FOUR : FIRST DAZED

Start from the beginning
                                    

Alfa mengernyit. Dengan ragu, Alfa melangkah memasuki toilet itu, tak lupa sebelumnya ia mengawasi keadaan sekeliling, apakah memungkinkan atau tidak. Setelah memastikan bahwa tak seorang pun selain dia diluar toilet, Alfa pun melanjutkan langkahnya.

Alfa terbelalak. "Dara?"

Dara. Ternyata gadis itu yang tengah terisak di dalam toilet. Sontak Dara terkejut dan menoleh, didetik berikutnya Dara segera memutar kembali arah kepalanya kemudian menghapus air mata yang membanjiri pipi.

"Lo ngapain sih disitu?!!"

Alfa menarik nafas dan memutar kedua bola matanya. "Seharusnya gue yang nanya elo ngapain nangis-nangis di toilet?"

"Ya suka-suka gue lah, mau ngapain kek bukan urusan Lo! Sana Lo pergi!"

"Lah? Kalo gitu ya suka-suka gue juga dong mau ngapain, bukan urusan Lo," Ujar Alfa tersenyum miring.

Dara menggeram. Menggertakkan gigi menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun. Gadis itu membalikkan seluruh tubuhnya memandang Alfa penuh amarah.

"MAU LO APA SIH?!!"

Alfa mengulum bibirnya menahan tawa yang hampir meledak. "Lo lucu kalo abis nangis, matanya bengkak banget,"

Jleb!

Seketika Dara membalikkan kembali tubuhnya. Pipinya memerah menahan malu.

"Ck, percuma dari kaca juga keliatan kali,"

Anjirr! Nih cowok bikin tengsin aja sih!!

Dara lantas menutup mata menggunakan kedua tangan, pipi gadis itu benar-benar seperti kepiting rebus.

Tap

Alfa menarik lembut lengan Dara, mengusap wajah perempuan itu dengan sapu tangan yang baru diambil dari saku celananya.

"Ini masih 4 les, masih ada 5 les lagi yang harus Lo jalanin. Biasanya kalo udah nangis itu bawaannya ngantuk, sia-sia Lo dateng ke sekolah."

Seketika Dara merasa jantungnya berdebar 3 kali lipat. Jarak laki-laki itu darinya hanya satu jengkal orang dewasa. Mata laki-laki itu begitu menawan, lebih dari mata Dion yang Dara kagumi, Dara baru menyadari itu. Sebisa mungkin Dara mencoba menstabilkan diri agar tak jatuh saat itu juga.

"Nggak cukup pake sapu tangan, Lo cuci muka dulu deh," Alfa menyodorkan sapu tangannya. "Nih Lo pake, tenang aja masih baru kok. Gue tunggu diluar ya."

Setelah Dara menerima sapu tangan itu dengan sedikit ragu, Alfa pun melangkah keluar.

Kini Dara sudah bisa menelan ludah. Dengan raut wajah yang masih tak percaya antara ilusi atau memang nyata. Pagi itu, Dara berhasil merasakan campur aduknya perasaan. Baru kali ini Dara mendapatkan perlakuan manis dari laki-laki lain yang bahkan teman saja bukan.

Dara, si pembaca berat novel ini merasa bahwa perlakuan Alfa seperti ada dalam cerita-cerita novel yang pernah ia baca. Setelah sekian lama hanya menghayal dan menghayal, hari ini Dara benar-benar dibawa kepada kenyataan. Walaupun Dion yang selalu ia bayangkan melakukan hal ini setidaknya Alfa yang tampangnya bisa dibilang diatas rata-rata sudah mewujudkannya.

Dara selesai meraup wajah dan mengeringkannya.

'Gue tunggu diluar'

Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga Dara. Bagaimana kalau lelaki itu benar-benar menunggunya? Apa yang harus Dara lakukan?

Setelah lama menimbang-nimbang, Dara memutuskan untuk benar-benar melangkah keluar. Benar saja, Alfa masih setia menampakkan batang hidungnya disana. Dara menggigit bibirnya dan melangkah ragu.

"F-Fa, thanks ya, s-sapu tangannya gue cuci dulu, janji besok pasti gue pulangin kok."

Alfa terkekeh. "Ngga dipulangin juga gapapa kok. Yaudah gue anterin Lo ke kelas ya?"

Dara menatap kaget laki-laki itu. "Eng--ga usah Fa, g-gue bisa sendiri kok. G-gue pergi duluan ya, sekali lagi makasih."

Dara segera pergi tanpa menggubris Alfa yang terus memanggilnya. Tiba-tiba saja jika berlama-lama dihadapan lelaki itu bisa membuat Dara pingsan seketika.

***

Kring.. kring.. kring..

"Baiklah, pelajaran kita sampai disini dulu. Selamat siang!"

"Siang Bu!!!!!"

Pelajaran Seni Budaya oleh Bu Siska berjalan seperti biasanya. Kalau tidak bernyanyi ya menggambar. Dan jadwal hari ini adalah menggambar. Hal yang paling disukai Dara. Namun sepertinya tidak untuk hari ini. Dara kebanyakan diam dalam lamunannya. Benar saja, perasaan gadis itu tengah campur aduk. Antara memikirkan kesedihan perihal Dion atau.. A L F A.

Dara sudah berusaha namun tetap saja gagal. Dua laki-laki itu membuatnya kehilangan konsentrasi. Berkali-kali Dara menepuk keningnya cukup keras sampai ia berteriak kecil sehingga Bu Siska menegurnya. Kali pertama Bu Siska memarahi murid kesayangannya. Ya, kesayangan. Bagaimana tidak? Bernyanyi dan melukis adalah keahlian gadis itu. Namun sepertinya Bu Siska tengah PMS, Dara hanya berteriak kecil saja ia sudah marah.

Poor Dara...

Setelah selesai menyusun buku kedalam tas. Dara segera melangkah meninggalkan kelas.

"Dara!" Seru seseorang hingga membuat Dara menoleh. "Ra? Sorry ya gue ngga sempet nyamperin Lo semalam, gue ada rapat OSIS soalnya. Kata Amy semalam mata Lo sembab? Habis nangis ya Lo?  Cerita dong, Raa."

Dara menggeleng. "Engga kok."

"Yaaah Ra, cerita doong. Ada apaa?" Ucap Mika memohon.

"...."

"Lo--ngga diapa-apain kan sama Alfa?" Ucap Mika cukup keras ditengah kerumunan orang banyak yang tengah berjalan di koridor sekolah lantas membuat Dara melototi gadis itu.

"Kecilin suara Lo!!" Bisik Dara.

"Eh i-iya sorry-sorry. Eh Lo belum jawab pertanyaan gue, Lo ngga diapa-apain kan kemarin sama si Alfa?" Ucap Mika mengecilkan volume suaranya.

Dara melengos. "Ya enggalah!"

Mika menarik nafas lega. "Syukur deh! Trus kalo gitu Lo nangis gara-gara apa?"

Dara melirik Mika sekilas. "S-siapa yang nangis?"

Mika melengos. "Ya elo lah Daraa,"

"Gue ngga nangis,"

Mika mengernyit. "Trus kalo ngga nangis kenapa mata Lo sembab?"

"Ck, udah ngga usah dibahas. Besok Lo temenin gue nonton mau nggak?"

Mika berpikir sejenak dan perlahan senyumnya melebar. "Bayarin yak?"

"Harusnya Lo yang bayarin gue Mikong! Gue lagi kezel beud sama elo!"

"Kezel nape lu?"

"Ck! Pake nanya lagi! Lo ngga inget kemarin Lo udah ngasih gue ke kandang singa? Untuk gue ngga mati digigit!" Ujar Dara memasang wajah masam.

"Jadi Lo kesel sama gue?" Ucap Mika dengan ekspresi kaget.

"Yaiyalah ogeb!"

"Yaudah sorry sorry, iya deh gue bayarin." Ujar Mika pasrah.

Dara membulatkan matanya senang. "Bener?"

"He'eh."

"Aaaaaaa... cini aku peyukk," Balas Dara merentangkan tangannya membuat Mika bergidik ngeri.










Awalnya sih cuma asal jeblak doang. Tapi dianggap serius. Inilah gunanya sahabat, wkwk. Apaansih, thorr

Give your VOMENT guys!!!
Thank you😘

❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Where stories live. Discover now