Chapter 39

2.1K 183 2
                                    

A/N : Berhubung belum ada yg bisa nebak di chapter sebelumnya, dedicatednya di pending dulu ya? Mungkin nanti di Final Chapter deh ;)

Book ini tinggal 1 chapter dan Final Chapter. Habis itu langsung ke sekuel deh.. So, stay at my profile :D

***

"Don't say 'I do', Nathalie!" seseorang berseru dengan suaranya yang lantang. Hal itu berhasil membuat Nathalie mengurungkan niatnya dan berpaling menoleh ke sumber suara.

"Sarah?" gadis itu hanya mengangguk dibarengi dengan seringai lebar dari kedua sudut bibirnya. Ia merasa menang karena telah menyelamatkan Nathalie dari niatan jahat Harry.

"Yeah, it's me. So please, don't let him change Liam's position. I just wanna tell you that Liam will come back for tonight." Harry yang mendengarnya langsung terdiam beberapa saat atau lebih tepatnya ia terdiam seperti patung. Masih terlalu cepat untuk mendengar kabar kepulangan Liam.

"Really?" Nathalie terlonjak kaget dibarengi dengan gerak refleknya untuk memuruni rumah pohon itu.

"I'm sure Nathalie, he'll come back for you." senyum lebar itu tergambar jelas di wajah Sarah. Selama ini ia selalu menjaga hubungan Liam dan Nathalie dari pengaruh Harry, ia tau masa depan mereka maka dari itu Sarah selalu berusaha untuk melindungi sahabat-sahabatnya dari perpecahan.

"I need time, so please let me go." Nathalie menatap kearah Harry yang terus saja tertunduk lesu lalu ia memilih untuk segera mengikuti Sarah.

"Damn Sarah! Kau memang benar-benar perusak suasana. Lihatlah, aku akan membalasnya!" umpat Harry lewat telepatinya.

*

Perrie dan Sarah menghabiskan waktunya di ruang tengah sekedar untuk membaca majalah fashion edisi terbaru yang mereka beli kemarin. Sementara itu, Nathalie sedang duduk termenung menunggu kedatangan Liam malam ini. Entah kapan tepatnya tapi gadis itu sungguh tak sabar untuk menanti kepulangan Liam.

Disudut lain di flat, seorang Harry Styles membenamkan kepalanya pada dua tangkup bantal. Mungkin jika ia seorang manusia, Harry akan mati kehabisan napas. Tak seperti sahabat-sahabatnya yang lain, Harry memilih berdiam untuk tidak ikut dalam rangka menyambut kepulangan Liam. Jujur, ia sangat kesal karena—Well, pasti Nathalie akan mulai melupakannya lagi 'kan? Dan semua akal bulusnya terbongkar. Harry menyembunyikan puluhan surat dari Liam untuk Nathalie di loker gadis itu, bodohnya Nathalie tak pernah menemukan surat-surat itu. Setiap kali Liam mengirim surat tak ada balasan dari Nathalie, terkadang pun Liam terlihat frustasi dengan keadaan Nathalie. Tapi ia tetap berpikir bahwa Nathalie akan aman sampai ia kembali.

"Uhm.. Girls, kapan kiranya Liam akan. . . " perkataannya terhenti ketika tiba-tiba Liam datang dari arah depan sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"My Lovely Nathalie?" sapanya. Gadis yang disapa pun berlari menghambur kearahnya dan langsung memeluk erat tubuh tegap Liam.

"My Daddy Liam!! I miss you so bad!" tubuh munggil Nathalie mulai terangkat ke udara. Liam yang menatap mata coklat keabuan Nathalie langsung terpaku dan larut dalam kerinduannya yang mulai hilang.

"I miss you too bad." ia menyeringai. Lalu langsung menautkan bibirnya pada bibir sang kekasih cukup lama karena mereka berdua saling membalas satu sama lain sebagai pelepas rindu yang sudah menyesaki dada.

"Aku dengar dari Zayn, kau sempat sakit. Apa itu benar?" Nathalie langsung memalingkan pandangannya kearah Zayn dan Niall yang berjalan di belakang Liam sambil memberi pandangan, aku-harap-kalian-tak-memberitahu-semuanya.

"I'm just tired of waiting for you. Huh-" gadis itu mendesah pelan sebelum akhirnya Liam menggendong Nathalie menuju ke kamarnya.

Setelah sampai didepan kamar, Liam menangkap sosok Harry yang baru saja keluar dari kamarnya dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan. "Hey Harry, long time not see you." sapa Liam.

Sementara itu Harry hanya mendengus kesal tanpa menghiraukan keberadaan Liam dan Nathalie. Mereka akhirnya berlalu masuk dalam kamar.

