Chapter 18

3.9K 272 5
                                    

~Liam Payne's POV~

Kalian pikir ini mudah? Untuk dekat dengan Nathalie bahkan sampai bisa menyentuhnya saja aku mati-matian untuk berusaha semirip mungkin dengan perilaku manusia.

Maksudkuaku tak bernapas. Bukan hanya aku, bahkan semua anggota kelompokku dan seluruh bangsaku tak bernapas. Sementara aku harus bersikap layaknya manusia lain agar Nathalie tak curiga padaku.

"Li?" tukas Nathalie, aku yang sedang menggandeng tangannya lantas memalingkan pandangan tepat pada kedua bola mata warna coklat keabuan itu.

"Ada apa Nath?" sahutku pelan.

"Apakah kau pikir aku bisa berubah?"

"Tentu saja. Kenapa tidak? Asal kau mau menuruti keyakinan yang kau miliki. Kau aman—kau bisa memilih segala hal yang kau inginkan." sekarang aku kembali menghentikan langkah dan memegang kedua tangannya erat.

"Jika aku tak bisa?" bisiknya lemah. Ia bahkan tak menatap mataku sedikitpun.

"Aku akan membantumu bagaimana pun caranya." aku meyakinkannya dan membuat gadis itu menengadah menatapku.

Nathalie dan aku menikmati pemandangan langit senja kota London dengan bercengkrama di tepian Sungai Thames. Aku tak berharap ini akan jadi hal romantis untuknya, aku juga tak terlalu berharap ia akan menerimaku sebagai kekasihnya, tapi aku ingin sesuatu yang menurutku paling berharga darinya—sebuah senyum kebahagiaan yang akan selalu ia berikan padaku.

"Ini sudah masuk jam makan malam. Ayo kita bergegas ke restoran!" aku segera menggandeng tangannya dan membawanya pergi menuju restoran.

Aku memilih sebuah restoran bintang lima yang tak jauh dari Sungai Thames. Pesananku malam ini adalah sajian makan malam spesial yang disediakan. Tapi entahlah—aku tak tau apa isinya.

Hal lain yang harus kalian ketahui bahwa aku dan bangsaku bahkan tak makan makanan manusia. Tapi pengecualian untuk hari ini, aku memakannya demi Nathalie. Agar gadis itu merasa senang setelah melewatkan jatah makan malamnya di rumah.

"Thanks Liam, untuk waktu yang kau luangkan sore ini. Aku sangat berterima kasih padamu karena kau telah memberiku beberapa saran yang sangat berguna."

Kali ini aku melihat raut kegembiraan di wajahnya yang sebelumnya tak pernah aku temukan dalam diri Nathalie. Ia sangat manis, "Sama-sama Nathalie. Oh ya—aku juga berterima kasih atas waktu yang kau luangkan untuk pergi bersamaku."

Kami tertawa bersama, sungguh makan malam luar biasa untukku. Tentunya setelah kepergian Danielle kala itu.

"Liam, maaf sebelumnya. Tapi aku penasaran dengan seorang gadis yang kau sebut cukup baik dan tau segalanya tentangmu. Siapa gadis itu?"

Sontak aku menghentikan tawaku dan menatap Nathalie dengan raut serius. "Oh—namanya Danielle. Ia cinta pertamaku." jawabku pelan.

"Lalu kenapa ia pergi?" ujar Nathalie dengan hati-hati.

Aku menghembuskan napas perlahan lalu menatapnya. "Ia pergi karena seseorang membunuhnya. Ia terlalu muda untuk tau alasan pembunuhan itu."

"Ya Tuhan, maafkan aku Liam. Bukan maksudku untuk mengingatkanmu pada kejadian itu." ujar Nathalie tampak khawatir.

"Itu bukan sesuatu yang harus dilupakan. Itu sesuatu yang harus di kenang dalam hati. Ia tak selamanya hilang, kami hanya terpisah tapi semoga suatu saat Tuhan mempertemukan kami lagi sekedar untuk melepas rindu." tukasku dengan berat hati.

"Oh ya, aku belum berterima kasih secara resmi setelah kejadian itu. Maksudku—penculikan yang membuatmu menolongku." tukas Nathalie lagi.

Andai aku bisa menguasai pikiranmu Nath, aku ingin selalu membuatmu merasa nyaman dan bahagia. Selalu....

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now