SIX : ACTUALLY

Start bij het begin
                                    

Mika, Amy, dan Sindy ternyata sudah berada di sana. Duduk mengelilingi meja favorit mereka dengan mangkuk bakso dihadapannya masing-masing. Mengetahui itu, Dara dan Farin segera menghampiri ketiganya.

"Enak ya makan ngga ngajak-ngajak. Cukup tau gue sama Lo semua." Ucap Dara disertai tatapan sinis.

Mereka yang semula sibuk makan sampai tidak menyadari kehadiran Dara dan Farin menoleh.

"Eh! Ada elo berdua, hehe, duduk dulu doong, uluh uluhh cayang Dara jangan malah dong, cini cini duduk, bial Mika pecenin ya?" Rayu Mika dengan nada dan ekspresi yang so sucks. "Farin mau dipecenin juga cama Mika? Yaudah cini duduk dulu yuk."

Farin mendengus. "Jijik gue dengernya." Ucapnya seraya duduk di samping Dara yang sudah lebih dulu ditarik oleh Mika. Amy dan Sindy hanya bisa terkekeh melihat tingkah adik sekaligus sahabat mereka itu.

Amy dan Sindy memang lebih tua dari Dara, Farin dan Mika. Amy lebih tua setahun dan Sindy lebih tua dua tahun dari ketiganya. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Perjalanan mereka membentuk sebuah hubungan persahabatan cukup rumit untuk dijelaskan. Intinya persahabatan yang mereka jalani punya cerita sendiri. Seru dan menarik.

"Seriusan nih mau pesen apa? Mumpung gue lagi baek." Tawar Mika sekali lagi.

"Bakso aja,"

"Lo Ra?"

"Mie ayam nggak pake saos."

"Okeh. Bukk, bakso satu, mie ayam nggak pake saos satu."

"Beres mbakk!" Ucap Buk Sus dengan panggilan khasnya pada pelanggan siswi 'mbak' ditambah dengan acungan jempol dan semangat'45.

"Oke. Beres deh. Eh iya, Rin, Lo dari mana aja sih? Lama ngga ke permukaan Lo."

"Tau nih, dari mana sih?" Sambung Sindy.

"Sibuk paskib gue, sengaja ngga ke sekolah dulu kaya yang lain, soalnya tempat latihannya deket rumah gue."

Sindy, Mika dan Amy serentak menyuarakan 'O' dan dibalas dengan anggukan samar oleh Farin.

"Eh tapi gue juga ntar berperan di lapangan ikut padus tapi ngga sibuk-sibuk amat kayanya, emang dasar anak paskib, sok sibuk!" Cetus Amy.

"Heh! Anak padus tuh yang males! Semuanya kan butuh persiapan yang matang biar hasilnya juga bagus." Balas Farin tak kalah ketus.

Sindy mengacungkan kedua ibu jarinya. "Emang bener tuh! My? Lo tuh seharusnya ngedukung dong, ngga boleh kaya gitu."

"Iya deh, nurut gue kalo udah yang paling tua nasehatin,"

Seketika Sindy membulatkan matanya melototi Amy, membuatnya bergidik ngeri.

"Ra? Lo mau ngapain bawa-bawa topi?" Tanya Mika kala mendapati sebuah topi yang digenggam Dara sedari tadi.

"Oh iya ini-"

"Hei, Ra!"

Suara tersebut lantas membuat Dara menoleh. "Eh, Alvin. Kebetulan Lo disini, tadi rencananya gue mau balikin topi Lo setelah dari kantin tapi Lo nya udah ada disini. Yaudah nih, makasih banyak ya," Ujar Dara menyodorkan topi itu pada Alvin.

Alvin melambai-lambaikan tangannya. "Oh engga engga. Itu sebenernya bukan punya gue."

Dara mengernyit. "Lah? Trus? Punya siapa dong?"

"Eeh-itu-punya Al-lfa,"

"What?!"

"Apa?!"

"Hah?!"

Suara lantang sahabat-sahabat Dara itu lantas membuat makhluk penghuni kantin memandang mereka dengan berbagai jenis tatapan. Bingung, sinis, kesal dan lainnya. Sementara Dara tak berkutik sama sekali. Entah kenapa, laki-laki itu kini menjadi lebih sering hadir dalam kehidupan Dara.

Mendung Jangan Pergi Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu