ONE : SUCKS

Mulai dari awal
                                    

Ck! Sial. Malah ketemu langsung sama orangnya -batinnya.

Hanya dalam satu detik, Dara berhasil memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat seraya melangkahkan kaki menuruni anak tangga.

"Tunggu!"

Sebisa mungkin Dara menelan ludah dengan susah payah. Ia kenal betul dengan suara bariton khas yang memenuhi ruang ditelinganya. Keringat Dara mulai bercucuran kala mendengar langkah kaki yang kian mendekat. Ditambah siul-siulan nakal dari gerombolan siswa yang terkenal sebagai gangster SMA Tunas Bangsa membuat Dara semakin keringat dingin.

"Gue mau ngomong sesuatu, ikut gue." Tanpa segan laki-laki bernama Alfa itu menarik tangan Dara, membuat tubuh gadis itu tiba-tiba menjadi dingin dan memaku.

"Da--rra?" Mika, ia melakukan hal yang sama, menelan ludah dengan susah payah ketika melihat tangan Dara berada dalam genggaman lelaki yang mereka bicarakan tadi di kantin. "L-lo?"

"Gue pinjem Dara bentar." Ucap laki-laki itu santai.

"S-sorry g-gue gabisa," Dara mencoba melepaskan genggaman Alfa perlahan. Ia segera mendekati Mika, melototi gadis itu, meng-interupsi-kan-nya supaya mereka bergegas pergi. Namun sayang Mika tak menggubris Dara, ia malah meledek gadis itu habis-habisan.

"Cieeee..... cihuyy ada yang diajakin mojok nih, wkwk. Awas loh ntar malah keterusan lagi," Bisik Mika sambil cengengesan.

Dara semakin memantapkan wajah horornya pada Mika. Dan lagi-lagi Mika tak menghiraukan.

"Yaudah Fa, Lo bawa deh, gue cabut dulu ya, byee.." Mika melambaikan tangannya dan melangkah secepat kilat.

"Mik! Mika!!" Dara berdecak kesal. Ia kembali diam dan memaku. Menggigit bibir menahan gemetar luar biasa ketika Mika benar-benar sudah tak disisinya lagi.

Selang beberapa detik, Dara memberanikan diri membalikkan tubuhnya menghadap Alfa. "Lo maunya apa sih?!" Ujar Dara dengan nafas cukup terengah-engah.

Ekspresi Dara dan suaranya yang cukup lantang kembali memperdengarkan koor membahana dari si kelompok nakal.

Alfa mengernyit. "Bukannya gue udah bilang tadi?"

"Ya tapi gu-" Dara menghela nafas. "Yaudah iya," Hanya dengan ekspresi saja, lelaki itu berhasil meluluhkan hati Dara yang semula kaku. Alfa tersenyum kemenangan.

***

"To the poin aja. Lo ngajak gue kesini mau ngomong apa?"

Alfa tersenyum sekilas dan mengangguk samar, "Oke. Jadi.. denger-denger Lo jago ngelukis
Bener?"

Dahi gadis itu sedikit tertaut. "Eng--gak, biasa aja kok, ngga jago jago banget."

Alfa terkekeh pelan. "Ngga usah sok ngerendah."

"Siapa yang ngerendah?"

"Ya kamu lah."

Deg!

Sejak kapan? Sejak kapan laki-laki brutal itu menggunakan tutur kamu dalam menyebut orang lain apalagi yang setara dengannya. Seketika lidah Dara menjadi keluh untuk berucap.

"Ra? Lo gapapa kan?"

"Hha? K-kenapa?" Ujar Dara memandang Alfa dengan setengah tatapan hampa.

"Lo gapapa kan?" Tanyanya sekali lagi.

"Oh i-iya gapapa kok, eeh--itu jadi Lo cuma mau bilang itu? Yaudah deh kalo gitu gue pergi dulu ya,"

"Eh bentar," Alfa meraih tangan Dara yang sudah setengah bangkit, membuat gadis itu kembali ke posisinya semula. "Gue belum selesai ngomong. Jadi--gue mau minta Lo ajarin gue buat ngelukis,"

Dara terbelalak.

Seorang Alfa minta ngajarin lukis? Gue lagi mimpi kali ya? -batinnya

Tanpa kedip mata gadis itu terus mengarah pada Alfa dengan sorot mata yang mengekspresikan sebagian dari hati yang kaget luar biasa.

"Lo--minta ajarin lukis?"

Alfa mengangguk. "Iya. Kelas gue ada tugas dari Bu Anya, disuruh gambar di karton, gue sama sekali ngga bisa, nyentuh kuas aja gue ngga pernah."

"Sorry, Fa. Gue emang bisa ngelukis, tapi buat ngajarin orang kayanya belum bisa," Jelas Dara.

Wajah Alfa perlahan berubah masam. "Gue ngga percaya kalo Lo ngga bisa ngajarin orang."

"Terserah kalo Lo mau percaya atau enggak, yang pasti gue emang gabisa ngajarin orang. Sorry." Lagi-lagi Alfa meraih tangan Dara yang hampir beranjak dari duduknya. Menarik gadis itu untuk tetap duduk bersamanya.

"Oke kalo gitu." Alfa merogoh saku seragamnya, mengambil beberapa lembar uang berwarna biru. "Nih," Ujarnya menyerahkan uang itu kepada Dara.

"Maksudnya?"

Alfa menghela nafas panjang. "Lo bilang gabisa ngajarin orang, jadi gue minta tolong sama Lo buat ngelukis punya gue," Alfa menyodorkan uang itu sekali lagi.

"Sorry. Gue emang nggak sekaya Lo, tapi nyokap-bokap gue masih mampu kok ngasih uang yang lebih dari yang Lo kasih, dan sorry nih ya, gue nggak bodoh, gue nggak mau nerima uang haram hasil ngerjain tugas orang lain, mending Lo simpen duit Lo atau Lo pake ke hal lain yang lebih berfaedah!" Dara menghempaskan tangannya agar terlepas dari genggaman Alfa. Sesegera mungkin ia meninggalkan sosok berdarah Jerman-Indo itu dengan amarah yang hampir mencapai ubun-ubun.

Sementara Alfa memandangnya dengan terheran-heran tanpa sedikitpun menyadari kesalahan yang membuat hati gadis itu tersinggung.






Heii😊😊😊 how about this part? I hope you like it guys😉

Jangan lupa Vote and Comen yaa😘
Love youu❤❤❤

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang