Seven

4.2K 549 30
                                    

Aku yakin jika hari ini adalah hari tersialku. Baru saja tadi aku mengalami hal tak menyenangkan karena seseorang kini ia ada dihadapannya. Sebuah bencana untukku. Aku harus segera pergi.

"Chanyeol-ssi. Kami pamit dulu"

Chanyeol menoleh kearahku dengan wajah kecewanya.

"Kenapa?"

"Baekhyun besok masih harus sekolah. Kami tak bisa terlalu lama disini"

Aku mencoba mencari alasan yang sangat logis agar tak terlihat seperti ingin melarikan diri.

"Ayok eonnie. Aku sudah mengantuk" ucap adikku.

Aku bersyukur Baekhyun membantuku lari walaupun dia tak tau apa maksudku sebenarnya. Aku dan Baekhyun berdiri. Aku membungkukkan badanku singkat sebelum pergi. Baekhyun menarik tanganku tanpa mau berpamitan kepada Chanyeol.

Aku sempat melirik kearah orang itu yang ternyata dia menatapku juga. Aku merasakan langkah kakinya bergerak lebar. Tapi tarikan Baekhyun yang kuat membuatku segera menghilang dari sana. Dan kali ini aku selamat karena Baekhyun.

"Harusnya eonnie daritadi ngajak pulang" rajuk Baekhyun setelah kami sampai di apartemen.

Aku mengangkat sebelah alisku.

"Wae?" tanyaku.

"Aku malas bertemu ahjussi tadi. Dia seperti pedofil" ucap Baekhyun ngeri.

Aku terkekeh mendengarnya. Adikku ini terlalu berlebihan. Aku rasa Baekhyun sadar jika Chanyeol mempunyai ketertarikan kepadanya. Dan adikku merasa risih didekati Chanyeol.

"Sudahlah. Sekarang kembali ke kamarmu dan tidur saja" suruhku.

Baekhyun mengangguk kemudian mencium pipiku dan beranjak. Aku menghela nafas lelah. Sungguh aku ingin tidur pulas dan melupakan apa yang terjadi hari ini.

Aku beranjak menuju kamarku tapi deringan ponselku menahanku. Aku melirik layar ponselku dan tertera nomer asing disana. Aku mencoba mengabaikannya dengan menolak panggilan itu. Tapi panggilan itu kembali. Aku menolak untuk menjawab. Lama kelamaan aku dibuat jengkel dengan nomer asing ini. Tanpa basa-basi aku langsung menggeser tombol hijau dan menyembur marah.

"Maaf tolong jangan..."

"Aku diluar"

Perkataanku terpotong oleh suara dingin milik seorang namja yang tak ku kenal. Aku mengernyitkan dahiku.

"Nuguseyo?"

"Jangan memancing amarahku, miss Do. Buka pintumu!"

Aku terperanjat. Aku menjauhkan ponselku dari telingaku dan menatapnya lama kemudian aku melirik kearah pintu apartemenku. Aku kembali mendekatkan ponselku ke telinga hingga aku mendengar lagi suara itu.

"Aku hitung sampai tiga. Jika kau tak segera membukakan pintumu aku akan mendobrak pintumu" ancam orang itu.

Aku memandang pintu apartemenku. Aku masih bergulat dalam pikiranku akankah aku membuka pintu atau tidak. Tapi semua pemikiranku kacau saat aku mendengarnya mulai menghitung. Aku bergegas menuju pintu dengan ponsel yang masih berada ditelingaku. Dan aku berhasil membuka pintu pada hitungan ketiganya.

Aku melihatnya berdiri dengan angkuhnya dan tatapan tajamnya. Seakan tak senang dengan gerakan lambatku. Tapi kenapa? Disini aku adalah tuan rumah dan aku berhak tidak membuka pintu untuk tamu yang tak ku inginkan. Termasuk dia.

Kakiku refleks berjalan mundur saat ia mendekatiku. Aku seketika panik melihat dia menutup pintu apartemenku. Aku mencoba untuk meraih pintu agar tetap terbuka karena aku tak ingin membawanya masuk kedalam apartemenku lagi. Tidak setelah apa yang pernah ia lakukan disini.

I Dont Need A Man (Season 1)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα