Chapter 12

4.3K 254 4
                                    

Seringai lebar tampak jelas diantara kedua sudut bibir Viola. Ia menatap Nathalie yang saat itu baru datang di kelas. Gadis itu sempat mencari tempat kosong sebelum akhirnya 'dengan terpaksa' ia duduk disamping Viola yang sudah tak sabar untuk melontarlan beribu pertanyaan soal Liam tadi pagi.

"Well, aku tahu apa yang akan kau tanyakan. Jadi tolong, diamlah sebentar karena aku akan mengumpulkan tugas esaiku pada Mrs. Ruth sebelum ia tak mau menerima ini." kata Nathalie dengan cepat. Ia mendorong tasnya agar tak jatuh dari meja lantas berlalu menuju meja guru dan mengumpulkannya pada Mrs. Ruth—tepat waktu.

Kemudian ia kembali pada tempatnya yang berada di sebelah Viola. Sebenarnya ia enggan menemui gadis itu untuk seharian ini. Tapi apa boleh buat, baru masuk kelas pertama saja ia harus menghadapinya.

"Ceritakan padaku, kenapa kau dan Liam bisa berangkat bersama?" Viola menekankan nada suaranya tepat pada nama Liam.

Nathalie kemudian menatapnya dengan ragu lalu menjawab, "aku tak tahu—aku pikir ini semua hanya mimpi. Dan ternyata tidak, karena aku baru menyadarinya tadi pagi." gadis itu memberikan jeda pada jawabannya.

"Semalam aku terbangun karena lapar. Dan sialnya, Mom tak meninggalkan satupun makanan di kulkas. Alhasil aku membangunkan Kate di jam 11 malam dan gadis itu menyuruhku untuk pergi sendiri. Sampai akhirnya aku bertemu Liam di mini market dan dengan paksa, ia membayar barang belanjaanku dan enggan untuk aku bayar."

Viola mengerutkan dahi tak mengerti. Ia menunggu sampai Nathalie menceritakannya sampai selesai. "Lalu sebagai balasannya, ia memintaku untuk pergi bersamanya setiap hari ketika berangkat dan pulang dari sekolah."

Viola membelalakkan matanya menatap Nathalie tak percaya. Gadis itu meraih kedua tangan Nathalie dan menggenggamnya erat. "Aku tak menyangka jika kau akan secepat ini mendapatkan Liam. God bless girl."

Gadis itu tertawa sumringah sementara Nathalie hanya menatapnya datar tanpa respon berlebihan sepertinya. Nathalie rasa ini cukup untuk mewakili semuanya, ia tak ingin menjelaskan yang lebih dari ini karena ia lelah. "Please, don't say anything to everyone." dan Viola mengangguk pelan.

.

.

~Liam Payne's POV~

Aku berhasil menjemputnya ke sekolah. Satu hal yang tak pernah aku bayangkan sekarang, bahwa aku bahkan bisa berada satu mobil bersamanya dan sempat berbicara banyak hal.

"Morning Li," sapa seorang gadis yang suaranya sangat akrab di telingaku. Aku menolehkan kepala kearahnya dan mendapati Jade tengah berdiri menyapaku.

"Morning Jade." aku membalasnya penuh dengan keraguan.

"Apa kelas pertamamu?" ia bertanya sok akrab.

"Well, kelas pertamaku pagi ini—" aku mengucapkannya dengan jeda, seakan sedang mengingatnya. Padahal aku hafal semua jadwalku diluar kepala.

"Uh--fisika!" seruku kemudian. Jade menyeringai.

"Same with me!" Tukasnya kemudian ia meraih tanganku dan menyeretku masuk dalam kelas fisika.

Suasana didalamnya cukup penuh dengan jajaran bangku yang hampir semunya terisi. Tinggal satu bangku yang tersisa, itu artinya aku akan duduk bersama Jade pagi ini.

Jade—gadis manis yang juga temanku di kelas musik ini adalah anak dari dr. Clooney, Ayahnya adalah dokter yang biasa menyediakan kantong darah untuk kami konsumsi. Well, terkadang saat tak ada waktu untuk berburu kami sering pergi ke rumah sakit untuk membeli beberapa kantong darah sebagai persediaan di flat.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now