16. Realita Berduri

Mulai dari awal
                                    

(Sumber: google)

"Makasih," balasku singkat kemudian duduk manis.

Aku sengaja tidak terlalu banyak berbicara, aku hanya menjawab ketika ditanya, tak berniat sama sekali memulai percakapan. Aku menunggu sampai makanan kami telah habis seperti sekarang, hanya untuk berjaga-jaga supaya aku tak kehilangan selera makan nantinya.

"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, Zoya? Aku merasa pandanganmu sejak tadi terlalu menyelidik. Apa ada yang aneh denganku?" tanya Agam yang pada akhirnya menyadari tingkah laku diriku.

Bersyukurlah aku ketika pertanyaan itu keluar dari bibirnya, perutku sudah dalam kondisi kenyang. "Bukan elo, Gam. Tapi gue yang aneh."

Keningnya berkerut mendengar aksen bicaraku. Kerutan di dahi tak mempengaruhi penampilannya, Agam tetaplah Agam yang tampan. "Gak usah aneh gitu kali, bukannya gue yang biasanya emang begini? Gue inget elo sekarang."

"Maksudnya?"

"Elo gak mungkin amnesia kayak gue juga kan? Elo pasti inget cewek cengeng yang elo lemparin tissue, sukanya mojok gelap-gelapan sambil nangis?" tanyaku balik.

Kali ini ia terkesiap dan kedua matanya melebar, aku yakin dia mengerti maksudku karena begitulah asal mula kami saling mengenal satu sama lain. Bukan adegan penuh kebencian di sebuah cafe. Karena kami sudah jauh lebih mengenal sebelum kami dipertemukan kembali di tempat itu.

>>>>>

"Sejauh apa kau mengingat diriku, Zoya?" Aku melirik ke samping dan Agam bertanya tapi pandangannya ke depan untuk tetap fokus menyetir.

"Belum banyak, hanya beberapa hal kecil tidak terlalu penting," jawabku.

"Begitu ya, bagaimana dengan yang lainnya?" Agam sempat melirikku yang kebingungan dengan maksud pertanyaannya, maka Agam mengulang kembali perkataannya. "maksudku, apa hanya aku yang kau ingat?"

Jemari tangan kananku bergerak sendirinya untuk mengusap cincin emas putih di jari manis sebelah kiri. "Aku ingat beberapa orang juga, ingatanku masih kabur tentang mereka, tapi aku penasaran."

"Oh ya? Siapa?"

"Ramon dan Moira- Awww! What the hell are you doing, Gam?!" Mobil Agam berhenti mendadak, beruntunglah aku menggunakan sit belt, tapi tetap saja kepalaku sempat terpantul ke jok mobil.

"Shit! Sorry, tadi ada kucing lewat. Bentar, aku cek dulu." Agam bergegas keluar mobil untuk memeriksa takut tidak sengaja menabrak kucing yang sedang menyeberang. Aku bahkan tak sempat melihatnya.

Tak lama kemudian ia kembali, "Ah beruntunglah tak ada apa-apa. Jadi, apa kita langsung pulang saja?"

Aku mengernyit bingung, "Loh, bukannya tadi elo setuju ya, kalau mau nemenin gue ngobrol dulu sambil keliling Jakarta? Lagipula ini baru aja jam sepuluh, gue juga mau tanya banyak hal sama elo," ujarku tak terima.

"Oke baiklah, Nyonya detektif. Akan saya temani," ledeknya sembari cengengesan.

>>>>>

"Agam ...," panggilku saat dia sedang asik mencicipi martabak telur yang baru saja kami beli.

"Hm?"

"Ehm, gimana ya, gue bingung mau nanya dari mana dulu. Tapi jujur aja kepala gue pusing tiap kali ingatan ini muncul." Aku menggigit bibir ragu.

"Tanyain aja dari manapun maunya kamu kalau begitu," balasnya santai.

"Gue ... hmm ... apa gue pernah punya pacar?" tanyaku ragu-ragu.

Agam menghentikan sejenak mengunyah martabak di mulutnya. "Iya, bahkan terakhir kali kau bercerita padaku, kamu justru sudah tunangan sama pria itu." Agam melirik cincin di jariku, "cincin pertunangannya sama seperti yang lagi kau pakai, Zoya."

"Tapi hubungan kami baik-baik saja, kan?"

Agam memandangku sendu sembari mengusap kepalaku lembut dan aku merasa nyaman. "Tiga bulan sebelum aku pindah ke California, ke rumah nenek dari ibuku, saat itulah kita bertemu. Tunanganmu berselingkuh, begitulah yang kau katakan padaku."

Aku terkesiap, mataku membulat. "Serius? Lalu pertunangan kami batal?"

Agam menggeleng, "Kau bodoh dan begitu naif tetap ingin melanjutkan pertunangan itu dan memaafkan dia. Kuanggap itu wajar, karena kalian memang sudah dekat sejak kecil. Dua bulan kemudian, harusnya kau menikahi pria itu. Tapi seminggu sebelum hari bahagia itu terjadi, ternyata kau baru mengetahui jika selingkuhan tunanganmu itu telah mengandung bayi yang tak bersalah. Calon anak dari tunanganmu."

Dadaku terasa sesak sekali. Jadi ini alasan kenapa tak hanya kepalaku yang terasa sakit, tapi hatiku juga. "Pria itu ... dia ... Ramon?"

Agam mengangguk, "Ya, pria bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik. Pria bodoh yang tidak bisa berkomitmen. Pria bodoh yang akhirnya gila karena kehilangan cintanya. Dia pengecut kau tahu, ah tapi pengecut atau tidaknya aku bersyukur kau amnesia dan tak mengenal dia lagi."

Mataku berair dan kulihat emosi di wajahnya saat ini. Dia tahu aku akan menangis, maka dia mendekat dan merangkulku.

Aku teringat satu hal lagi, "Lalu Moira, Moira ke mana?"

Kurasakan tubuh Agam sedikit menegang tapi dengan cepat dia dapat menguasainya. "Tak berapa lama setelah kau membatalkan pertunangan dengan si bodoh itu, ketika aku senang bisa kembali sebentar ke negeri ini, saat itulah kau sudah tak mengenaliku dan buruknya lagi yang kutahu sahabatmu itu telah tiada sebelum kau kehilangan ingatanmu."

Dengan cepat aku melepas pelukanku pada pinggang pria di sampingku ini. "Apa?! Me-meninggal?!"

"Moira jadi korban tabrak lari. Hanya itu yang kutahu. Aku tahu keadaanmu kacau sekali setelah kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi, maka dari itu di sisi lain aku bersyukur jika kau melupakan mereka dan aku minta maaf jika aku tak ada di sisimu saat itu," terangnya tanpa kuminta.

Aku terisak di bahunya. Kenapa nasibku tragis sekali? Satu-satunya sahabatku telah beristirahat dengan tenang, mantan tunanganku yang sejak kecil sudah mencuri hatiku itu gila dan aku sendiri hilang ingatan?

"It's okay, don't say sorry. Sekarang elo udah di sini, Gam. Elo udah di sini saat gue bisa inget semuanya," lirihku.

Agam melonggarkan pelukannya kemudian menghapus jejak air terjun di kedua pipiku lalu tersenyum manis. "Yes, i am here for you."

TBC

*****

Mulai terang kan? Iya silau kayak kepala orang yang mirip lampu bohlam gitu wkwkwk

Regards,
Ali

12 September 2017
1169 Words

All Eyez (#MOG 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang