Twenty one

4.8K 556 48
                                    

Aku berjalan tak tentu arah ditengah padang rumput. Aku tak mengerti bagaimana aku bisa berada disini. Udaranya sejuk dan anginnya tak begitu kencang. Rasanya sangat tenang disini. Aku terus berjalan hingga aku melihat sebuah pohon rindang yang sangat besar dikejauhan.

"Kyungsoo!"

Seperti ada seseorang yang memanggilku. Aku mencari sumber suara itu dan ternyata dari arah pohon. Aku menyipitkan mataku guna menajamkan penglihatanku. Disana ada seorang perempuan berbaju putih melambaikan tangannya kearahku.

"Eomma!" teriakku saat tau siapa dia.

Aku langsung berlari sekuat tenaga menuju eommaku. Aku langsung menghamburkan diri kedalam pelukannya begitu sampai. Tubuh eommaku sedikit terhuyung akibat terjanganku. Ia terkekeh melihat tingkahku.

"Bogossippo" lirihku.

"Nado" jawabnya.

Ia memelukku dengan erat. Punggungku dielusnya pelan. Kenyamanan ini tak akan pernah aku dapatkan lagi. Ia mengurai pelukannya dan menatapku lekat.

"Kau masih keras kepala seperti biasanya" ucapnya.

"Percuma kau pintar jika kau tak menggunakan otakmu" lanjutnya sambil memukul pelan kepalaku.

Aku mengusap kepalaku. Pukulannya tak sakit. Sama sekali tidak hanya saja interaksi seperti ini sudah lama aku inginkan.

"Kau harus kembali, Kyungsoo-ya. Banyak orang membutuhkanmu. Buka hatimu. Jangan biarkan hal lain mengganggumu. Cukup turuti saja kata hatimu. Mereka tak pernah salah" nasehatnya.

"Aku butuh eomma" sahutku.

Ia menggeleng.

"Disana sudah ada yang menunggu dirimu. Cukup buka hatimu. Katakan padanya 'tolong aku'"

Aku tak mengerti dengan perkataan eomma. Siapa yang menungguku? Baekhyun? Kenapa aku harus meminta bantuannya?

"Ikuti kata hatimu, sayang. Dan kau akan mengerti"

"Eomma mencintaimu"

Aku langsung tersentak bangun. Rasanya seperti jiwaku dihempaskan secara paksa kedalam tubuhku. Aku mengedarkan pandanganku dan tak ada siapapun disini.

Aku menghela nafasku. Keringat dingin muncul didahiku. Aku menyekanya dengan punggung tanganku. Lagi-lagi aku bertemu eomma. Ini kedua kalinya aku bertemu dengannya. Secara tersirat ia memberikanku sebuah petunjuk yang tak aku mengerti.

Aku turun dari ranjangku. Aku melangkah kearah pintu dan membukanya pelan. Aku melongokkan kepalaku dan melihat kesekeliling memastikan tidak ada yang melihatku. Merasa aman aku keluar dari ruang rawatku.

Aku merasa penat berdiam diri didalam ruangan. Semenjak aku dilarikan ke rumah sakit Baekhyun maupun Chanyeol lebih protektif kepadaku. Mereka menjagaku 24 jam secara bergantian. Aku memang sering kambuh. Frekuensinya lebih sering dibandingkan sebelumnya.

Aku membuka pintu tangga darurat. Aku kembali menutup pintu itu dengan hati-hati. Aku mendudukan diri disalah satu anak tangga yang menuju ke tangga atas tepat menghadap pintu darurat. Aku terdiam cukup lama. Aku memikirkan perkataan eomma dimimpiku tadi. Pada siapa aku harus meminta tolong.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar jelas ditelingaku. Bulu kudukku berdiri. Suasana tiba-tiba mencekam. Sekelebat bayangan dimana dulu aku bersembunyi memghindari appaku kembali. Dengan perasaan was-was aku mendongakkan kepalaku mengecek bagian atas adakah orang disana. Suara langkah kaki itu semakin dekat.

"Kyungsoo"

Aku menutup kedua telingaku. Suara itu...suara yang sangat aku kenal.

"Jika kau tak mau keluar kau tau kan hukumannya?"

I Dont Need A Man (Season 1)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora