Eight

4.3K 528 29
                                    

Aku memarkir mobilku didekat site proyek yang akan aku kunjungi. Kedatangan mendadak ini langsung membuat heboh beberapa staffku. Kulihat mereka langsung berlari menghampiriku dengan pandangan penuh tanya.

"Kenapa bujangnim ada disini?" tanya Pak Go mandor proyek disini.

"Apa tidak boleh? Atau jangan-jangan ada sesuatu yang pak Go sembunyikan?" candaku.

Pak Go tertawa. Dari sekian banyak staffku dilapangan aku sangat percaya dengan pak Hong dan pak Go. Beliau berdua sangat berpengalaman dan sangat disiplin. Aku selalu mempercayakan proyek besar kepada mereka.

Pak Go mempersilahkanku menuju ruang istirahat dimana semua pekerja sedang istirahat sejenak. Memang sudah waktunya mereka istirahat karena hari sudah terlalu sore. Pekerjaan akan dilanjutkan setelah matahari tenggelam.

Aku sempat mengobrol dengan beberapa pekerja untuk menanyai kendala yang terjadi dilapangan. Mendengarkan keluhan mereka termasuk evaluasi dari proyek ini. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dan menjamin keselamatan mereka.

Setelah berkeliling, aku memutuskan untuk pergi ke hotel dimana aku menginap. Aku sudah memesannya selama perjalanan tadi. Aku rasa satu atau dua hari cukup untuk kunjunganku dan menenangkan pikiranku.

Aku memasuki kamar hotelku lalu merebahkan tubuhku dikasur. Hari ini melelahkan. Aku ingin segera melaluinya dan berharap tak ada kejadian seperti tadi lagi.

Aku bangun dan beranjak ke kamar mandi. Berendam air hangat mungkin bisa membantu merilekskan tubuhku.  Rasa nyaman menjalar keseluruh tubuhku saat air merendam tubuhku. Sedikit sentuhan musik menambah kesan rileks.

Samar-samar aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku bernajak dalam bath tube dan membilas tubuhku. Aku masih ingin berendam lebih lama lagi tapi kesenanganku terganggu hanya karena seseorang. Aku mengerang kesal sambil memakai bath robe ku. Rambut setengah basahku aku gerai.

Tanpa mempedulikan siapa yang mengetuk pintu aku langsung membuka pintu. Aku terperanjat saat melihat Jongin berdiri dengan wajah marahnya. Matanya memancarkan aura kesadisan. Sebelum sempat aku menanyakan sesuatu, ia langsung menarikku kedalam kamar dan membanting pintu kamar.

"Yak!" pekikku terkejut dengan suara pintu yang tertutup keras.

Aku menyentakkan tanganku keras hingga terlepas.

"Kau gila!" semburku marah.

"Kau!"

Jongin menggeram marah kearahku. Kata-katanya begitu syarat akan kecaman. Rahangnya mengeras dengan mulut datar tertutup rapat.

Aku beringsut takut dengan tatapannya. Ada apa dengannya? Kenapa dia selalu datang marah-marah yang seharusnya aku yang matah disini.

Aku memundurkan kakiku. Dan setiap langkahku diikuti olehnya. Kakinya yang panjang dengan langkah yang lebar berhasil mempersempit jarak kami. Aku mengeratkan ikatan bath robe ku.

Dengan sebuah dorongan keras, ia menjatuhkanku diatas kasur. Aku terkejut. Bagian bawah bath robe ku sedikit tersingkap hingga menunjukkan pahaku. Aku segera membenarkannya tapi tanganku ditahan oleh tangan Jongin.

Mata Jongin menatapku dengan cara berbeda sekarang. Tak lagi terlihat aura mencekamnya dan tergantikan pandangan penuh hasrat. Alarmku berbunyi kencang. Aku menjadi semakin waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh namja nekat ini.

Aku mencoba untuk duduk tapi Jongin dengan cepat mendorong tubuhku dan mengunci kedua tanganku diatas kepalaku. Dalam posisi ini jubah mandiku semakin terangkat dan hanya menutupi sebagian pahaku.

I Dont Need A Man (Season 1)Where stories live. Discover now