Chapter 30

2.8K 224 3
                                    

Suara derap langkahnya begitu terdengar, menggema memenuhi seluruh ruangan. Sementara itu, enam pasang mata tengah menatap kearahnya. Ia memang seorang pemimpin—lelaki itu berhak menentukan segalanya.

"Aku butuh penjelasan dari kalian berdua." Liam menunjuk kearah Zayn dan Sarah. Dua orang sahabatnya itu berperan penting karena hanya mereka yang dapat melihat masa depan.

"Aku tak mendapat pandangan apa-apa Li, tapi aku melihatnya bersamamu di suatu tempat. Menurutku itu di Winson Lake." tukas Zayn,

"Aku juga. Bahkan aku sama sekali tak melihat gambaran masa depan kalian berdua." imbuh Sarah.

Liam terduduk. Memikirkan soal Winson Lake—danau buatan yang dekat dengan rumah Nathalie. Keadaannya sepi dari pengunjung dan hanya ramai setahun sekali, pada awal musim panas saat Summer Camp tepatnya.

"Kau yakin akan memberitahunya?" tukas Harry. Lelaki itu menegakkan badannya untuk sekedar menegaskan argumennya.

Tidak secepat itu Li, biarkan Nathalie mengenalku sebagai manusia. Pikir Harry.

"Tentu saja. Kenapa tidak? Aku sudah cukup lama menunggunya terwujud. Apa kau keberatan?" lelaki itu memutar matanya.

"Tidak." balas Harry singkat. Ia menatap mata Liam cukup lama, "Tapi aku masih belum rela jika ia mengetahui tentang identitas kita."

"Tunggu! Aku bisa melihatnya, Nathalie akan segera menelponmu dan memintamu agar mengajaknya kembali lagi kesini." tukas Sarah yang sedari tadi memejamkan matanya.

Ponsel Liam sontak berdering. Lelaki itu langsung menerima panggilan dari ponselnya sembari berjalan menuju ruang depan.

"Hey Babe, where are you now?"

"Just stay at my flat. Why Sweetheart?"

"I'm so boring. Would you come to my house?"

"Of course. Why not? Um---or come to my flat to talk with the boys or maybe Perrie and Sarah? I thought they was miss you."

"Thats a great idea."

"Okey, I'm coming over."

Liam melirik kearah yang lainnya sambil menyeringai. "Kau curang! Kau yang mendahuluinya." tukas Harry. Mata mereka saling berpapasan. Tapi Liam pergi begitu saja, meraih kunci mobilnya dan menghilang.

***

"Sebenarnya aku ingin sekali pergi ke flat bersamamu." Nathalie baru saja duduk di kursi penumpang. Sembari menatap Liam yang terfokus pada jalanan, gadis itu mulai berpikir bagaimana cara agar ia dapat mengumpulkan bukti yang benar-benar membuatnya percaya bahwa Liam adalah vampir.

"Kau tak ingin pergi ke coffee shop?"

Deg...

Nathalie terdiam, mimpi buruk semalam kembali berkelebatan di otaknya. Jika Nathalie mengiyakan, akankah mimpinya semalam akan menjadi kenyataan?

"No!" tukasnya setengah berteriak.

"Hey, kenapa kau berteriak? Ada yang salah?" Liam memalingkan pandangannya menuju pada Nathalie sembari menggenggam tangannya.

"N-no-nothing." tukasnya gugup.

Well, Liam terus saja melajukan mobilnya menyusuri jalanan menuju flat. Sampai di depan flat, Nathalie menyunggingkan senyum manisnya.

"Hey Nath--" tukas Perrie yang kala itu tengah berdiri di teras depan bersama Zayn sambil memainkan beberapa ranting. Mereka terlihat sangat manis.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now