Hope you enjoy it!

Love youu❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now