Chapter 31

2.7K 214 6
                                    

~Liam Payne's POV~

Tepat seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya, Nathalie akan meminta penjelasan itu dariku. Sekarang tak ada hal yang harus di tutupi darinya.

Menyesal?

Aku sama sekali tak merasakan penyesalan itu. Justru aku bersyukur karena tak usah repot memberitahunya. Ia telah mengetahui forbidden secret yang selama ini mati-matian kami tutupi.

"Aku tau segalanya." tukas Harry yang berdiri sendirian di teras depan.

"Kau melihatnya kan? Semuanya telah terbongkar." aku memutar bola mataku sarkastik sembari memainkan kunci mobil yang masih dalam genggamanku.

"Kau beruntung—Nathalie cukup cerdik dalam memanfaatkan kesempatan. Harus kuakui bahwa kau memang hebat." Harry menyeringai tajam.

Aku lelah berbasa-basi masalah Nathalie lagi. Ada sedikit beban yang mengganjal dihatiku. Aku tau jika ini adalah hal terbaik daripada aku harus terus menyimpannya. Tapi siapa seorang yang tak merasa menyesal ketika ada yang tau soal rahasianya? Apalagi ia adalah orang yang paling dicintai.

**

"Sttt—Nathalie," gadis itu masih memainkan laptopnya sebelum menoleh kearahku. Ia terfokus, sama sekali tak bergeming bahkan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya ia menyadari keberadaanku.

"What are you doing there?" ujarnya terkejut. Nada suaranya  meninggi, aku segera memberinya kode agar mengecilkan volume suaranya.

"I just want you to know."

"But—" suaranya tercekat. Ia mondar-mandir layaknya orang yang sedang kebingungan, ia juga menggigit ujung kuku ibu jarinya—mungkin ini untuk pertama kalinya aku melihat Nathalie yang tampak bingung dan gugup.

"Please, let me in." tukasku dengan nada memohon.

Nathalie menghentikan geraknya, lalu menatapku seakan ia sedang menimbang keputusannya lagi.

Perlahan, gadis itu berjalan menjauh lalu mengunci pintu kamarnya. Dirinya terduduk di tepian ranjang dengan mata yang masih menatapku dan memberi pandangannya agar aku segera masuk.

Nathalie menghembuskan napasnya perlahan, punggungnya ia biarkan tersandar di dinding. Mata coklat keabuan miliknya menatapku intens—berharap bahwa aku segera menjelaskannya. Saat itu aku melirik sekilas kearah laptopnya yang tergeletak diatas kasur.

How to Make A Vampire Hate Your Blood. Judul artikel itu terbaca jelas olehku. Sontak Nathalie menutup laptopnya dan menaruh benda tersebut di meja sebelah ranjang. Jujur aku hampir saja tertawa terbahak karena judul artikel itu. Memang apa yang akan manusia itu lakukan jika bertemu vampir? Membuat vampir benci dengan bau darah mereka—Tak mungkin, bahkan darah adalah hal paling pokok yang kami nikmati untuk bertahan hidup.

"Aku hanya ingin. Oh Tuhan, kenapa kau tiba-tiba muncul? Huh," Nathalie setengah menjambak rambutnya frustasi sementara aku menunggu reaksi selanjutnya, tapi tetap saja kami saling diam.

"Aku akan ceritakan sebab awal aku menjadi vampir." lanjutku kemudian. Ia mendongakkan kepala, matanya menatapku seakan meminta agar aku segera menceritakan semuanya.


-FLASHBACK ON-

Mom melangkahkan kakinya ke kamar terlebih dahulu sementara aku dan seorang kakakku yang lain masih berdiam di ruang tengah sambil membaca buku yang dibeli Dad di bazar tahunan kemarin.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now