"Kau harusnya tau kenapa aku bisa sampai sakit." Nathalie membenamkan kepalanya pada bantal sementara Liam berdiri mengambil segelas sampanye yang entah sejak kapan ada di meja counter.

"Kau pasti sibuk memikirkan kapan aku kan pulang? Is it right?" Liam menyeringai kecil sambil meneguk segelas sampanyenya. "Kau sangat tepat. Dan sayangnya aku masih tak mengerti kenapa kau bisa menumbuhkan bulu halus di dagumu lalu kumis tipis itu? Oh well, sejak kapan kau mengkonsumsi sampanye, Daddy Payne?" gadis itu langsung terduduk dari posisi sebelumnya.

"Everything has changed. Sudah satu tahun aku tak melihatmu, kau juga punya banyak perubahan Sayang.." Liam melangkahnya kakinya kearah Nathalie dan menyodorkan segelas sampanye padanya.

"Thanks Liam." tukas Nathalie ketika ia menerima segelas sampanye dari kekasihnya. Liam langsung terduduk diatas tempat tidur sambil memandangi tiap lekuk kesempurnaan yang Tuhan beri pada Nathalie.

"You're so perfect, Nathalie.. Tapi apakah kau benar sesempurna yang aku lihat?" Liam mengelus pipi Nathalie.

Gadis itu sungguh tak mengetahui apa maksud dibalik pertanyaan Liam. "Aku tak tau apa yang ada dalam benakmu, tapi semua manusia tak ada yang sempurna Babe.." lalu ia meneguk sampanyenya kemudian mendekatkan kepalanya tepat kearah pipi Liam.

"Apakah kau yakin bahwa semua hal yang ada dalam dirimu itu masih jadi milikku?" Nathalie menggeleng tak mengerti. Setelah ia kembali berpikir, apakah Liam bisa memebak bahwa ia 'hampir' saja menerima cinta Harry? Tapi bagaimana mungkin?

"Aku sangat yakin Liam, memang ada apa? Kau tak percaya padaku?" Nathalie menatapnya bingung.

"Bukannya aku tak percaya padamu, Sayang. Aku hanya bingung, kenapa kau tak pernah membalas suratku? Dan sekarang aku tau, karena seseorang menyembunyikannya pada sisi lain di lokermu."

Nathalie bergeming di tempatnya. Mencoba menerka siapa gerangan yang berani menyembunyikan surat dari Liam. Dan perhatiannya pun langsung tertuju pada Harry karena Nathalie baru menyadari bahwa lelaki itu mencintainya dan itu berarti ia juga menaruh rasa cemburunya pada Liam.

"I know, he's Harry." Liam mengangguk cepat.

"Aku setiap waktu luang berusaha menuliskan sebuah surat untukmu. Entah hanya sekedar menyapa atau menceritakan kegiatanku selama disana. Jujur aku merasa putus asa setelah hampir satu tahun kau tak ada kabar. Tapi, Sarah memberitahuku bahwa kau baik-baik saja."

Liam menggelengkan kepala pelan, sebelah tangannya membelai rambut Nathalie dengan lembut. "Aku tak menyangka Harry melakukan hal itu. Padahal, aku pikir ia lelaki yang baik. Tapi nyatanya?"

"Lupakan soal Harry. Bukannya kau rindu padaku?" Liam mengedipkan sebelah matanya genit. Nathalie pun tetkekeh melihat tingkah Liam.

"I love you so much Liam. Jangan tinggalkan aku lagi." tubuh mungil Nathalie terbuai dalam rengkuhan tubuh kekar Liam, ia seakan berhasil mencurahkan segala rasa rindu yang selama ini menyesakinya.

Liam melonggarkan pelukannya lalu merogoh saku celananya. Sebuah benda berkilau yang panjang. tentu saja itu kalung dengan liontin berinisial 'L'. "Will you marry me?" tukas Liam kemudian.

Nathalie membelalakkan mata tak percaya. "Li, bukankah aku terlalu muda untuk melakukannya?"

"Bukan sekarang. Aku akan menunggumu sampai graduation dan kita akan menikah. Apa kau bersedia?" Liam kemudian mengecup punggung tangan Nathalie.

Mata Nathalie berbinar. Ia masih tak percaya dengan perkataan Liam, antara akan menjawab ya atau tidak. Tapi sejujurnya Nathalie terlanjur cinta dengan Liam. Bukankah dengan menikahi Liam ia akan hidup abadi?

"Tentu saja aku mau Liam. Itu suatu kehormatan untukku karena kau makhluk setia." Liam langsung meraih pinggang Nathalie dan menggendong tubuhnya.

"We're getting married!" tukas Liam dengan nada suaranya yang ceria.

"Kita akan mulai pertikaian itu Liam," Harry yang ternyata sedang mengamati gerak-gerik mereka berdua dari kejauhan.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now