Seventeen

4.5K 516 67
                                    

Jongin membawa Kyungsoo dalam gendongannya. Kyungsoo masih tertidur dengan pulasnya walaupun sekarang ia tengah dibawa pergi oleh Jongin. Apakah ini penculikan? Mungkin.

Jongin sudah mengatur segala halnya. Ia sengaja masuk kedalam ruang rawat Kyungsoo saat gadis itu sendirian. Anak buahnya mengabarkan jika Chanyeol dan Baekhyun pergi entah kemana dan meninggalkan Kyungsoo sendiri. Ini kesempatannya.

Jongin menatap Kyungsoo yang pulas tertidur. Wajah cantiknya masih terlihat jelas walaupun gadis itu tampak lebih pucat dan kurus. Keberadaan Jongin dengan membawa Kyungsoo yang masih memakai baju rumah sakit menyita banyak perhatian. Beberapa suster tampak terkejut melihat Jongin membawa pasien mereka. Tapi mereka tau jika tak ada yang bisa menghentikan seorang Kim Jongin.

Beberapa security rumah sakit yang melihat menghampiri Jongin tapi dihadang oleh pengawal Jongin yang mengikutinya dari belakang. Yun membimbing Jongin ke mobil yang sudah disiapkannya.

Dibelakang sana beberapa dokter dan suster berlarian menuju kearah Jongin. Jongin tak mempedulikannya dan langsung masuk kedalam mobil.

"KIM JONGIN!!" teriak Chanyeol.

Mobil Jongin melaju tepat saat Chanyeol keluar rumah sakit. Chanyeol menggeram marah mengetahui Jongin membawa Kyungsoo diam-diam. Harusnya ia tak meninggalkan Kyungsoo sendirian.

"Dimana eonnieku?!" bentak Baekhyun disebelah Chanyeol saat berhasil menyusul namja itu.

"Dia sudah dibawa pergi"

Sebuah jawaban dari Chanyeol mampu membuat Baekhyun jatuh pingsan. Chanyeol dengan sigap membawa Baekhyun masuk.

****

Aku melenguh pelan saat kesadaran menghampiriku. Perlahan mataku terbuka dan yang menyapa indera pengelihatanku adalah lampu terang disebuah kamar. Aku mencoba menajamkan pengelihatanku dan meneliti keseluruh penjuru ruangan.

Ini bukan ruang rawatku. Nuansanya berbeda. Sebagian besar warna kamar ini adalah hitam dan putih yang dipadu apik menampilkan sisi maskulin. Seingatku kamarku tidak berwarna seperti ini. Dan juga kamar ini lebih luas dari kamarku maupun kamar rawatku.

Aku semakin mengedarkan pandanganku. Rasa penasaranku muncul. Dimana aku? Pertanyaan itu terus aku serukan berulang-ulang dalam kepalaku. Semua perabotan disini mempunyai nilai tinggi. Dan aku rasa pemiliknya merupakan orang yang sangat kaya.

Apa aku diculik lagi? Rasa panik langsung menyergapku. Aku sontak terduduk dan meneliti tubuhku. Tak ada ikatan apapun padaku. Aku memperhatikan baju yang aku kenakan. Sebuah piyama satin yang sangat halus melekat ditubuhku. Aku memejamkan mataku mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Kau sudah bangun?"

Aku membuka mataku cepat dan terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku mengalihkan wajahku seketika. Pemandangan dihadapanku tak layak untuk aku lihat. Perasaan malu menjalari pipiku hingga rasanya panas pada satu titik itu. Aku yakin jika pipiku memerah.

"Apa kau sakit?"

Aku merasakan sentuhan tangan kasar menyapa keningku. Dengan cepat aku menjauhkan kepalaku dari sentuhan itu. Aku sempat melihat sekilas namja itu dan itu membuatku menundukkan kepalaku tak berani menatapnya terlalu lama.

Sebuah gerakan dari kasur membuatku memberanikan diri untuk mendongak. Namja itu menjauh dari ranjang menuju salah satu pintu. Saat pintu itu dibuka aku melihat banyaknya baju didalam sana. Namja itu menghilang kedalam pintu.

Sekarang aku tau aku berada dimana. Tapi sebuah pertanyaan lain datang mrnghampiriku. Kenapa aku bisa berada disini?

Aku menyibak selimutku dan berdiri. Sepasang sandal rumah berjejer apik dibawah kasur. Aku langsung memakainya dan melangkah menuju pintu kamar. Dalam benakku langsung terbersit kata 'aku harus keluar dari sini'. Dan dengan dorongan itu aku langsung mengambil inisiatif untuk pergi. Tak mempedulikan kepalaku yang masih berdenyut.

I Dont Need A Man (Season 1)Where stories live. Discover now