Six

4.7K 517 43
                                    

Aku menatap lama laptop didepanku. Aku menimang-nimang harus membuat kata-kata seperti apa. Biasanya aku tak terlalu kesusahan merangkai kata. Tapi kali ini pikiranku buntu dan bingung harus menulis apa.

Aku menyandarkan tubuhku. Aku menyerah. Untuk saat ini. Aku membutuhkan sebuah pengalihan untuk kinerja otakku. Ku lirik jam dinding yang ada diruanganku. Ternyata sudah waktunya makan siang.

Aku mengambil kunci mobilku yang ada dimeja. Sepertinya keluar untuk makan siang dapat sedikit membantuku. Aku membuka pintu ruanganku dan tak menemukan Minji disana. Aku rasa dia sudah pergi ke kantin.

Aku melesat menuju lift. Tak butuh waktu lama aku berada didalam mobilku. Aku mulai menjalankannya dan bergerak bebas dijalan raya. Satu tujuanku yaitu sebuah resto dekat sungai Han. Tempat itu favoritku dan Baekhyun bila kami merasa penat. Pemandangan yang bagus dapat menjernihkan pikiran.

Aku memakirkan mobilku dan langsung bergegas masuk kedalam resto. Disaat jam siang seperti ini resto cukup ramai. Karena letakknya strategis jadi banyak pengunjung yang datang disaat jam makan siang.

Aku memesan menu andalanku dan duduk dimeja terluar dilantai dua. Tak banyak yang menduduki tempat ini karena memang tempat ini lebih panas karena terkena sinar matahari langsung. Tapi aku suka. Aku menatap pemandangan luar resto yang langsung mengarah kearah sungai Han.

Pesananku pun datang dan aku mulai menyantapnya. Pemandangan ini selalu bisa menenangkan pikiranku. Segala rutinitas dikantor dan satu masalah pribadi akhir-akhir ini hinggap di benakku. Membuatku stress dan tak bisa berfikir jernih.

"Kyungsoo?"

Aku menoleh saat ada yang memanggil namaku. Dan saat itu juga aku menyesalinya. Aku mencoba mengabaikannya dan kembali menyantap makananku.

Seorang laki-laki menghampiriku dan berdiri tepat disampingku. Aku hanya melirik sekilas kearahnya tanpa menoleh.

"Boleh aku bergabung?"

Tidak! Jeritku dalam hati. Dari sekian banyak orang yang ada disini kenapa harus bertemu dengan sumber masalahku. Aku menampilkan wajah biasa saja. Aku sudah melatihnya agar mulai terbiasa menghadapi satu orang.

"Sure" sahutku singkat.

Namja itu mulai duduk disebelahku sambil terus menatapku. Aku menoleh dan langsung membalas tatapannya.

"Apa yang sedang anda lakukan disini?" tanyaku seformal mungkin.

"Berbisnis"

"Seorang profesional memang beda" kataku sambil tersenyum.

Aku kembali memusatkan perhatiaku pada makanan yang tinggal sedikit. Dengan beberapa suap akhirnya aku menyelesaikan makan siangku. Aku membereskan makan siangku dan meminum air yang disediakan. Tanpa mengulur banyak waktu aku langsung berdiri.

"Maaf tapi saya harus kembali" ucapku.

Aku melihat namja disebelahku yang masih terus menatapku. Aku membungkuk sekilas dan beranjak pergi. Tapi tanganku ditahan oleh namja itu. Aku berbalik dan menatap sopan kearahnya.

"Maaf. Tolong lepaskan tangan saya" pintaku sopan.

"Apa yang terjadi dengan dirimu?" tanyanya.

Aku menaikkan satu alisku tanda bingung.

"Apa maksud anda?"

"Sikapmu berbeda. Apa terjadi sesuatu?" tanyanya lembut.

"Saya tak mengerti maksud anda. Dan tolong lepaskan tangan saya"

Aku berusaha menarik tanganku tapi masih saja digenggam erat oleh namja itu.

Tanganku ditarik hingga berada didekat wajahnya. Tanpa diduga dia mencium punggung tanganku penuh kelembutan. Aku sempat tersentak dengan perlakuannya tapi aku berusaha menahan emosiku. Aku berhasil mengubah ekspresiku menjadi dan datar tak terbaca.

I Dont Need A Man (Season 1)Kde žijí příběhy. Začni objevovat