NINE : FRIENDSHIP GOALS!

Mulai dari awal
                                    

Jo dan Aldi saling menatap. Ada yang berbeda dengan Dara. Mereka merasakan suhu tubuh gadis itu sepertinya agak naik.

"Kamu sakit?" Tanya Jo mendongakkan sedikit kepalanya.

Dara terbelalak dan sontak menjauhkan pipinya dari Jo dan Aldi. "Eng--ga. Aku ngga sakit."

"Kamu beneran gapapa, Dek?" Tanya Helena dengan raut wajah khawatir seraya memberikan selembar roti dengan selai cokelat pada Dara.

"Gapapa kok, Mi." Ucap Dara mengambil roti tersebut.

Helena yang masih dengan kekhawatirannya mencoba mengecek Dara dengan menempelkan punggung tangannya di kening Dara namun dengan cepat Dara menepis pelan tangan Helena.

"Mamii, Dara gapapa tau, Udah ah Dara udah telat. Kak Aldi ayo buruann," Dara menarik paksa tangan Aldi yang masih tersisa sedikit roti.

"Yaelah bentar kek belum abis nih makanan kakak!"

"Ngga peduli," Dara menyalim Firman dan Helena kemudian kembali menarik tangan Aldi secara paksa.

***

17 Agustus 2017.

Pengibaran sang saka merah putih berjalan lancar dan hikmat. Kelompok paskibraka yang telah berlatih cukup matang sungguh mengagumkan. Ditambah dengan kelompok paduan suara yang juga sudah berlatih hingga menghasilkan suara yang membuat sebagian orang merinding mendengarnya. Begitu merdu. Dara, gadis itu sangat antusias ditengah teriknya matahari menyaksikan penampilan perdana sahabatnya dengan baju putih dan langkah yang gagah, Farin. Ya, itu sebenarnya tujuan utama Dara hingga memaksakan diri yang tengah dalam keadaan sakit untuk tetap mengikuti kegiatan upacara di lapangan.

"Farin!!!" Dara melambai-lambaikan tangannya kearah Farin yang sedang berkumpul bersama teman-teman paskibraka lainnya.

Farin menoleh dan tersenyum sumringah. "Hei!! Sinii," Farin melambai-lambaikan tangan meng-interupsi-kan Dara supaya mendekat.

Dengan setengah berlari, Dara menghampiri Farin. "Lo keren banget, Rin! Ketjeh lah pokoknya!" Ujar Dara mengacungkan kedua jempolnya.

"Ah bisa aja Lo," Ujar Farin menyenggol pelan lengan Dara. "Eh," Farin memegang lengan Dara, leher kemudian kening gadis itu. "Kok Lo panas? Sakit ya Lo?"

Dara menggeleng cepat. "Enggak, eeh--itu-anu-kena panas, hehe,"

"Ooh, gue kirainn, baik banget Lo bela-belain dateng pas lagi sakit cuma buat gue aja," Farin meneloyor pelan pipi Dara.

Emang iya, Rin. Cuma buat Lo, sahabat gue -batinnya.

"Yaudah foto dulu yuk," Dara merogoh ponsel disaku rok abu-abunya kemudian menekan tombol On dan menggesernya kearah kiri untuk membuka kamera.

Keduanya berpose dengan gayanya masing-masing. Mengabadikan momen perdana mereka. Tak cukup ber-selfie, Dara dan Farin meminta seseorang untuk mengambil gambar keduanya. Setelah selesai mereka pun melihat hasilnya satu persatu.

"Anjirr, bedak gue ketebelan pake kamera Lo," Ucap Farin menunjukkan raut wajah kesal.

"Mata Lo soak! Emang dasar aslinya tebel kali,"

"Hah? Yang bener Lo?" Ujar Farin memegangi wajahnya.

Melihat itu, Dara menepis tangan Farin. "Jangan di pegangin ogeb! Ntar jadi belang."

"Ehehe, iya ya. Eh btw, Ra, kak Dion kan sekarang lagi di istana negara, Lo ngga pengen liat apa?" Farin menaikkan sebelah alisnya.

Seketika raut wajah Dara berubah sedih.

Farin menggapai lengan Dara. "Ra? Ada apa?"

Dara menarik nafas panjang. "Selama Lo nggak ada, gue frustasi, Rin. Nggak ada yang bisa dijadiin tempat curhat. Banyak hal yang mau gue ceritain sama Lo, tapi kan ngga mungkin sekarang." Dara mengedikkan bahu memasang raut wajah pasrah.

Farin cukup larut akan pernyataan Dara barusan, membuatnya ikut bersedih mendengar berita duka dari sahabatnya itu. Farin mengusap-usap bahu Dara, mencoba menenangkan gadis itu. "Sorry banget ya, Ra. Sebulan lebih gue ngga ada disamping Lo, gue janji setelah ini kita abisin waktu seharian penuh, Lo bebas mau cerita apapun yang mau Lo ceritain,"

Dara tersenyum haru. "Iya gapapa, Rin. Lagian ini kan salah satu bentuk pengabdian Lo buat negara kita. Gue harus selalu dukung doong,"

Mendengar itu, Farin merentangkan kedua tangannya. "Aaaaa... cini peyuk tayang akooh,"

Dara mendorong tubuhnya memeluk Farin selama beberapa saat kemudian melepaskannya. "Eh iya, Rin. Sorry ya ntar gue ngga bisa liat Lo pas penurunan bendera, soalnya  Ka Jo sama Kak Aldi kan hari ini ulang tahun, terus temen-temennya mau buat kejutan gitu dirumah gue jadi gue harus ikut ngurusin juga deh, gapapa kan?"

Farin mengerucutkan bibirnya seraya membuang muka, membuat Dara ambigu. Namun kemudian gadis itu tersenyum sumringah menatap Dara. "Ya gapapa lah Daraa," Farin mencubit gemas kedua sisi pipi Dara.

Dara meringis memegangi tangan Farin yang masih setia dipipinya. "Iihh, sakit taukk, lepasinn,"

Farin melepaskan tangannya kemudian nyengir-nyengir tak berdosa. "Hehe sorry sorry, abisnya ngegemesinn," Farin kembali menggerakkan tangannya kepipi Dara namun dengan segera gadis itu menghindar.


Give your VOMENT guys😘

Love youu❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang