Eleven

4.3K 528 20
                                    

Aku mencoba memusatkan kesadaranku. Rasanya sangat berat mataku untuk terbuka. Aku memegangi kepalaku yang sedikit pusing. Seperti dihantam batu besar. Bias cahaya mulai memasuki kornea mataku. Aku mencoba membiasakannya. Mataku terus menyipit masih menolak banyaknya cahaya yang masuk.

Hal pertama yang aku lihat adalah langit-langit kamar yang sangat asing. Aku mengedarkan pandanganku. Sebuah kamar yang luas dengan gaya maskulin khas kamar seorang namja. Aku menoleh kearah kananku dan mendapati adikku tidur nyenyak disebelahku.

Aku mencoba mengerakkan tubuhku menyamping menghadap Baekhyun. Aku usap pelan kepalanya. Aku merasa bersalah kepadanya. Aku ingat jika aku telah membongkar rahasiaku sendiri kepada adikku. Mungkin ia tak akan banyak bertanya kepadaku dan itu membuat penyesalanku menjadi-jadi.

Aku bukanlah kakak yang baik untuknya. Aku tak bisa menjaganya dengan baik. Bahkan aku tak bisa melihatnya tumbuh sewaktu kecil. Aku kembali saat ia sudah mulai beranjak dewasa. Sama sekali eomma tak memberitahukan keadaanku kepadanya.

Semenjak itu aku selalu menjaga adikku. Sebagai penebus kesalahan karena telah meninggalkannya bersama eomma. Baekhyun sangat menyayangiku. Mengetahui ia punya saudara ia langsung bahagia dan menempel kepadaku. Bukannya marah tapi aku malah senang. Aku sempat berfikir Baekhyun akan menjauhiku bahkan membenciku.

Aku memeluk tubuh Baekhyun. Berdua dengannya sudah membuatku tenang. Aku tak ingin yang lain. Yang aku butuhkan saat ini hanya menjalani hidupku berdua dengan adikku. Aku tak perlu perlindungan. Tak perlu belas kasihan. Aku hanya butuh adikku. Dia sudah lebih dari cukup. Aku bisa melindunginya dengan caraku.

"Eonnie"

Aku menatap Baekhyun yang sedang mengucek matanya. Suaranya parau khas orang yang baru saja bangun tidur. Aku tersenyum saat matanya memandangku. Baekhyun membalas senyumku.

"Eonnie merasa baikan?" tanya Baekhyun.

"Selalu baik jika kau menemaniku" balasku.

"Apa eonnie mau pulang?"

Aku baru tersadar jika ini bukanlah kamarku. Aku melupakannya. Aku mengangguk. Baekhyun membantuku berdiri. Tubuhku masih merasa lemas. Baekhyun menuntunku menuju pintu. Kami berdua terkejut saat pintu dibuka terlebih dahulu. Mrs. Lee juga terkejut melihat kami yang berada dibelakang pintu.

"Kalian mau pulang?" tanya Mrs. Lee.

"Ne. Kami lebih nyaman dirumah sendiri, ahjumma" jawab Baekhyun.

"Aku akan mengantar kalian"

Mrs. Lee ikut menuntunku. Chanyeol yang menatapku dari luar kamar hanya tersenyum. Tapi senyumannya seakan dipaksakan. Tak sehangat biasanya. Aku melirik kearah namja yang berada disebelah Chanyeol. Semenjak pintu kamar dibuka ia sama sekali tak melihat kearahku. Dan itu sedikit membuatku bingung.

Jongin langsung menghilang saat aku keluar kamar. Aku tak peduli dengannya. Chanyeol ikut mengantarkan kami hingga berada didepan rumah. Sejenak aku menerka-nerka. Kamar siapa yang aku tempati dan rumah siapa yang aku kunjungi. Sebenarnya aku sudah memiliki satu kesimpulan. Dan aku tak mau mengatakannya.

Baekhyun dan aku sudah masuk didalam mobil Mrs. Lee. Aku melihatnya sedang mengobrol dengan Chanyeol.

"Terima kasih dokter Park. Saya sangat berterima kasih karena anda sudah memanggil saya kesini"

"Tak masalah dokter Lee. Saya sangat senang bisa langsung bertemu dengan sunbae hebat seperti anda"

Mrs. Lee langsung masuk kedalam mobil dibelakang kemudi. Sedangkan Chanyeol mendekati kursi penunpang dibagian sebelah pengemudi dimana Baekhyun duduk.

I Dont Need A Man (Season 1)Where stories live. Discover now